Perubahan iklim memainkan peran penting dalam memfasilitasi penyebaran vektor nyamuk. Penyakit demam berdarah yang umumnya di daerah tropis kini mulai merongrong Eropa.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyakit demam berdarah yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti biasanya terjadi di daerah tropis, tetapi perubahan iklim telah memperluas penyebarannya. Bukti terbaru menunjukkan wanita Inggris positif demam berdarah setelah mengunjungi keluarga di selatan Perancis. Nyamuk A albopictus diduga telah menularkan virus ini di Eropa.
Dokter di Inggris dan Perancis memberikan rincian tentang kasus wanita Inggris yang terinfeksi demam berdarah saat mengunjungi keluarga di dekat Nice pada September 2022, dalam laporan kasus yang dipresentasikan pada Kongres Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular Eropa (European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases/ECCMID) tahun ini di Kopenhagen, Denmark (15-18 April).
Hal ini menjadi bukti telah terjadinya penularan lintas negara dari wabah demam berdarah yang merebak di Perancis sejak 2022.
Perubahan iklim memainkan peran penting dalam memfasilitasi penyebaran vektor nyamuk.
Wanita berusia 44 tahun itu datang ke Departemen Darurat di Inggris setelah mengalami demam selama tiga hari, sakit kepala di belakang mata, nyeri otot, dan ruam eritematosa yang meluas dan memucat, yang dapat disebabkan oleh berbagai infeksi. Dia tidak memiliki kondisi medis yang mendasarinya.
Wanita itu telah kembali dari Perancis selatan sehari sebelum gejala dimulai dan tidak melakukan perjalanan ke negara lain. Dia telah tinggal bersama keluarga yang semuanya tidak sehat dengan gejala yang sama.
Sampel dikirim ke Rare Imported Pathogens Laboratory (RIPL) Inggris dan dikonfirmasi sebagai infeksi virus dengue akut. Pasien tidak memerlukan perawatan medis dan dipantau sebagai pasien rawat jalan.
”Orang ini adalah bagian dari wabah lebih dari 30 kasus yang ditularkan secara lokal di selatan Perancis pada tahun 2022, yang menyoroti epidemiologi demam berdarah yang berubah dengan cepat,” kata penulis Owain Donnelly dari The Hospital for Tropical Diseases, Inggris, dalam rilis yang dikeluarkan ECCMID pada Jumat (14/4/2023).
Pemanasan global
Menurut Donnelly, mekanisme pengawasan dan pelaporan penting dalam memastikan penanganan penyebaran demam berdarah. ”Dengan perubahan iklim, terutama suhu yang lebih panas dan lebih banyak curah hujan, serta meningkatnya perdagangan dan pariwisata global, kita mungkin melihat lebih banyak bagian Eropa dengan kombinasi faktor yang tepat untuk wabah demam berdarah,” katanya.
Virus dengue adalah infeksi arboviral yang ditularkan oleh nyamuk, biasanya disebarkan oleh nyamuk Aedes. Kasus di Inggris sebelumnya paling banyak adalah wisatawan yang pernah mengunjungi Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. Sementara sekitar 75 persen kasus tidak menunjukkan gejala dan dapat tidak terdeteksi, sebagian kecil (1-5 persen) pasien berkembang menjadi demam dengue berat atau demam berdarah dengue yang berpotensi fatal.
Menurut sejarah, virus penyebab demam berdarah ditularkan oleh spesies nyamuk (Aedes aegypti dan A albopictus) yang hanya terdapat di daerah tropis. Namun, dengan perubahan iklim, nyamuk macan Asia (A albopictus) yang telah teridentifikasi di seluruh Eropa selatan bisa menyebarkan virus ini.
Antara Juni dan September 2022, Agence Regionale de Santé (ARS) di Perancis melaporkan tiga wabah terpisah dari penularan virus dengue lokal, dengan kata lain, infeksi menular di wilayah nasional tanpa pasien bepergian ke luar negeri. Penularan terjadi melalui gigitan nyamuk.
Otoritas Inggris telah mendeteksi nyamuk macan Asia di pelabuhan Inggris beberapa kali selama beberapa tahun terakhir. Namun, hingga saat ini belum ada populasi lokal yang terbentuk di Inggris.
”Untuk memastikan diagnosis yang akurat, dokter harus mempertimbangkan pengujian demam berdarah jika pasien tinggal di atau pernah mengunjungi negara di mana Aedes albopictus ditemukan, dan menunjukkan kumpulan gejala yang khas, bahkan jika demam berdarah tidak meluas,” kata Donnelly.
Temuan yang dipresentasikan pada pertemuan medis ini dianggap sebagai pendahuluan sampai diterbitkan dalam jurnal peer-review, yang saat ini telah dipersiapkan Donnelly dan tim.
Peringatan WHO
Sebelumnya, awal bulan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan tentang dampak perubahan iklim yang menyebabkan demam berdarah dan penyakit lain yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan oleh nyamuk menyebar jauh lebih cepat dan lebih luas. ”Perubahan iklim memainkan peran penting dalam memfasilitasi penyebaran vektor nyamuk,” kata Raman Velayudhan, Koordinator Inisiatif Demam Berdarah dan Arbovirus WHO, dalam keterangan pers, Rabu (5/4/2023).
Para ahli badan kesehatan PBB ini memperingatkan, saat ini telah terjadi tren peningkatan jumlah kasus demam berdarah dan chikungunya, dan memperingatkan potensi epidemi baru zika. Ketiga penyakit ini disebabkan oleh arbovirus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, yang telah menyebar ke berbagai kawasan baru baru akibat bumi yang menghangat.
Menurut Velayudhan, sejauh ini demam berdarah telah beredar di 129 negara, selain 100 negara yang menjadi endemik penyakit ini. Jumlah kasus juga telah tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir, melonjak dari sekitar setengah juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 5,2 juta pada tahun 2019, tahun terburuk dalam catatan.