Dua Bibit Siklon Tropis Terbentuk di Perairan Indonesia Timur
Dua bibit siklon tropis tumbuh di perairan sekitar Indonesia bagian timur dan berpengaruh secara tidak langsung pada peningkatan hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
BMKG
Keberadaan dua bibit siklon tropis berdasarkan citra satelit pada 6 April 2023 pukul 19.00 WIB.
JAKARTA, KOMPAS — Dua bibit siklon tropis tumbuh di perairan sekitar Indonesia bagian timur dan berpengaruh secara tidak langsung pada peningkatan hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi. Dua bibit siklon itu adalah 98S yang muncul di Laut Arafura dan 90W yang terbentuk di Samudra Pasifik, utara Papua.
Berdasarkan pantauan Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC)-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada Kamis (5/4/2023) malam, bibit siklon 98S di Laut Arafuru berada di posisi 8,4 derajat Lintang Selatan dan 132 derajat Bujur Timur. Bibit siklon itu memiliki kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya 20 knot atau 37 kilometer per jam dan tekanan udara di pusatnya mencapai 1.004 mb.
”Bibit siklon 98S saat ini berada dalam area tanggung jawab TCWC Jakarta dan dampak tidak langsungnya dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Sistem bibit siklon 98S bergerak ke barat daya dan berpeluang rendah menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan,” kata Deputi BMKG Bidang Meteorologi Guswanto, Jumat (7/4/2023).
Sementara itu, bibit siklon tropis 90W berada di 4,9 Lintang Utara dan 139,5 Bujur Timur. Kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 15 knot atau 30 km per jam dan tekanan udara di pusatnya mencapai 1.007 mb dengan pergerakan sistem perlahan ke arah barat laut.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Siswa sekolah dasar pulang menembus hujan deras di kawasan Jombang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (28/3/2023).
Menurut Guswanto, pemantauan bibit siklon 90W ini berada di dalam area tanggung jawab pihak Jepang, tetapi dampak tidak langsungnya dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Bibit siklon 90W ini juga memiliki peluang kategori rendah untuk menjadi siklon tropis dalam 24 jam
Guswanto mengatakan, bibit siklon 98S dapat memberikan dampak tidak langsung berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Angin kencang berpeluang terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua.
Bibit siklon 98S dapat memberikan dampak tidak langsung berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Bibit siklon 90W dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut di wilayah Indonesia berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Sementara angin kencang dapat terjadi di wilayah Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Gelombang tinggi
Selain hujan dan angin kencang, keberadaan bibit siklon ini juga berpengaruh pada tinggi gelombang laut di Indonesia.
Tinggi gelombang 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di perairan Laut Banda bagian selatan, Laut Banda utara bagian timur, perairan utara Kepulauan Sermata-Kepulauan Babar, perairan Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kai-Kepulauan Aru, perairan Kaimana-Agats, dan Laut Arafuru bagian tengah-timur.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Nelayan membantu rekannya menepikan perahu yang digunakan untuk mencari ikan di Pantai Depok, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (9/2/2023). Sebagian kecil nelayan di pantai itu tetap memberanikan diri melaut meski tengah berlangsung gelombang tinggi dan berbahaya terhadap keselamatan mereka.
Adapun gelombang 2,5-4 meter bisa terjadi di perairan selatan Kepulauan Sermata-Kepulauan Babar, Laut Arafuru bagian barat, dan Laut Arafuru timur Kepulauan Aru. Untuk gelombang 4-6,5 meter bisa terjadi di Laut Arafuru bagian barat.
Kepala Subkoordinator Bidang Analisis dan Prediksi Meteorologi Maritim Furqon Alfahmi mengutarakan, kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter bisa berisiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran untuk kategori perahu nelayan.
Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter bisa berbahaya untuk tongkang. Untuk feri, ada risiko tinggi jika kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter. Adapun kapal ukuran besar seperti kargo dan kapal pesiar, berisiko jika kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter.