Kerja Sama Riset Kelautan dan Pengembangan Pulau-pulau Kecil Ditingkatkan
Kegiatan eksplorasi dan observasi kelautan di Indonesia masih terbatas. Pertemuan WESTPAC-XIV di Jakarta mencoba untuk terus meningkatkan kolaborasi riset kelautan dan pengembangan pulau-pulau kecil.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski berstatus sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang sangat luas, kegiatan eksplorasi dan observasi kelautan di Indonesia masih terbatas. Riset kelautan, termasuk pengembangan pulau-pulau kecil di Indonesia, terus ditingkatkan melalui kolaborasi dengan peneliti asing.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko saat memberikan sambutan dalam acara Sesi Antarpemerintah Sub-Komisi IOC untuk Pasifik Barat ke-14 (WESTPAC-XIV) yang berlangsung pada 4-7 April di Auditorium Gedung BJ Habibie, BRIN, Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Handoko menyampaikan, WESTPAC-XIVmerupakan pertemuan pertama yang dilakukan secara tatap muka setelah tiga tahun pandemi. Pertemuan ini juga diselenggarakan di waktu yang tepat seiring dengan terintegrasinya sejumlah lembaga riset ke dalam BRIN yang juga berfokus meningkatkan kolaborasi riset dengan berbagai pihak.
Peran riset juga dapat memetakan sekaligus mengoptimalkan beragam potensi sektor kelautan untuk mengendalikan perubahan iklim.
”Kami menyadari bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan teritorial laut yang luas dan memiliki garis pantai yang panjang. Namun, sayangnya kegiatan eksplorasi dan observasi kelautan ataupun di Indonesia masih terbatas. Hal ini termasuk pemanfaatan keanekaragaman hayati maritim yang berada di wilayah perairan kami,” ujarnya.
Pertemuan WESTPAC-XIV menjadi kegiatan yang sangat penting guna meningkatkan riset kelautan di Indonesia. Sebab, dalam pertemuan ini setiap negara anggota dapat mengusulkan proyek penelitian atau kelompok kerja (working group) yang akan ditindaklanjuti di tahun-tahun berikutnya.
Dalam pertemuan ini, Indonesia juga akan mengusulkan topik diskusi mengenai penelitian dan pengembangan pulau-pulau kecil (SIRaD). Usulan SIRaD tersebut sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang memiliki 17.500 pulau. Dari jumlah itu, 90 persen di antaranya dikategorikan sebagai pulau-pulau kecil dan terdapat 111 pulau kecil terluar.
Menurut Handoko, pulau-pulau kecil unik secara geologis ataupun biologis memiliki kekayaan hayati khas atau endemik hanya ada di beberapa pulau atau kluster pulau tersebut. Salah satu contohnya yaitu wilayah segitiga terumbu karang (coral triangle) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia.
Usulan Indonesia ini cukup relevan mengingat pulau-pulau kecil juga dimiliki negara-negara di Pasifik Barat, seperti Malaysia, Filipina, Jepang, Thailand, Timor Leste, dan Papua Niugini. Di sisi lain, pulau-pulau kecil perlu menjadi fokus karena rentan terdampak perubahan iklim.
Selain usulan proyek, WESTPAC-XIV juga akan membahas beberapa isu utama terkait lingkungan laut, makanan laut, keanekaragaman hayati, dan pengembangan kapasitas. Pertemuan kali ini juga akan dilakukan peninjauan terhadap pelaksanaan kesepakatan yang telah dibuat pada pertemuan IOC-WESTPAC sebelumnya selama tiga tahun terakhir.
Kegiatan yang diselenggarakan tiga tahun sekali tersebut dihadiri para delegasi dari 12 negara anggota Komisi Oseanografi Antarpemerintah (IOC). Delegasi yang terdiri dari pimpinan kementerian/lembaga kelautan, komunitas ilmiah kelautan, serta pemangku kepentingan kelautan lainnya tersebut akan membahas kebijakan dan kerja sama bidang ilmu kelautan.
Pertemuan ini juga bertujuan meningkatkan kapasitas teknis dan kelembagaan terkait serta mengembangkan solusi berbasis sains. Hal ini berguna sebagai upaya menghadapi tantangan pembangunan berkelanjutan di Pasifik Barat dan wilayah sekitarnya.
Mengoptimalkan potensi
Executive Secretary IOC Vladimir Ryabinin mengatakan, riset sangat penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di sektor kelautan. Di sisi lain, peran riset juga dapat memetakan sekaligus mengoptimalkan beragam potensi sektor kelautan untuk mengendalikan perubahan iklim.
Pada pertengahan Februari lalu, IOC telah meluncurkan kelompok kerja untuk mengelola data kelautan yang berkolaborasi bersama sektor swasta. Kelompok kerja ini berfokus pada pembuatan kerangka kerja dan mekanisme untuk membuat data ilmu kelautan milik pribadi yang nantinya akan tersedia dan bisa diakses oleh masyarakat umum.
Menurut Vladimir, peluncuran kelompok kerja ini akan membuka potensi besar data kelautan, termasuk di bidang industri yang saat ini tidak dapat diakses oleh para peneliti. Kolaborasi antara pihak sains, industri, dan pemerintah dalam kelompok kerja ini bersifat transformatif guna meningkatkan pengetahuan serta informasi kelautan.
IOC-WESTPAC didirikan pada 1989 untuk mempromosikan kerja sama internasional dan mengoordinasikan program dalam penelitian kelautan dan pengamatan laut. Kegiatan pengamatan laut yang sebagian besar dikelola oleh sektor ilmiah kini mulai dikembangkan melalui kolaborasi dengan pihak swasta guna memaksimalkan potensi ekonomi biru.