Anak Prasekolah Lebih Suka Belajar dari Robot yang Kompeten
Penelitian terbaru di Concordia University, Kanada, menunjukkan anak-anak prasekolah lebih suka belajar dari robot yang kompeten ketimbang manusia yang tidak kompeten.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan teknologi robot di bidang pendidikan semakin meluas. Penelitian terbaru di Concordia University, Kanada, menunjukkan anak-anak prasekolah lebih suka belajar dari robot yang kompeten ketimbang manusia yang tidak kompeten.
Studi tersebut membandingkan dua kelompok anak prasekolah, yaitu anak berusia tiga tahun dengan anak berumur lima tahun. Anak-anak itu berpartisipasi dalam pertemuan Zoom yang menampilkan video seorang perempuan muda dan robot kecil dengan karakter humanoid (memiliki gambaran kepala, wajah, batang tubuh, lengan dan kaki) bernama Nao yang duduk berdampingan.
Di antara mereka terdapat benda-benda familiar yang dilabeli dengan benar oleh robot. Sementara manusia memberi label yang salah, merujuk pada mobil sebagai buku, bola sebagai sepatu, dan cangkir sebagai anjing.
Kemudian, kedua kelompok anak itu disuguhkan barang-barang yang tidak biasa. Selanjutnya, robot ataupun manusia memakai istilah tidak masuk akal yang berbeda dalam melabeli benda-benda tersebut, seperti mido, toma, fep, dan dax.
Anak-anak ditanya apa nama benda itu, mendukung label yang ditawarkan oleh robot atau manusia. Kelompok anak usia tiga tahun tidak menunjukkan preferensi untuk satu kata tertentu, sementara kelompok anak usia lima tahun cenderung menyatakan istilah yang diberikan oleh robot ketimbang manusia.
”Anak-anak memilih untuk belajar dari seorang guru yang kompeten daripada seseorang yang lebih akrab bagi mereka, bahkan jika guru yang kompeten itu adalah robot,” ujar penulis utama studi tersebut, Anna-Elisabeth Baumann, dilansir dari Sciencedaily.com, Rabu (29/3/2023).
Data ini memberi tahu kita bahwa anak-anak akan memilih untuk belajar dari robot meskipun mereka tahu itu tidak seperti mereka.
Penelitian ini telah diterbitkan di Journal of Cognition and Development, Maret 2023. Para peneliti mengulangi percobaan dengan kelompok baru anak berusia tiga tahun dan lima tahun.
Robot humanoid Nao diganti dengan robot kecil berbentuk truk yang disebut Cozmo. Hasilnya mirip dengan percobaan sebelumnya. Hal ini menunjukkan morfologi robot tidak memengaruhi strategi kepercayaan selektif anak-anak.
”Data ini memberi tahu kita bahwa anak-anak akan memilih untuk belajar dari robot meskipun mereka tahu itu tidak seperti mereka (manusia). Mereka tahu robot itu mekanis,” katanya.
Sudah banyak literatur membahas pemanfaatan robot sebagai alat bantu mengajar untuk anak-anak. Namun, sebagian besar penelitian berfokus pada satu robot informan atau dua robot yang diadu kemampuannya.
Ketua Pengembangan Sibernetika Concordia University Diane Poulin-Dubois menyebutkan, penelitian tersebut didasarkan pada studi mereka sebelumnya yang menunjukkan anak berusia lima tahun cenderung memperlakukan robot sama seperti orang dewasa. ”Anak-anak prasekolah yang lebih tua tahu bahwa robot memiliki bagian dalam mekanis, tetapi mereka masih melakukan antropomorfik. Seperti orang dewasa, anak-anak ini mengaitkan kualitas tertentu yang mirip manusia dengan robot, seperti kemampuan untuk berbicara, berpikir, dan merasakan,” tuturnya.
Poulin-Dubois menambahkan, pihaknya melihat robot sebagai alat untuk mempelajari bagaimana anak-anak belajar dari agen manusia dan non-manusia. Seiring meningkatnya penggunaan teknologi dan anak-anak lebih banyak berinteraksi dengan perangkatnya, sangat penting memahami bagaimana teknologi dapat membantu memfasilitasi pembelajaran mereka.