Kecerdasan Buatan Dukung Keputusan Medis Dokter Jantung
Para peneliti mengembangkan tiga sistem berbasis kecerdasan buatan untuk mendukung keputusan medis dokter terkait penanganan serangan jantung. Sistem ini diyakini dapat memudahkan pekerjaan dokter di masa depan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Para peneliti di University of Gothenburg, Swedia, mengembangkan tiga sistem berbasis kecerdasan buatan untuk mendukung keputusan medis dokter terkait penanganan serangan jantung. Sistem ini diyakini dapat memudahkan dan membuat perbedaan besar pada pekerjaan dokter di masa mendatang,
Salah satu alat pendukung keputusan ini yang diberinama SCARS-1 dapat diunduh secara gratis dari situs web Studi Pembelajaran Mesin Henti Jantung Gothenburg. Namun, hasil dari algoritmamasih perlu diterjemahkan secara manual oleh orang dengan keahlian yang tepat.
Sistem ini dikembangkan oleh kelompok peneliti yang dipimpin oleh Araz Rawshani, peneliti di Akademi Sahlgrenska, Fakultas Kedokteran,University of Gothenburg,sekaligus dokter residen di bidang kardiologidi Rumah Sakit Universitas Sahlgrenska.
”Saya dan rekan lain yang merawat pasien gawat darurat dengan serangan jantung mulai menggunakan model prediksi sebagai proses untuk menentukan tingkat perawatan. Identifikasi dari alat ini membantu kami untuk merekomendasikan terkait perawatan yang tidak memberatkan bagi pasien,” ujarnya dilansir dari situs resmi University of Gothenburg, Rabu (15/2/2023).
Sistem atau aplikasi yang dikembangkan ini mengakses data dari Daftar Resusitasi Kardiopulmoner Swedia pada puluhan ribu kasus pasien. Peneliti University of Gothenburg telah menggunakan bentuk lanjutan dari pembelajaran mesin untuk memberikan model prediksi klinis guna mengenali berbagai faktor yang telah memengaruhi hasil sebelumnya.
Algoritmadalam sistem ini juga memperhitungkan banyak faktor berkaitan dengan kondisi pasien. Faktor tersebut mulai dari henti jantung, perawatan yang diberikan, riwayat kesehatan buruk pasien, pengobatan, dan status sosial ekonomi.
Identifikasi dari alat ini membantu kami untuk merekomendasikan terkait perawatan yang tidak memberatkan bagi pasien.
Sampai saat ini, kelompok penelititelah menerbitkan dua alat pendukung keputusan medis dokter spesialis jantung tersebut. Salah satu laporan dari model prediksi klinis, yang dikenal sebagai SCARS-1, dipublikasikan dalam jurnal eBioMedicine The Lancet.
Model tersebut menunjukkan kemungkinankondisi kasus pasien jantung baru menyerupaikasus-kasus sebelumnya. Salah satunya terkait dengan kondisi pasien yang dapat bertahan atau meninggal setelah 30 hari terkena serangan jantung.
Model ini juga tercatat memiliki akurasi sangat tinggi. Berdasarkan sepuluh faktor paling signifikan, model ini memiliki sensitivitas 95 persen dan spesifisitas 89 persen.
Sementara alat pendukung keputusan kedua telah diterbitkan dan dipresentasikan dalam jurnal Resusitasi. Alat ini didasarkan pada data dari pasien yang selamat dari serangan jantung di luar rumah sakit hingga mereka yang telah keluar dari rumah sakit.
Model prediktif didasarkan pada 886 faktor dalam 5.098 kasus pasien dari Daftar Resusitasi Kardiopulmoner Swedia. Alat ini sebagian ditujukan untuk membantu dokter dalam mengidentifikasipasien mana yang berisiko mengalami serangan jantung atau kematian lainnya dalam waktu satu tahun setelah keluar dari rumah sakit.
Pendukung keputusan ini dikembangkan oleh Fredrik Hessulf, mahasiswa doktoral di Akademi Sahlgrenskasekaligus ahli anestesi di Rumah Sakit Universitas Sahlgrenska.
”Keakuratan alat ini baik karena dapat memprediksi dengan keakuratan sekitar 70 persen. Sistem ini dapat melihat apakah pasien akan meninggalatau mengalami serangan jantung lagi dalam rentang waktu satu tahun,” katanya.