Badan Informasi Geospasial baru saja menemukan adanya gunung bawah laut di selatan Pacitan, Jawa Timur. Puncak gunung ini berada pada kedalaman sekitar 3.800 meter.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gunung bawah laut ditemukan oleh tim survei Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai Badan Informasi Geospasial di perairan selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Gunung ini berada di dasar laut berkedalaman sekitar 6.000 meter dengan tinggi gunung sekitar 2.200 meter.
Koordinator Pemetaan Kelautan Badan Informasi Geospasial (BIG) Fajar Triady Mugiarto menyampaikan, puncak dari gunung bawah laut yang ditemukan tersebut diidentifikasi berada pada kedalaman sekitar 3.800 meter. Gunung itu berada sekitar 260 kilometer dari selatan Kabupaten Pacitan.
”(Gunung bawah laut itu) Tepatnya berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,” katanya dalam siaran pers, Selasa (14/2/2023).
Fajar mengatakan, terkait penemuan gunung bawah laut ini, BIG telah berkoordinasi secara teknis dengan sejumlah pihak terkait, antara lain pakar geologi dan hidrografi, Pemerintah Kabupaten Pacitan, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dalam koordinasi yang dilakukan, dilibatkan pula perwakilan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal).
Berdasarkan dokumen International Hydrographic Organization (IHO) B6, gunung bawah laut adalah fitur atau obyek yang memiliki elevasi atau ketinggian berbeda dengan sekelilingnya. Beda tinggi antara gunung dan relief di sekitarnya harus lebih besar dari 1.000 meter. Ketinggian tersebut diukur dari batimetri terdalam yang mengelilingi sebagian besar fitur atau obyek.
Fajar menuturkan, merujuk pada definisi tersebut serta hasil identifikasi gunung bawah laut yang dihasilkan dari survei landas kontinen ekstensi (LKE), telah disimpulkan bahwa obyek yang didapat dari hasil survei LKE ini termasuk kategori gunung bawah laut. Hal tersebut disimpulkan baik dari sisi geologi maupun hidrografi. Seluruh data yang ada pun sesuai dengan dokumen IHO B6.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi, pemberian nama dapat diberikan terhadap obyek yang berada di darat dan laut. ”Pada Maret 2023 akan dilaksanakan penelaahan nama rupabumi tingkat pusat,” kata Fajar.
Merujuk pada definisi tersebut serta hasil identifikasi gunung bawah laut yang dihasilkan dari survei landas kontinen ekstensi (LKE), telah disimpulkan bahwa obyek yang didapat dari hasil survei LKE ini termasuk kategori gunung bawah laut.
Saat ini, usulan nama gunung bawah laut yang disampaikan Pemerintah Kabupaten Pacitan masih akan difinalisasikan dengan para pejabat setempat. ”Diharapkan nama gunung api ini nantinya dapat masuk ke dalam Gazeter RI. Bahkan, direncanakan nama gunung bawah laut ini akan di-submit ke ranah internasional di The GEBCO Sub-Committee on Undersea Feature Names (SCUFN),” ujarnya.
Terkait dengan penamaan gunung bawah laut yang baru ditemukan tersebut, para pakar serta perwakilan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah sepakat tidak akan menggunakan nama orang. Kesepakatan ini berdasarkan pertimbangan mitigasi bencana karena gunung bawah laut tersebut bisa menjadi ancaman bencana di masa depan.
Dalam rilis sebelumnya, Kepala BIG Muh Aris Marfai menuturkan, BIG telah meluncurkan Gazeter Republik Indonesia (GRI) edisi I tahun 2022. Gazeter merupakan dokumen baku yang digunakan sebagai acuan bersama terkait nama rupabumi di Indonesia.
GRI Edisi I Tahun 2022 diterbitkan dalam dua format buku, yaitu GRI yang berisi seluruh daftar nama rupabumi baku dan GRI Unsur Rupabumi Pulau yang berisi daftar nama rupabumi baku untuk unsur rupabumi pulau. ”Ini penting sekali karena kita sebagai negara kepulauan dengan 17.000 lebih pulau. Itu perlu penamaan baku di antara banyak pulau kita,” kata Aris.
Fajar mengatakan, gunung bawah laut di selatan Pacitan ditemukan saat tim dari Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai BIG melakukan survei landas kontinen ekstensi di wilayah selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Survei ini dilaksanakan bersama dengan BRIN pada September-November 2022.
Survei yang dilakukan menggunakan Kapal Survei Baruna Jaya III ini bertujuan mendapatkan data batimetri atau topografi bawah laut secara detail. Data yang didapatkan selanjutnya akan digunakan sebagai data utama penghitungan klaim luas landas kontinen ekstensi di luar 200 mil laut.