WHO Menyerukan Kewaspadaan Penularan Flu Burung pada Manusia
WHO menyerukan kewaspadaan terhadap flu burung yang baru-baru ini terdeteksi pada mamalia. Hingga kini, risiko terjadinya wabah pada manusia dinilai masih rendah.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan kewaspadaan terhadap flu burung yang baru-baru ini terdeteksi pada mamalia. Namun, lembaga kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini menyatakan risiko terjadinya wabah skala besar pada manusia dinilai masih rendah.
”Limpahan baru-baru ini (flu burung) ke mamalia perlu dipantau secara ketat. Untuk saat ini, WHO menilai risiko terhadap manusia rendah,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan pers yang bisa diikuti daring, Rabu (8/2/2023) waktu Geneva, Swiss.
Sejak akhir 2021, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan telah dilanda wabah flu burung, yang disebabkan virus H5N1, terburuk yang pernah terjadi. Hal ini menyebabkan pemusnahan puluhan juta unggas peliharaan di seluruh dunia.
Semakin banyak virus beredar pada hewan, semakin tinggi pula risikonya bagi manusia.
Deteksi penyakit baru-baru ini menemukan, virus H5N1, pemicu flu burung, juga menulari banyak mamalia, termasuk rubah, berang-berang, cerpelai, singa laut, dan bahkan beruang grizzl. Kondisi ini memicu kekhawatiran bahwa manusia bisa lebih berisiko. Virus H5N1 telah menyebar secara luas pada burung liar dan unggas selama 25 tahun, tetapi penularan ke mamalia sebelumnya relatif jarang terjadi.
”Kami hanya melihat penularan H5N1 yang langka dan tidak berkelanjutan ke dan di antara manusia,” kata Ghebreyesus. Namun, dia memperingatkan, ”Kita tidak dapat berasumsi bahwa hal itu akan tetap terjadi dan kita harus bersiap untuk setiap perubahan dalam status quo.”
Ghebreyesus meminta negara-negara untuk memperkuat pengawasan di lingkungan di mana manusia, hewan ternak ,atau hewan liar berinteraksi. ”WHO juga terus menjalin hubungan dengan produsen untuk memastikan jika diperlukan, pasokan vaksin dan antivirus akan tersedia untuk penggunaan global,” katanya.
Menurut laporan WHO, selama dua dekade terakhir, ada 868 kasus H5N1 yang dikonfirmasi pada manusia dengan 457 kematian. Ada empat kasus manusia yang dikonfirmasi dan satu kematian tahun lalu.
Bulan lalu, Ekuador melaporkan kasus pertama virus flu burung A (H5N1) di Amerika Selatan pada seorang manusia, seorang gadis berusia sembilan tahun yang berhubungan dengan unggas di halaman belakang rumahnya. Menurut Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan, kondisi gadis itu membaik. Dia menambahkan, sejauh ini tidak ada indikasi bahwa orang lain telah terinfeksi.
Direktur Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi serta Pandemi WHO Sylvie Briand mengatakan, penularan virus flu dari hewan ke manusia jarang terjadi. ”Ketika menginfeksi manusia, penularan lebih lanjut antarmanusia tidak mudah karena virus tidak beradaptasi dengan baik pada populasi manusia,” ujarnya.
Namun, dia memperingatkan, ”Kita harus waspada untuk memastikan bahwa penyebaran pada hewan dapat diatasi. Semakin banyak virus beredar pada hewan, semakin tinggi pula risikonya bagi manusia.”
Menurut Briand, virus yang beredar pada hewan dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih mudah menular. Ryan juga setuju bahwa penyebaran intensif di antara mamalia kecil bisa meningkatkan kemungkinan virus ini dapat berkembang.
Data WHO menunjukkan, virus influenza hewan atau H5N1 berbeda dari virus influenza musiman manusia dan tidak mudah menular antarmanusia. Namun, virus influenza zoonosis, virus influenza hewan yang terkadang menginfeksi manusia melalui kontak langsung atau tidak langsung, dapat menyebabkan penyakit pada manusia, mulai dari penyakit ringan hingga kematian.
Unggas menjadi inang alami bagi virus flu burung. Setelah mewabahnya virus A (H5N1) tahun 1997 pada unggas di Hong Kong SAR, China, sejak tahun 2003, virus flu burung dan flu lainnya telah menyebar dari Asia ke Eropa dan Afrika. Pada 2013, infeksi manusia dengan virus flu babi H7N9 dilaporkan di China.
Selain itu, sebagian besar virus flu babi tidak menyebabkan penyakit pada manusia, tetapi beberapa negara telah melaporkan kasus infeksi virus flu babi tertentu pada manusia. Dekat dengan babi yang terinfeksi atau mengunjungi lokasi di mana babi dipamerkan telah dilaporkan untuk sebagian besar kasus manusia, tetapi beberapa penularan terbatas dari manusia ke manusia telah terjadi.
Sama seperti burung dan babi, hewan lain seperti kuda dan anjing juga dapat tertular virus influenzanya sendiri (virus influenza anjing, virus influenza kuda, dan lain-lain). Oleh karena itu, menurut Ryan, melindungi kesehatan manusia bukan hanya tentang mengelola virus pada manusia.
”Ini tentang mengelola virus di kerajaan hewan dan terutama pada antarmuka hewan-manusia itu,” katanya.