47,7 Juta Unggas di Amerika Serikat Terinfeksi Flu Burung
Flu burung melanda Amerika Serikat. Kasus pertama teridentifikasi pada April 2022. Seiring datangnya musim migrasi burung liar, jumlah kasus flu burung dikhawatirkan bertambah.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
DES MOINES, RABU — Negara Bagian Iowa di Amerika Serikat menjadi wilayah yang paling terdampak wabah flu burung jenis H5N1. Pemusnahan massal menjadi langkah yang diambil oleh pemerintah. Sementara itu, masyarakat bersiap menghadapi kenaikan harga ayam kalkun yang menjadi hidangan utama dalam hari raya Thanksgiving.
Per Rabu (1/11/2022), Departemen Pertanian Amerika Serikat menyatakan bahwa 47,7 juta ekor unggas di negara itu tertular flu burung. Data ini khusus untuk unggas di peternakan komersial dan peternakan pribadi yang terdaftar. Data unggas liar yang tertular belum rampung dikumpulkan.
Iowa terdampak paling serius karena terdapat 15 peternakan komersial di negara bagian ini yang unggasnya dinyatakan positif tertular. Akibatnya, 13,3 juta unggas, mulai dari ayam, bebek, angsa, kalkun, hingga ayam pegar, dimusnahkan. Pada Rabu, 1,1 juta ekor ayam petelur di Wright County yang terletak 130 kilometer di utara ibu kota Des Moines dimusnahkan.
Kepala Dinas Pertanian Iowa Mike Naig menjelaskan, penularan terjadi akibat migrasi unggas liar. Pada musim semi, yaitu Maret-April, unggas liar bermigrasi ke utara dari selatan. Ada risiko penularan gelombang berikutnya pada migrasi unggas musim gugur, yaitu ketika unggas liar di Amerika Utara bermigrasi ke selatan guna mencari iklim yang hangat.
Unggas liar jarang terdampak ataupun menunjukkan gejala sakit flu. Umumnya, unggas liar merupakan pembawa virus. Penyakit ini terkandung di dalam kotoran dan lendir hidung unggas liar yang jatuh dan mengendap di tanah. Debu tanah ini kemudian tertiup angin sehingga menulari unggas ternak.
Sementara itu, di kota Point Pleasant Beach, Negara Bagian New Jersey, dinas lingkungan hidup menemukan 13 angsa dan bebek liar yang mati akibat flu burung. Bangkainya ditemukan di pinggir danau dan pantai. Kedua wilayah itu adalah tempat berkumpulnya wisatawan.
”Penularan ke manusia memang secara statistik rendah, tetapi lebih baik hindari dulu wilayah-wilayah yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya unggas liar. Jangan beri makan unggas liar juga ketika sedang berjalan-jalan,” kata Wali Kota Point Pleasant Beach Paul Kanitra kepada media NJ.com.
Wabah juga diperkirakan berdampak pada perayaan Thanksgiving, hari raya tradisional di AS. Kepada ABC, ekonom pertanian, David Anderson, menjelaskan, komoditas musiman yang sejak awal harganya naik akibat krisis pangan dan energi global akan semakin meroket, di antaranya kalkun yang merupakan hidangan khas Thanksgiving.
”Sekarang, dengan adanya wabah flu burung, kenaikan harga bisa-bisa meroket apabila pemerintah federal dan negara bagian tidak segera turun tangan,” katanya.
Di Negara Bagian Louisiana, masyarakat berburu unggas liar, seperti ayam pegar, kalkun liar, dan angsa bersayap biru, guna menghindari risiko flu burung. Dinas lingkungan hidup setempat memperingatkan agar daging unggas tersebut diolah dengan benar guna menghindari penularan virus.
Caranya dengan memakai sarung tangan karet ketika membersihkan daging unggas. Daging harus dicuci dengan air mengalir dan dimasak hingga matang. Selama mengolah daging, dilarang makan, minum, ataupun merokok. Pengolah dianjurkan memakai masker. Setelah itu, semua peralatan harus dicuci bersih dengan air panas dan sabun.
Flu burung juga ditemukan di Eropa dan Afrika, antara lain di Inggris dan Nigeria. Surat kabar The Guardian melaporkan bahwa asosiasi peternak unggas di Inggris mengimbau agar ada renovasi kandang. Unggas harus dipastikan tidak berkeliaran di udara terbuka guna menghindari terpapar debu yang mengandung virus H5N1.
Adapun di Nigeria, dilansir dari surat kabar lokal The National, 200.000 unggas telah dimusnahkan. Peternak meminta kompensasi kepada negara karena industri peternakan unggas memberi lapangan pekerjaan kepada 25 juta penduduk negara tersebut. (AP)