Ikan Tilapia Baru Bisa Tumbuh Lebih Cepat di Iklim yang Memanas
Peneliti berhasil mengembangkan galur baru ikan tilapia yang dapat tumbuh lebih besar dan cepat, serta tahan terhadap tantangan lingkungan yang memanas berdasarkan peta genom terbaru.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ilmuwan berhasil memetakan genom utuh ikan tilapia atau nila. Peta genom ini menjadi bekal untuk mengembangkan galur baru ikan ini agar dapat tumbuh lebih besar dan cepat serta tahan terhadap tantangan lingkungan yang memanas.
Genom rujukan lengkap dan berkualitas tinggi untuk galur tilapia atau nila (Oreochromis niloticus) yang ditingkatkan secara genetik ini dipublikasikan tim peneliti Institut Earlham, Institut Roslin, dan WorldFish di jurnal BMC Genomic edisi Desember 2022. Kajian ini bagian dari Program Genetically Improved Farmed Tilapia (GIFT) yang dipelopori oleh lembaga penelitian WorldFish.
Organisasi Pertanian dan Pangan (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, produksi ikan budidaya saat ini sudah hampir setara ikan tangkap, mencapai 46 persen dari total ikan yang dikonsumsi pada 2018. Pada tahun itu, produksi ikan budidaya di dunia mencapai 47 juta ton dengan ikan nila menjadi spesies nomor tiga yang paling penting, mewakili 8,3 persen dari total produksi global.
Salah satu keunggulan ikan nila adalah kemampuannya untuk bertahan hidup dan tumbuh cepat di berbagai kondisi lingkungan. Bahkan, ikan ini mampu mendominasi di lingkungan liar baru, seperti terjadi di Papua.
Selain kemampuannya bertahan hidup, ikan tilapia juga memiliki daging yang cukup tebal dan bernutrisi sehingga banyak digemari masyarakat. Di sisi lain, harga ikan air tawar ini relatif murah sehingga berpotensi menjadi sumber nutrisi yang terjangkau bagi masyarakat luas.
Keberhasilan penyebaran nila secara global juga terkait dengan setidaknya 27 program pemuliaan yang difokuskan pada peningkatan laju pertumbuhan untuk mempersingkat waktu produksi. Langkah ini diinisiasi Program GIFT sejak tahun 1987 bekerja sama dengan International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARM, sekarang WorldFish Center) dan Institute for Aquaculture Research (AKVAFORSK, Norwegia).
Program pemuliaan dikembangkan pada tahun 1988 dari total delapan galur dan populasi. Empat populasi dari Afrika (Mesir, Ghana, Kenya, dan Senegal) dan empat sudah dibudidayakan di Israel, Singapura, Taiwan, dan Thailand, menghasilkan populasi yang beragam secara genetik dan dipakai untuk pemilihan tingkat pertumbuhan yang lebih baik.
Peningkatan berat badan ikan nila yang telah dimuliakan ini 67-88 persen lebih tinggi dibandingkan populasi dasar selama lima generasi seleksi. Strain GIFT yang ditingkatkan sekarang didistribusikan ke seluruh dunia, memainkan peran kunci di negara-negara berkembang.
Referensi genom utuh ini menyediakan katalog lengkap dan beranotasi dari semua gen dalam suatu organisme. Sumber penting ini adalah dasar untuk program pemuliaan modern.
Untuk mengembangkan strain GIFT lebih lanjut dan untuk memungkinkan perbaikan di masa depan, kini para ilmuwan berupaya mengembangkan salah satu galur elite tilapia, dimulai dengan pengurutan genom utuh ikan ini. Sebelumnya, hal ini dilakukan melalui pemuliaan selektif tanpa referensi genom lengkap.
Wilfried Haerty, penulis studi dan Group Leader di Earlham Institute, dalam rilis yang dikeluarkan lembaga ini, Senin (6/2/2023), mengatakan, ”Referensi genom utuh ini menyediakan katalog lengkap dan beranotasi dari semua gen dalam suatu organisme. Sumber penting ini adalah dasar untuk program pemuliaan modern.”
Dengan genom lengkap ini, menurut Haerty, WorldFish yang memimpin pengembangan lebih lanjut GIFT ataupun lembaga lain dapat membiakkan sifat-sifat ikan nila yang bermanfaat.
Rekayasa genetika
Menggunakan kombinasi pengurutan genetika peta genetik strain GIFT, para peneliti akhirnya menghasilkan rakitan genom level kromosom ikan nila baru. Dengan menggunakan genom dari dua spesies yang berkerabat dekat, yaitu ikan mujahir (Oreochromis mossambicus) dan nila biru (Oreochromis aureus), peneliti menandai tingkat introgresi antara spesies ini dan O. niloticus yang terjadi selama proses pemuliaan.
Peneliti juga mengidentifikasi 11 juta basis data genomik O. mossambicus dalam genom GIFT, termasuk gen yang terkait dengan kekebalan, tetapi juga dengan sifat yang menarik seperti tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
John Benzie, Direktur WorldFish dari Aquatic Foods Biosciences, mengatakan, ”Kolaborasi ini telah meletakkan dasar yang kuat bagi kami untuk menghasilkan galur GIFT baru yang lebih tahan terhadap perubahan iklim—mengurangi risiko produksi bagi pembudidaya ikan dan meningkatkan hasil panen serta memberi asupan protein hewani bergizi untuk populasi global.”
Penemuan ini dinilai akan membantu memandu program pemuliaan di masa depan dan meningkatkan pemahaman gen yang terkait dengan sifat menguntungkan pada spesies ikan budidaya. ”Kami telah menghasilkan rakitan level kromosom dari galur GIFT,” jelas Haerty. Dia menyebutkan, asal-usul galur baru ini bercampur dari daerah introgresi dengan sifat-sifat terpilih. Hal ini memberikan informasi yang dibutuhkan pembudidaya untuk mengembangkan ikan nila baru yang lebih produktif.
Diego Robledo, penulis studi dari Roslin Institute, mengatakan, ”Wawasan yang ditawarkan oleh pengembangan seluruh genom spesies ini akan memungkinkan riset pasokan produksi berkelanjutan untuk mendukung sumber nutrisi yang sehat bagi populasi yang sedang tumbuh.”