Deteksi Dini Kelainan Fungsi Otak dengan ”Brain Check Up”
Pemeriksaan ”brain check up” bisa menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat untuk mendeteksi dini adanya gangguan kesehatan otak dan saraf.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan otak akan berhenti dan secara bertahap mengalami penurunan fungsi. Penurunan fungsi otak akan semakin besar dengan gaya hidup tidak sehat. Berbagai risiko pun bisa terjadi sehingga deteksi dini perlu dilakukan agar kondisi tak semakin parah.
Yaya Ruhiya (57) duduk di ruang tunggu di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta, Senin (6/2/2023). Ia bersiap menjalani pemeriksaan rekam jantung dengan elektrokardiogram (EKG). Itu bukan satu satunya pemeriksaan yang harus ia jalankan. Setidaknya 10 pemeriksaan yang dijadwalkan untuk dilakukan Yaya pada hari itu.
Selain pemeriksaan EKG, ada pula pemeriksaan fisik neurologi, neurobehavior, neuro ophthalmology, transcranial doppler/carotid, pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) otak, dan MRA (magnetic resonance angiography).
Rangkaian pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari pemeriksaan brain check up yang ditawarkan RS Pusat Otak Nasional. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini gangguan organ serta fungsi otak dan pembuluh darah.
Dengan mengetahui kelainan yang terjadi, diharapkan tindakan lebih lanjut bisa segera dilakukan tanpa harus menunggu gejala muncul yang biasanya sudah terjadi pada kondisi yang buruk.
”Ibarat mobil tua perlu servisrutin, tubuh saya ini perlu diperiksa supaya tahu apa yang harus diobati sehingga jangan sampai kondisinya memburuk. Apalagi saya punya riwayat penyakit. Jangan sampai mobil yang tua itu tiba-tiba mogok dan berujung pada kecelakaan,” tutur Yaya.
Keputusannya untuk melakukan pemeriksaan brain check up atau pemeriksaan kesehatan otak berawal dari gejala kesemutan pada ujung jari yang sering dialaminya beberapa waktu terakhir. Selain itu, ia pernah mengalami gangguan pembuluh darah di otak dan kekentalan darah. Kondisi itu membuatnya berisiko tinggi mengalami penyakit stroke dan jantung.
Ibarat mobil yang sudah tua yang perlu dilakukan servis rutin, tubuh saya ini perlu diperiksa supaya tahu apa yang harus diobati sehingga jangan sampai kondisinya memburuk.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, pemeriksaan kesehatan otak dipilihnya. Menurut Yaya, gejala yang dialaminya merujuk pada penyakit lebih spesifik pada kondisi saraf di otak. Pemeriksaan kesehatan otak yang dipilihnya dinilai lebih lengkap dibandingkan pemeriksaan kesehatan (MCU) di rumah sakit lainnya.
Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang RS Pusat Otak Nasional Prof Dr dr Mahar Mardjono, Jakarta, Adin Nulkhasanah mengutarakan, pemeriksaan brain check up merupakan layanan komprehensif untuk mendeteksi dini gangguan pada otak dan persarafan.
Pemeriksaan ini disarankan untuk dilakukan pada usia 35 tahun ke atas atau masyarakat yang memiliki faktor risiko pada kesehatan otak, seperti hipertensi, kolesterol, obesitas, merokok, stres, dan riwayat keluarga.
Melalui pemeriksaan tersebut, berbagai kelainan yang menjadi penyebab penyakit stroke bisa diketahui. Selain itu, brain check up bisa mendeteksi dini tanda-tanda penuaan akibat gangguan memori seperti pikun dan demensia serta gangguan kognisi. Kelainan otak dan pembuluh darah bawaan pun bisa diketahui.
”Dengan program (brain check up) ini, deteksi dini kelainan fungsi otak dari ringan sampai berat dapat diprediksi. Itu dilakukan untuk mempertahankan kualitas hidup manusia,” tuturnya.
Adin menjelaskan, pemeriksaan brain check up yang ditawarkan di RS Pusat Otak Nasional merupakan yang pertama dan kini masih satu-satunya yang ada di Indonesia. Layanan ini sudah berjalan sejak tahun 2018. Sampai saat ini, setidaknya ada 75 pasien sudah menjalani pemeriksaan tersebut di RS Pusat Otak Nasional.
Pemeriksaan
Secara teknis, Koordinator Tim Pemeriksaan Layanan Brain Check Up yang juga dokter spesialis saraf di RS Pusat Otak Nasional, Elda Bernia Bangun, menuturkan, pemeriksaan spesifik dilakukan untuk mengetahui kelainan pada otak dan pembuluh darah, antara lain pemeriksaan MRI dan MRA. Kedua pemeriksaan itu untuk melihat struktur anatomi otak dan pembuluh darah secara rinci.
Selain itu, ada pemeriksaan multislices computerized tomography scan angiography cardiology. Pemeriksaan tersebut akan menghasilkan pemindaian jantung untuk melihat lebih jelas adanya sumbatan serta perkiraan tempat, besaran, dan panjang dari sumbatan tersebut.
Pemeriksaan neurobehavior juga dilakukan untuk melihat adanya risiko penuaan dini dan gangguan kognisi pada pasien. ”Seluruh pemeriksaan ini memerlukan waktu satu hari dari pukul 07.00 sampai pukul 16.00. Untuk itu, sebelum melakukan pemeriksaan, pasien diminta beristirahat dengan baik,” katanya.
Meski layanan ini amat baik untuk mendeteksi kelainan pada otak dan saraf, harga yang ditawarkan untuk mengakses layanan ini cukup mahal. Terdapat dua paket yang ditawarkan oleh RS Pusat Otak Nasional, yakni paket General Brain Check Up sebesar Rp 14,7 juta dan paket General Heart Brain Check Up sebesar Rp 20,4 juta.
Hal itu membuat layanan ini belum bisa diakses secara luas oleh masyarakat. Paket untuk pemeriksaan brain check up juga tidak masuk dalam layanan yang ditanggung dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat. Pasien JKN-KIS umumnya baru bisa mendapat layanan pemeriksaan jika ada indikasi medis.
”Kami harap semakin banyak warga yang bisa mengakses layanan ini, apalagi gaya hidup masyarakat saat ini makin berisiko. Dengan deteksi dini, risiko penyakit bisa diketahui lebih cepat sehingga penanganannya lebih tepat,” ujar Adin.