Percobaan laboratorium di Belanda menunjukkan, bakteri ”Rhodococcus ruber” terbukti bisa memakan dan mencerna plastik menjadi karbon dioksida dan sejumlah zat lain yang tidak berbahaya.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Percobaan laboratorium di Belanda menunjukkan, bakteri Rhodococcus ruber terbukti bisa memakan dan mencerna plastik menjadi karbon dioksida dan sejumlah zat lain yang tidak berbahaya. Sekalipun temuan ini menjadi kabar baik bagi upaya mengatasi pencemaran plastik, upaya mencegah pencemaran dinilai sebagai jalan terbaik.
Percobaan laboratorium ini dilakukan mahasiswa doktoral, Maaike Goudriaan, di Royal Netherlands Institute for Sea Research (NIOZ). Hasilnya kemudian dipublikasikan di jurnal Marine Pollution Bulletin volume 186 edisi Januari 2023.
Dengan memakai model plastik dalam air laut buatan di laboratorium, Goudriaan menghitung bahwa bakteri Rhodococcus ruber dapat memecah plastik yang dimasukkan jadi karbon dioksida dan zat tidak berbahaya lainnya.
”Hal ini tentu bukan solusi untuk masalah biofilm (larutan plastik) di lautan kita,” kata Goudriaan dalam rilis yang dikeluarkan Royal Netherlands Institute for Sea Research, Senin (23/1/2023).
Goudriaan memakai plastik yang diproduksi khusus untuk eksperimen ini dengan bentuk karbon (13C) yang berbeda di dalamnya.
Ketika dia memasukkan plastik itu ke bakteri setelah perlakuan awal dengan ”sinar matahari buatan” menggunakan lampu UV (ultraviolet), ke dalam botol simulasi air laut, dia melihat versi khusus karbon muncul sebagai karbon dioksida di atas air.
”Paparan dengan sinar UV diperlukan karena kita sudah tahu bahwa sinar matahari sebagian memecah plastik menjadi potongan-potongan kecil untuk bakteri,” kata Goudriaan. Eksperimen ini merupakan yang pertama kali memperlihatkan dengan jelas cara bakteri mencerna plastik menjadi karbon dioksida dan molekul lainnya.
Sebelumnya, sudah diketahui bahwa bakteri Rhodococcus ruber dapat membentuk apa yang disebut biofilm pada plastik di alam. Juga telah diukur bahwa plastik menghilang di bawah biofilm itu. ”Tapi sekarang kami menunjukkan bahwa bakteri benar-benar mencerna plastik,” tuturnya.
Paparan dengan sinar UV diperlukan karena kita sudah tahu bahwa sinar matahari sebagian memecah plastik menjadi potongan-potongan kecil untuk bakteri.
Ketika Goudriaan menghitung total penguraian plastik menjadi karbon dioksida, dia memperkirakan bahwa bakteri tersebut dapat mengurai sekitar 1 persen dari plastik yang tersedia per tahun. ”Itu mungkin perkiraan yang terlalu rendah,” tambahnya.
”Kami hanya mengukur jumlah karbon-13 dalam karbon dioksida, jadi tidak pada produk penguraian plastik lainnya. Pasti akan ada 13C di beberapa molekul lain, tetapi sulit untuk mengatakan bagian mana yang dipecah oleh sinar UV dan bagian mana yang dicerna oleh bakteri tersebut,” ungkapnya.
Bukan solusi utama
Meskipun ahli mikrobiologi kelautan Goudriaan sangat bersemangat dengan bakteri pemakan plastik, dia menekankan bahwa pencernaan mikroba bukanlah solusi untuk masalah besar dari semua plastik yang mengambang di lautan kita.
Eksperimen ini terutama untuk menjawab teka-teki menghilangnya sebagian limbah plastik di lautan. ”Pencernaan oleh bakteri mungkin bisa menjadi bagian dari penjelasannya,” ujarnya.
Untuk mengetahui apakah bakteri ”liar” juga memakan plastik ”di alam liar”, riset lanjutan perlu dilakukan. Goudriaan telah melakukan beberapa percobaan percontohan dengan air laut asli dan beberapa sedimen yang dia kumpulkan dari dasar Laut Wadden. ”Hasil pertama dari percobaan ini mengisyaratkan plastik terdegradasi, bahkan di alam,” katanya.
Dia berharap, para peneliti lain turut melanjutkan pekerjaan itu sehingga bisa diketahui dengan presisi, berapa banyak plastik di lautan yang benar-benar terdegradasi oleh bakteri. ”Tapi jauh lebih baik daripada membersihkan adalah pencegahan. Dan hanya kita manusia bisa melakukan itu,” kata Goudriaan.
Secara terpisah, Annalisa Delre, juga dari NIOZ, telah menerbitkan makalah tentang sinar matahari yang mengurai plastik di permukaan laut juga di Marine Pollution Bulletin.
Disebutkan, mikroplastik yang mengapung dipecah menjadi partikel nanoplastik yang semakin kecil dan tak terlihat yang tersebar di seluruh kolom air, tetapi juga menjadi senyawa yang kemudian dapat diurai seluruhnya oleh bakteri. Eskperimen ini dilakukan di laboratorium NIOZ di Texel.
Dalam laporannya, Delre dan tim menghitung bahwa sekitar 2 persen plastik yang terlihat mengambang dapat hilang dari permukaan laut dengan cara ini setiap tahun.
”Hal ini mungkin tampak kecil, tetapi dari tahun ke tahun, ini bertambah. Data kami menunjukkan sinar matahari dapat menurunkan sejumlah besar plastik yang mengapung yang telah berserakan di lautan sejak 1950-an,” kata Delre.