Awal Maret, Dokumen Usulan Gelar Pahlawan Nasional Frans Seda Rampung Disusun
Dukungan pengusulan gelar pahlawan nasional bagi Frans Seda terus mengalir. Tokoh asal Nusa Tenggara Timur itu dinilai berkontribusi dalam berbagai bidang untuk kemajuan bangsa.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengusulan gelar pahlawan nasional bagi Franciscus Xaverius Seda (1926–2009) didukung oleh berbagai pihak. Tokoh tiga zaman asal Nusa Tenggara Timur itu dinilai berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Dokumen pengusulan gelar tersebut ditargetkan rampung pada awal Maret mendatang.
Franciscus Xaverius Seda atau Frans Seda pernah menjadi menteri di pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru. Saat era reformasi, ia menjadi penasihat ekonomi untuk tiga presiden, yaitu BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri.
Ketua panitia pengusul penganugerahan gelar pahlawan nasional Frans Seda, Philip Gobang, mengatakan, pihaknya sedang menyusun naskah akademik biografi Frans Seda. Dokumen lainnya yang diperlukan adalah bukti pengabadian namanya pada fasilitas publik, seperti jalan, bandara, dan gedung.
”Persyaratan dokumen ditargetkan rampung awal Maret 2023. Setelah itu akan disampaikan ke Pemerintah Provinsi NTT sebagai pihak yang merekomendasikan ke pemerintah pusat,” ujarnya saat menghadiri seminar nasional ”Merajut Nilai Keutamaan Frans Seda dalam Menata Kemajuan Bangsa” yang digelar Keluarga Besar Maumere (KBM) Jakarta Raya di Jakarta, Jumat (20/1/2023).
Nama Frans Seda telah diabadikan sebagai nama jalan di Kupang dan nama bandara di Maumere, NTT. Selain itu, juga menjadi nama gedung di Kementerian Keuangan. Frans Seda pernah menjadi Menteri Keuangan pada 1966-1968.
Philip mengatakan, seminar merupakan salah satu proses dalam mengusulkan calon pahlawan nasional. Sebelumnya, seminar untuk mendukung gelar pahlawan nasional Frans Seda telah digelar empat kali di Jakarta dan NTT.
”Yang juga penting di sini menyertakan lampiran pernyataan dukungan, baik dari lembaga atau organisasi maupun perorangan,” ucapnya.
Philip menuturkan, pengusulan gelar pahlawan nasional bagi Frans Seda sudah pernah dilakukan pada 2012. Namun, dokumen persyaratan yang diajukan ke Kementerian Sosial saat itu dinilai belum lengkap.
Frans Seda berkontribusi bagi bangsa dalam berbagai bidang. Ketika menjabat Menteri Keuangan, ia mengatasi hiperinflasi Indonesia yang mencapai 650 persen.
Frans Seda lahir pada 4 Oktober 1926 di Lekebai, Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Lokasinya berjarak sekitar 35 kilometer sebelah barat daya Kota Maumere.
Ayahnya, Paulus Setu Seda, adalah guru di sekolah rakyat. Sementara ibunya, Maria Sipi Soa Seda, seorang ibu rumah tangga yang rajin bertani.
Frans Seda berkontribusi bagi bangsa dalam berbagai bidang. Ketika menjabat Menteri Keuangan, ia mengatasi hiperinflasi Indonesia yang mencapai 650 persen.
”Beliau adalah teknokrat senior. Teknokrat generasi pertama yang membangun fondasi perekonomian dan keuangan negara,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melalui rekaman video dalam seminar itu.
Sri Mulyani menuturkan, Frans Seda membentuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Iuran Negara menjadi Ditjen Pajak serta Ditjen Bea dan Cukai. Kedua ditjen ini merupakan cikal bakal pengelolaan penerimaan negara yang terus menopang pembangunan Indonesia.
Saat menjabat Menteri Perhubungan 1968-1973, Frans Seda menggagas transportasi laut dan udara rintisan untuk membuka isolasi wilayah Indonesia bagian timur. Ia juga pernah menjadiKetua Umum Partai Katolik pada 1961-1968.
Menurut Guru Besar Emeritus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno, Frans Seda merupakan sosok yang memancarkan ketenangan di bawah kepositifan kompetensi kepercayaan. ”Ia mengombinasikan apa yang menjadi cita-cita kita, kepribadian yang amat mantap dan kuat, keindonesiaan, dan kekatolikan,” katanya.
Dalam hal diplomasi, Frans Seda membangun komunikasi dengan Partai Katolik untuk melobi kelompok politik di negara itu dalam misi pembebasan Irian Barat. Kontribusi lainnya di bidang pendidikan dengan mendirikan Universitas Katolik Atma Jaya serta di bidang media berperan penting dalam mendirikan harian Kompas.
Jurnalis senior Kompas, Rikard Bagun, berharap Frans Seda tidak hanya dikenal atau diingat namanya, tetapi juga menghidupkan pemikirannya bagi generasi sekarang dan masa depan. ”Karena itu, simbol sebagai ikon pemikiran itu harus diteguhkan, dipatrikan dalam sosok sebagai pahlawan nasional,” ucapnya.
Pendiri KBM Jakarta Raya, Blasius Bapa, menyebutkan, Frans Seda patut diteladani generasi sekarang karena gagasan, prinsip perjuangan, dan integritasnya. Untuk menyukseskan pengusulan gelar pahlawan nasional itu, ia mendorong panitia pengusul menggalang dukungan tidak hanya dari kelompok Katolik dan warga Flores, tetapi juga kelompok masyarakat dan organisasi lainnya.