Keterlibatan multipihak menentukan keberhasilan dalam pengembangan kedokteran presisi untuk kesehatan masyarakat di Indonesia. Keberlanjutannya pun harus dipastikan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian dan pengembangan kedokteran presisi berpotensi besar untuk dimanfaatkan dalam peningkatan mutu kesehatan masyarakat. Untuk itu, keberlanjutannya harus dipastikan. Pelibatan berbagai pihak pun diperlukan melalui sistem yang terintegrasi dengan baik.
Guru Besar Tetap Ilmu Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Asmarinah di Jakarta, Selasa (17/1/2023), menyampaikan, penelitian terkait kedokteran presisi di Indonesia sangat penting.
Dengan berbagai suku dan etnis, varian genetik yang dimiliki bisa sangat beragam. Varian genetik itu pula yang nantinya bisa berpengaruh dalam pelayanan dan terapi kesehatan.
”Data genetik di Indonesia pun sangat ditunggu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, data tersebut juga bisa digunakan untuk basis dalam pengembangan terapi yang lebih baik,” tuturnya.
Dalam kedokteran presisi, terapi yang diberikan pada seseorang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga tidak menimbulkan efek samping. Dengan mengetahui faktor genetik seseorang, risiko penyakit serta respons terhadap obat bisa diketahui dengan baik. Untuk itu, pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan pun bisa diketahui.
Data genetik di Indonesia pun sangat ditunggu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, data tersebut juga bisa digunakan untuk basis dalam pengembangan terapi yang lebih baik.
Meski potensinya amat besar, ujar Asmarinah, pengembangan dan penelitian terkait kedokteran presisi membutuhkan upaya jangka panjang. Hal tersebut terutama jika implementasinya untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, keberlanjutan pengembangan kedokteran presisi amat penting. Melalui inisiatif Biomedical dan Genome Science Initiative (BGSi), pemerintah menyadari perkembangan kedokteran presisi diperlukan untuk layanan kesehatan masyarakat di masa depan sekaligus mengantisipasi perkembangan kesehatan.
”Namun, yang terpenting dari inisiatif itu adalah implementasinya. Dalam pengembangannya tidak cukup hanya menyediakan alatnya, tetapi juga kapasitas sumber daya manusia. Selain itu, alat sekuensing (pengurutan genom) pun butuh reagen yang saat ini harganya sangat mahal,” kata Asmarinah.
Kolaborasi diperlukan demi mendukung pengembangan kedokteran presisi. Pemerintah diharapkan punya regulasi jelas dalam integrasi layanan kesehatan berbasis genomik dan juga terkait kedokteran presisi. Dengan demikian, pengumpulan data genomik masyarakat Indonesia terintegrasi dan tak tumpang tindih.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rizka Andalusia menyampaikan, pengembangan BGSi membutuhkan kerja sama semua pihak terkait, seperti tenaga kesehatan, universitas, peneliti, perusahaan perintis, dan pelaku industri. Semua pihak perlu turut membangun ekosistem kedokteran presisi.
”BGSi sebagai katalisator kerja sama sangat mendukung keterlibatan semua pihak. Kerja sama yang dibentuk BGSi bersifat inklusif, bukan eksklusif. BGSi juga akan melibatkan aset-aset SDM terbaik Indonesia, baik yang saat ini berada di Indonesia maupun diaspora,” ucapnya.
Dalam pendanaannya, Rizka mengatakan, pemerintah telah menyiapkan anggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu, hibah dan kerja sama dengan berbagai pihak donor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, juga didapatkan untuk mendukung inisiatif tersebut.
Peran swasta
Dalam pengembangan kedokteran presisi, pihak swasta pun memiliki peran besar. Saat ini, sejumlah laboratorium dan layanan kesehatan swasta mulai menawarkan layanan kedokteran presisi meski kebanyakan baru sebatas untuk kepentingan individu, belum menjangkau kepentingan populasi umum.
Salah satunya oleh Nusantics. Corporate Communication Specialists Nusantics Theresa S Tamba menyampaikan, layanan analisis profil mikrobiota bisa diberikan kepada masyarakat. Dari hasil analisis tersebut, pasien bisa mengetahui gaya hidup yang sesuai dengan profil genetik sekaligus untuk mengetahui risiko penyakit yang dimiliki.
Layanan serupa juga sudah dikembangkan laboratorium Prodia. Direktur Bisnis dan Marketing PT Prodia Widyahusada Tbk Indriyanti Rafi Sukmawati menuturkan, pemeriksaan yang diberikan bisa untuk mengetahui berbagai kebutuhan kesehatan, seperti risiko penyakit, penapisan awal, diagnosa, dan farmakogenomik.
Untuk peningkatan kualitas gaya hidup juga bisa didapatkan, antara lain terkait nutrigenomik, kecantikan, dan olahraga. Pemeriksaan DNA dan genetik keturunan pun bisa dilakukan.
Asmarinah menyampaikan, pihak swasta perlu dilibatkan dalam pengembangan kedokteran presisi untuk kesehatan masyarakat luas. Saat ini, layanan yang ditawarkan masih sebatas untuk kepentingan individu. Padahal, layanan tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai intervensi kesehatan masyarakat.
”Pemerintah punya peran sebagai regulator untuk mengatur hal itu. Setidaknya, sharing (berbagi) data bisa dilakukan agar tujuan untuk kesehatan masyarakat bisa dicapai. Keamanan data pasien pun bisa terjamin. Pemerintah harus hadir untuk mengatur ekosistem dalam pengembangan kedokteran presisi,” katanya.