logo Kompas.id
HumanioraInfrastruktur Kesehatan...
Iklan

Infrastruktur Kesehatan Presisi Belum Siap

Dibandingkan negara lain di Asia Pasifik, Indonesia tertinggal dalam pengembangan kesehatan presisi. Karena itu, Indonesia menginisiasi penelitian dan pengembangan kedokteran presisi yang terintegrasi di masyarakat.

Oleh
DEONISIA ARLINTA, AHMAD ARIF, PRADIPTA PANDU
· 3 menit baca
Pelayanan di poliklinik Kedokteran Presisi Rumah Sakit Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (13/1/2023). Riset dan penelitian terkait kedokteran presisi semakin berkembang di dunia. Kedokteran presisi juga diyakini menjadi masa depan pelayanan kesehatan di masyarakat. Pengobatan pada kedokteran presisi diberikan secara spesifik sehingga sesuai kebutuhan dan karakteristik setiap individu yang meliputi karakteristik gen, kondisi atau penyakit penyerta yang dimiliki, kebiasaan, serta lingkungan sekitar.
KOMPAS/RIZA FATHONI

Pelayanan di poliklinik Kedokteran Presisi Rumah Sakit Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (13/1/2023). Riset dan penelitian terkait kedokteran presisi semakin berkembang di dunia. Kedokteran presisi juga diyakini menjadi masa depan pelayanan kesehatan di masyarakat. Pengobatan pada kedokteran presisi diberikan secara spesifik sehingga sesuai kebutuhan dan karakteristik setiap individu yang meliputi karakteristik gen, kondisi atau penyakit penyerta yang dimiliki, kebiasaan, serta lingkungan sekitar.

JAKARTA, KOMPAS — Pengobatan presisi, yang mempertimbangkan faktor genetika individu, adaptasi lingkungan, dan gaya hidup kian berkembang dan menjadi masa depan pencegahan, diagnostik, serta perawatan kesehatan. Namun dibandingkan negara lain di Asia Pasifik, Indonesia ketinggalan dalam pengembangan kesehatan yang dipersonalisasi ini karena ketidaksiapan infrastruktur dan sumber daya manusia.

Laporan Indeks Kesehatan yang Dipersonalisasi Asia Pasifik 2020 menunjukkan, skor RI 29, di bawah rata-rata negara di Asia Pasifik yang memiliki skor 51. Negara dengan skor tertinggi, yakni Singapura dengan skor 71, disusul Taiwan (67), dan Jepang (64). Penilaian oleh The Copenhagen Institute for Futures Studies dan Roche ini diukur menurut empat kriteria, yakni konteks kebijakan, informasi kesehatan, kemampuan teknologi yang dipersonalisasi, dan layanan kesehatan.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000