Berbagai Museum Hadir di Sejumlah Perguruan Tinggi
Sejumlah perguruan tinggi mendirikan museum di dalam kampus. Museum-museum itu tidak sekadar mengenang perjalanan kemajuan tiap perguruan tinggi, tetapi juga inspirasi pengembangan pendidikan tinggi di masa depan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dokumentasi perjuangan perguruan tinggi di Indonesia dihadirkan lewat museum yang ada di sejumlah kampus. Kehadiran museum di kampus sebagai bentuk apresiasi kepada para pendahulu sekaligus menjadi titik untuk merancang masa depan.
Peresmian terbaru museum milik kampus dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) University di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Museum dan Galeri IPB Future yang menempati gedung yang dulunya bernama Wisma Landhuiss ini dibangun dengan panduan naskah dari Buku Sejarah IPB University.
”Museum dan Galeri IPB Future artinya menghargai masa lalu, kemudian merancang masa depan. Ini yang akan menjadi kekuatan untuk museum IPB University dan menjadi pembeda dengan museum lain,” kata Rektor IPB University Arif Satria, Sabtu (14/1/2023).
Peresmian Museum dan Galeri IPB Future dilaksanakan pada Jumat lalu oleh Rektor IPB University. Di museum ini, para pengunjung bisa melihat sejarah terbentuknya IPB University.
IPB University adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, didirikan perguruan tinggi darurat dengan nama Nood-Universiteit di Jakarta pada 21 Januari 1946.
”Nood-Universiteit ini mengelola lima fakultas. Salah satunya adalah Faculteit van Landbouwwetenschap (Fakultas Pertanian) yang menjadi cikal bakal berdirinya perguruan tinggi pertanian pertama di Indonesia. Lahirnya Institut Pertanian Bogor (IPB University) pada 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 91 Tahun 1963 yang kemudian disahkan oleh Presiden pertama RI dengan Keputusan Nomor 279 Tahun 1965,” kata Arif.
Pembangunan museum ini adalah upaya untuk mendokumentasikan perjuangan di masa lalu yang membuat nama IPB University menjadi besar. Museum ini juga sebagai bentuk apresiasi kepada para pendahulu sekaligus menjadi titik untuk merancang masa depan.
Sementara itu, Sekretaris Institut IPB University Aceng Hidayat memaparkan, pembentukan museum dimulai dengan menyusun tim dan mempelajari naskah dari Buku Sejarah IPB University. Tantangan terberat dalam membangun museum ini adalag bagaimana merangkum buku yang tebalnya empat jilid dengan ribuan halaman menjadi sebuah naskah cerita yang pendek. Setelah naskah sudah siap, diterjemahkan dalam sebuah rencana pekerjaan.
”Sebagai tim persiapan, kami langsung mencari konsultan perencana yang memiliki pengalaman dalam menyiapkan naskah atau perencanaan museum,” kata Aceng.
Aceng mengatakan, Museum dan Galeri IPB Future mendokumentasikan berbagai peristiwa sejarah dan nilai-nilai dalam pendirian dan pengembangan serta menyajikannya dalam bentuk visual dan audiovisual secara menarik. Museum ini juga mendokumentasikan peran penting IPB University bagi kemajuan bangsa Indonesia. Pengembangan Museum dan Galeri IPB Future ini juga diharapkan dapat mentransfer nilai-nilai yang akan diwariskan kepada generasi muda pada masa yang akan datang.
”Museum ini menampilkan informasi-informasi tentang sumbangan IPB University untuk Indonesia. Ada berbagai inovasi untuk bangsa dan kerja sama luar negeri, pembentukan dan perkuliahan pertama, proses terbentuknya, awal berdirinya, serta pesan Presiden Indonesia untuk IPB University. Sebagian besar Presiden RI hadir di IPB University dan menitipkan beberapa pesan,” kata Aceng.
Museum UGM
Selain IPB University, ada pula Museum UGM di Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang berdiri sejak tahun 2013. Museum UGM pernah mendapatkan bantuan hibah dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018. Setelah direkonstruksi, Museum UGM akhirnya resmi kembali dibuka pada akhir tahun 2020.
Museum UGM menyajikan cerita, sejarah, dan memori UGM. Museum ini tidak hanya menjadi media yang menjelaskan masa lalu, tetapi juga ke depan.
Saat peluncuran Museum UGM dengan tema "Wajah Baru Museum UGM", Sektiadi dari Museum UGM menjelaskan, sejak awal pandemi Covid-19 hingga sekarang, pihaknya tengah mengumpulkan artefak-artefak tentang keterlibatan UGM dalam menghadapi masalah kemanusiaan Covid-19.
“Hal itu sekaligus untuk mewujudkan misi (bagaimana) museum ini didirikan, yakni menyajikan informasi yang memadai kepada masyarakat tentang nilai-nilai luhur sejarah, perkembangan, serta karya-karya UGM yang inspiratif untuk memberikan dorongan semangat bagi pengembangan sivitas akademika maupun masyarakat luas,” papar dosen Arkeologi UGM tersebut.
Di Museum UGM, salah satunya ada Ruang Sardjito. Sosok Prof Sardjito tidak asing bagi sivitas akademika UGM. Rektor pertama UGM ini namanya diabadikan untuk banyak tempat, salah satunya untuk nama rumah sakit terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Sosok ini, namanya digunakan untuk Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito. Namun, tidak semua orang tahu siapa Sardjito sebenarnya," ujar Sektiadi.
Mengingat banyak kiprah yang dilakukan Sardjito, Museum UGM cukup berkepentingan dengan sosok ini. Ia dinilai sangat berjasa dalam berbagai kegiatan ilmiah, sosial kemasyarakatan, dan perjuangan kebangsaan.
"Jasanya bukan hanya untuk UGM, namun juga untuk berbagai lembaga dan masyarakat luas. Oleh karena itu, satu ruang khusus didedikasikan untuk beliau," tuturnya.
Museum pendidikan nasional
Museum milik kampus juga dihadirkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Museum Pendidikan Nasional (Museum Diknas) yang diresmikan tahun 2015 bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Di tempat ini, pengunjung dapat menyaksikan peninggalan para pejuang Bandung Utara dan menyaksikan peninggalan masa lalu tentang pendidikan.
Museum Diknas UPI memiliki empat lantai ruang pamer yang memamerkan koleksi mengenai sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia dari masa ke masa. Selain mengumpulkan warisan pendidikan dan kebudayaan, museum ini menyajikan dinamika pemikiran kritis pendidikan nasional dan pendidikan guru di Indonesia.
Salah satu koleksi unik yakni sebuah artefak ‘bangku perkuliahan’. Koleksi bangku perkuliahan tersebut pernah digunakan pada masa Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang didirikan oleh Muhamad Yamin yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1954. PTPG merupakan cikal bakal UPI, serta menjadi lembaga pendidikan guru pertama pada jenjang perguruan tinggi.
Pada ruang atap di lantai lima, museum dilengkapi dengan area pendukung yang bersifat rekreatif. Lantai ini menyediakan taman dan out door cafe, di mana para pengunjung dapat menikmati pemandangan ke arah selatan yaitu kampus UPI dan ke arah utara menikmati pemandangan Gunung Tangkuban Perahu.