Warisan Gen Imunitas Orang Papua yang Tergerus Perubahan
Orang Papua memiliki bekal gen imunitas yang diwarisi dari leluhur Denisovan dan proses panjang adaptasi terhadap lingkungan tropis. Namun, kini mereka memiliki harapan hidup terendah di Indonesia.
Riset genetik terbaru menunjukkan, orang Papua mewarisi DNA Denisovan yang membentuk sistem kekebalan tubuh untuk menghadapi patogen dan parasit di lingkungan hidup mereka. Faktanya, orang Papua saat ini ternyata memiliki angka harapan hidup dan harapan hidup sehat terendah di Indonesia, yang menunjukkan ketertinggalan akses kesehatan dan masalah dalam kecukupan nutrisi.
Papua, hingga saat ini merupakan wilayah endemik malaria, penyakit mematikan yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Data Kementerian Kesehatan, dari 248.860 kasus malaria di Indonesia pada 2021, sebanyak 81 persen di antaranya disumbang oleh Papua. Sisanya berasal dari Papua Barat dan Maluku, dan sedikit kluster di Nusa Tenggara Timur.
Namun, tubuh orang Papua sepertinya telah beradaptasi dengan malaria. Studi Steven Kho dari Global and Tropical Health Division, Menzies School of Health Research and Charles Darwin University dan tim peneliti Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman di jurnal PLOS Medicine (2021) menunjukkan, adanya anomali pada limpa orang asli Papua, yang menjadi tempat berlindung bagi parasit malaria Plasmodium vivax dalam jangka panjang.
Angka kematian mereka terkait malaria pasti dulu juga tinggi, tetapi mereka yang hidup saat ini sudah terseleksi.
Pasien-pasien yang diperiksa dalam kajian ini umumnya tak mengalami gejala malaria, tetapi 95 persen memiliki parasit hidup tersembunyi di limpa. Dari temuan ini, jumlah parasit malaria di organ limpa ratusan hingga ribuan kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang di peredaran darah.
Temuan ini memberi indikasi penting, sekalipun menjadi reservoar parasit malaria, orang asli Papua cenderung masih bisa hidup dengan ”sehat”. Para pendatang dari luar daerah endemik, yang pergi ke Papua, cenderung lebih berisiko mengalami keparahan jika terpapar malaria.
Peneliti posdoktoral terkait genetika populasi di Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) Pradiptajati Kusuma mengatakan, ditemukannya banyak kasus malaria asimtomatik pada populasi Papua yang menjadikan mereka reservoir bagi parasit malaria adalah bentuk adaptasi atau evolusi terhadap tekanan penyakit atau patogen pada suatu wilayah dalam jangka waktu yang sangat lama.
”Angka kematian mereka terkait malaria pasti dulu juga tinggi, tetapi mereka yang hidup saat ini sudah terseleksi,” katanya.
Baca juga: Papua Memiliki Gen Denisovan Tertinggi
Adaptasi tubuh orang Papua terhadap patogen malaria ini hanya satu contoh dari proses panjang yang diwariskan turun-temurun terhadap kondisi lingkungan tropis yang khas. Serangkaian riset genetik menunjukkan, leluhur orang Papua telah menghuni pulau paling timur di Nusantara ini 50.000 tahun lalu, jauh lebih awal dibandingkan penghunian Austronesia di bagian barat yang baru terjadi sekitar 4.500 tahun lalu.
Warisan genetik Denisovan
Selain proses adaptasi panjang, kekebalan tubuh orang Papua terhadap sejumlah patogen saat ini ternyata juga dibentuk oleh struktur genetika mereka yang spesifik. Riset genetik terbaru menunjukkan, orang Papua saat ini memiliki 5 persen DNA Denisovan, merupakan persentase tertinggi dari populasi lain di seluruh dunia. Denisovan merupakan manusia arkaik seumuran Neanderthal yang telah punah ribuan tahun yang lalu.
Kajian yang ditulis Davide M Vespasiani dari Melbourne Integrative Genomics, University of Melbourne dan tim di jurnal PLOS Genetics, Desember 2022 lalu menyebutkan, varian genetik yang diwarisi orang Papua dari Denisovan memengaruhi sistem kekebalan mereka.
Dalam studi ini, para peneliti menelisik genom dari 56 orang Papua. Mereka menemukan bahwa genom mengandung sejumlah besar mutasi yang diwarisi dari Denisovan, banyak di antaranya terletak dekat dengan gen yang memengaruhi respons kekebalan manusia. Wilayah genomik meliputi delapan varian Denisovan terkait dengan OAS2 dan OAS3.
Baca juga: Zona Wallacea Mempertemukan Papua dengan Denisovan dan Austronesia
Selanjutnya, para peneliti menumbuhkan sel di laboratorium dengan beberapa mutasi yang sama. Dua dari mutasi ini memengaruhi aktivitas gen imun. Tambahan DNA dari Denisovan ini memungkinkan nenek moyang orang Papua untuk melawan patogen dengan lebih baik di lingkungan baru, saat mereka baru tiba di Paparan Sahul, meliputi Papua dan Australia.
Pradiptajati Kusuma mengatakan, kajian sebelumnya juga menemukan, fragmen-fragmen DNA Denisovan yang terintrogresi di Papua di terutama rantai gen TNFAIP3 dan WDFY2 yang memiliki frekuensi tertinggi. Varian genetik Denisovan ini diujikan pada mencit dengan teknologi CRISPR/Cas9 oleh Zammit, dkk di Nature Immunology tahun 2019.
Hasilnya menunjukkan bahwa mencit yang membawa varian genetik Denisovan pada gen TNFAIP3 dapat menunjukkan imunitas yang lebih baik dibanding kontrol. ”Ini menujukkan pertanda bahwa memang varian DNA Denisovan yang terintrogresi membantu adaptasi manusia Papua modern terhadap patogen,” katanya.
Sementara itu, rantai gen WDFY2 turut meningkatkan metabolisme lipid atau lemak menjadi energi. Rantai gen ini membantu leluhur Papua menjadi pemburu dan peramu serta beradaptasi dengan pola hidup berpindah-pindah yang membutuhkan diet tinggi protein hewani dan rendah karbohidrat.
Harapan hidup terendah
Sekalipun memiliki bekal imunitas dan warisan daya adaptasi terhadap lingkungan, orang Papua saat ini ternyata memiliki kualitas kesehatan dan kesejahteraan terendah di Indonesia. Hal ini tercermin dari laporan mantan Menteri Kesehatan 2012-2014, Nafsiah Mboi dan tim di jurnal The Lancet pada Oktober 2022 lalu yang menunjukkan, angka harapan hidup dan harapan hidup sehat laki-laki di Papua merupakan yang terendah di Indonesia.
Timpangnya Harapan Hidup dan Harapan Hidup Sehat Penduduk Indonesia
Dalam kajian ini, Nafsiah menemukan, angka harapan hidup laki-laki di Papua pada 2019 yaitu 64,5 tahun atau 5 tahun lebih rendah dari rata-rata nasional. Bahkan, jika dibandingkan dengan angka harapan hidup laki-laki di Bali, Papua 9,9 tahun lebih rendah. Sementara angka harapan hidup sehat laki-laki di Papua sebesar 58,3 tahun, lebih rendah 2,9 tahun dibandingkan rata-rata nasional.
Usia harapan hidup dan harapan hidup sehat merupakan indikatif utama pembangunan kesehatan, apakah pemerintah berhasil meningkatkan kesejahteraan secara umum dan derajat kesehatan secara khusus.
Iqbal Elyazar, peneliti surveilans penyakit dan biostatistik di Oxford University Clinical Research Unit, yang turut menulis paper ini mengatakan, tersedianya teknologi vaksin dan obat-obatan yang mampu diproduksi massal dan lebih murah telah mendorong kenaikan usia harapan hidup penduduk di dunia, termasuk di Indonesia (Kompas, 12 Oktober 2022).
Beberapa produk kesehatan yang terbukti efektif mencegah dan mengobati penyakit menular itu misalnya vaksin polio, campak, penyakit gondok, rubella, difteri, tetanus dan lainnya. Intervensi lainnya yang meningkatkan harapan hidup, adalah perbaikan layanan kesehatan ibu dan anak, meliputi persalinan yang aman, perbaikan nutrisi, imunisasi dan perbaikan sanitasi rumah dan kesehatan lingkungan.
Maka, daerah yang memiliki usia harapan hidup terendah, seperti Papua, bisa menjadi indikator lemahnya akses kesehatan populasi, terutama juga rendahnya kesehatan ibu dan anak. Faktor lain yang juga bisa jadi penyebab rendahnya angka harapan hidup di Papua, kemungkinan disumbangkan oleh memburuknya kualitas nutrisi mereka.
Baca juga: Kulit dan Tulang untuk Anak-Anak
Reportase Kompas di Merauke pada awal Desember 2022 lalu juga menunjukkan, tingginya gizi buruk, stunting, dan kematian anak balita di perkampungan orang asli Papua, Marind Anim. Menyusutnya hutan dan hewan buruan membuat orang Marind Anim kini lebih banyak mengonsumsi karbohidrat sederhana, seperti nasi putih dan mi instan.
Orang Marind Anim terpaksa meninggalkan karbohidrat kompleks, seperti sagu dan umbi, dan kekurangan protein hewani, yang sebelumnya menjadi sumber pangan utama leluhur mereka. Padahal, seperti disebutkan sebelumnya, orang Papua memiliki rantai gen WDFY2 yang diwarisi dari Denisovan yang membantu meningkatkan metabolisme lipid atau lemak jadi energi.
Perlu kajian lebih lanjut untuk mengetahui dampak perubahan pola konsumsi di Papua ini bagi kesehatan. Namun, sebagaimana terjadi di banyak populasi saat ini, pola konsumsi modern yang didominasi makanan instan dan rendah serat, berkontribusi pada munculnya berbagai penyakit degeneratif, mulai dari diabetes, jantung, hipertensi, hingga kanker.