Narasi Paham Konservatif di Media Sosial Pengaruhi Sikap Keagamaan
Kelompok agama konservatif semakin mendapat tempat di media sosial, sedangkan kelompok moderat justru tertinggal dan cenderung diam.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat yang mendapat pendidikan agama dari platform digital oleh kaum konservatif berpotensi tergiring ke sikap intoleran dan ekstremisme agama. Apalagi, kelompok agama konservatif itu semakin mendapat tempat di media sosial, sedangkan kelompok moderat justru tertinggal dan cenderung diam.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Musdah Mulia menjelaskan, dari temuan hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta terdeteksi bagaimana dominasi konservatisme agama di media sosial karena narasi keagamaan di media sosial dikuasai oleh akun-akun yang cenderung berpaham islamis dan konservatif.
Hal ini menunjukkan akun tersebut memiliki potensi viral yang lebih tinggi di media sosial dengan narasi paham keagamaan konservatif dibandingkan mereka yang moderat. Menurut Musdah, walaupun paham moderat memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan islamis, tetapi sifat partisipasinya yang cenderung diam menjadi terkalahkan oleh gerakan islamis tersebut.
Selain itu, paham konservatif dari narasi di media sosial bertemakan jender banyak digunakan dalam membangun pandangan mengenai kedudukan perempuan. Narasi mengenai perempuan hanya berkutat pada ruang lingkup yang terbatas sebagai anak, ibu, dan istri.
”Narasi itu mengabaikan kesetaraan tetapi malah memiliki pengikut yang banyak. Bahayanya, pandangan konservatif ini semakin mengokohkan pandangan perempuan hanya sebagai obyek seksual dan ikut suami” ujar Musdah pada kegiatan Menyambut Tahun Baru 2023: Merayakan Keragaman Gender dan Seksual, Melawan Intoleransi dan Kekerasan Seksual, Sabtu (31/12/2022).
Dominasi konservatisme agama di media sosial karena narasi keagamaan di media sosial dikuasai oleh akun-akun yang cenderung berpaham islamis dan konservatif.
Menurut Musdah, jejaring yang punya gagasan kemanusiaan untuk menegakkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan. dan kemaslahatan diperlukan siapa pun tanpa terkecuali. Melalui penguatan literasi agama, penganut agama dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama secara benar.
Selain itu, negara juga harus memastikan bahwa interpretasi agama yang menyebar di masyarakat itu adalah ajaran yang memanusiakan manusia. Karena pada ujungnya, agama semata untuk kemaslahatan manusia.
Serukan toleransi
Koordinator LETSSTalk, Diah Irawaty, menambahkan, perempuan masih dianggap sebagai sumber masalah moralitas dan kekerasan seksual. Pola pikir yang memosisikan perempuan sebagai pihak yang bersalah dalam kasus kekerasan seksual masih terjadi di masyarakat.
Dalam kegiatan menyambut Tahun Baru 2023, Diah menekankan, segala bentuk kekerasan seksual tidak dapat dibenarkan dan ditolerir sama sekali. ”Harapannya untuk Indonesia yang lebih demokratis, inklusif, menghargai pada keragaman, toleransi pada perbedaan, tidak memberi ruang pada segala bentuk kekerasan,” katanya.
Menurut Diah, pesan kegiatan ini sebagai bagian kampanye untuk melawan intoleransi dan kekerasan seksual. Dalam kegiatan secara daring itu, terdapat penampilan sejumlah aktivis, sastrawan, pegiat seni yang menyuguhkan berbagai pertunjukkan seperti pembacaan dan musikalisasi puisi, tari, dan bernyanyi. Tujuannya untuk lebih memperlihatkan dukungan pada keadilan jender dan tidak memberi ruang pada segala bentuk kekerasan.