Waspadai Gelombang Tinggi Laut untuk Pelayaran Akhir Tahun
Cuaca buruk diperkirakan melanda Indonesia di akhir tahun 2022. Peningkatan gelombang air laut akan terjadi di sejumlah wilayah perairan.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN, Ayu Octavi Anjani
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprediksi cuaca buruk dan peningkatan gelombang tinggi terjadi di sejumlah perairan di Indonesia. Antisipasi untuk pelayaran dan penyeberangan ditingkatkan oleh pemerintah. Masyarakat yang akan menyeberang diimbau terus memantau perkembangan cuaca.
Pada Minggu (25/12/2022), BMKG mengeluarkan peringatan dini peningkatan gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan Indonesia untuk periode 26 Desember 2022 pukul 07.00 WIB hingga 27 Desember 2022 pukul 07.00 WIB. Diprediksi pola angin di wilayah Indonesia bagian utara akan bergerak dari barat ke utara dengan kecepatan 8-25 knot. Adapun di wilayah Indonesia bagian selatan diperkirakan pola angin akan bergerak dari barat daya ke barat laut dengan kecepatan 5-25 knot.
Kecepatan angin tertinggi di perairan Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur dan tengah, Selat Makassar bagian selatan, dan Laut Flores. Sebelumnya, pada rapat koordinasi bersama Menteri Perhubungan di Pelabuhan Merak pada Sabtu (24/12/2022), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, cuaca buruk hingga ekstrem akan terjadi sampai pada awal tahun baru. Hal ini disebabkan oleh seruak udara dingin dari dataran tinggi Pegunungan Tibet yang akan datang melintas di Indonesia.
”Sekarang (Sabtu, 24 Desember 2022), seruak udara dingin sudah sampai ke Sumatera, Selat Sunda. Implikasinya akan terjadi angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan deras hingga ekstrem. Hari ini hujan masih ringan, tapi dari 26 Desember hingga akhir tahun akan meningkat. Sementara anginnya sudah tiba duluan, rata-rata kecepatan 25 sampai 30 knot. Hal ini yang perlu diwaspadai di sejumlah wilayah pelayaran di Indonesia,” ujar Dwikorita saat sedang memberikan laporan di rapat tersebut.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Mugen Suprihatin Sartoto mengatakan, cuaca buruk, angin kencang, serta gelombang tinggi di sejumlah wilayah perairan akan berdampak pada keselamatan pelayaran. Untuk itu, pihaknya mengimbau para kepala pelabuhan, operator, dan nakhoda kapal, serta masyarakat untuk berjaga-jaga dalam berlayar. Ia menyebutkan, seluruh pihak perlu memantau berita cuaca dari BMKG setiap enam jam.Apabila kondisi cuaca dapat mengganggu pelayaran, kepala pelabuhan dilarang menerbitkan surat persetujuan berlayar dan menghentikan proses pelayaran sampai kondisi cuaca kembali aman. Apabila terjadi kecelakaan kapal, pihaknya akan berkoordinasi dengan tim patroli dan pengamanan laut. ”Kami menyiagakan kapal-kapal patroli serta terus berkoordinasi dengan Basarnas, TNI/Polri sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya kecelakaan laut,” kata Mugen.Baca juga: Puncak Musim Hujan di Akhir Tahun, Hati-hati Banjir dan Longsor!
Cuaca buruk hingga ekstrem akan terjadi sampai pada awal tahun baru. Hal ini disebabkan oleh seruak udara dingin dari dataran tinggi Pegunungan Tibet yang akan datang melintas di Indonesia.
Berdasarkan pantauan pada Sabtu (24/12/2022), petugas BMKG terlihat sedang memantau prakiraan cuaca melalui posko di Pelabuhan Merak, Banten. Sesuai dengan prediksi, petugas memperingatkan masyarakat akan terjadinya peningkatan cuaca ekstrem, seperti angin kencang, hujan deras, serta gelombang tinggi.Masyarakat yang hendak menyeberang dari Merak menuju Bakauheni diingatkan untuk tetap berhati-hati ketika cuaca buruk. Pemantauan cuaca dapat dilakukan di website resmi, media sosial, atau papan informasi langsung BMKG yang tersedia di pelabuhan-pelabuhan.Sebagai informasi, peningkatan gelombang laut sedang sampai sangat tinggi akan terjadi di sejumlah wilayah perairan. Tinggi gelombang 1,25 sampai 2,5 meter atau sedang akan terjadi di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai.Selain itu juga perairan Bengkulu, Samudera Hindia Barat Aceh hingga Kepulauan Nias, perairan Selatan Banten hingga Jawa Barat, Samudra Hindia selatan Jawa Barat. Berikutnya, perairan selatan Kepulauan Anambas, perairan timur Kepulauan Bintan sampai Kepulauan Lingga, Laut Natuna, dan perairan utara Pulau Bangka Belitung.Baca juga: Puncak Mobilitas Natal dan Tahun Baru, Penumpang Merak-Bakauheni Meningkat
Lalu, Selat Karimata, Laut Jawa bagian barat, perairan utara Jawa Tengah hingga Jawa Timur, perairan selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian tengah dan utara, Selat Sumba, Perairan Pulau Sawu sampai Pulau Rote, Laut Sawu, dan perairan selatan Flores.Selanjutnya Laut Sulawesi bagian barat. perairan Kepulauan Sangihe, Laut Maluku bagian utara, perairan selatan Pulau Buru sampai Seram, perairan Kepulauan Kai, perairan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, perairan Papua Barat hingga Papua, Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Papua.
Sementara tinggi gelombang 2,50 meter sampai 4,0 meter akan terjadi di Samudra Hindia Barat Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Perairan Enggano sampai barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, dan Samudra Hindia selatan Banten. Berikutnya, perairan selatan Jawa Tengah hingga Pulau Sumbawa, Selat Bali dan Lombok hingga Alas bagian selatan, dan Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Barat.Selain itu juga perairan utara Kepulauan Anambas, perairan Kepulauan Natuna, Laut Jawa bagian tengah dan timur, Selat Makassar bagian selatan, perairan Kepulauan Sabalana, Kepulauan Selayar, perairan selatan Baubau sampai Kepulauan Wakatobi, dan Laut Flores.Selanjutnya Laut Banda, Perairan Kepulauan Talaud, perairan utara Halmahera, dan Laut Halmahera. Terakhir, tinggi gelombang 4 sampai 6 meter atau yang dikategorikan sebagai gelombang sangat tinggi, berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara.