Nyamuk yang Sangat Resisten Insektisida Ditemukan di Asia Tenggara
Para peneliti telah menemukan adanya nyamuk di Vietnam dan Kamboja yang bemutasi sehingga sangat kebal terhadap insektisida.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Peneliti dari Jepang, bekerja sama dengan tim dari Vietnam, Kamboja, Singapura, Taiwan, Indonesia dan Ghana, menemukan bukti nyamuk yang sangat resisten terhadap insektisida di Vietnam dan Kamboja. Nyamuk tersebut telah berevolusi menjadi sangat kebal terhadap bahan kimia yang biasa dipakai untuk membunuh nyamuk.
Temuan ini dilaporkan National Institute of Infectious Diseases, Tokyo dan 21 peneliti lain dari berbagai negara di jurnal Science Advances edisi Rabu (21/12/2022).
Dalam penelitian ini, peneliti dari Jepang Shinji Kasai dan tim mengumpulkan nyamuk Aedes aegypti dari Vietnam, Indonesia, Ghana, dan Taiwan. Mereka kemudian menyemprot setiap sampel dengan permethrin, kelompok insektisida atau piretroid yang biasa digunakan masyarakat di semua area pengambilan sampel. Piretoid merupakan bahan kimia yang ditujukan untuk membunuh atau mengusir nyamuk dengan menargetkan sistem saraf pusat nyamuk.
Mereka menemukan bahwa hanya 20 persen nyamuk yang dikumpulkan dari Vietnam mati. Sedangkan tingkat kematian nyamuk di sampel lain seperti yang diharapkan.
Para peneliti kemudian melihat genom nyamuk yang selamat dari paparan insektisida dan menemukan adanya mutasi pada gen L982W. Gen ini dikaitkan dengan resistensi pada nyamuk.
Tim kemudian mengumpulkan lebih banyak sampel, kali ini dari Singapura dan Kamboja, dan mempelajari gen mereka, secara khusus melihat L982W. Mereka menemukan 10 galur unik dengan mutasi yang serupa dengan yang terlihat pada nyamuk Vietnam dan hampir semuanya ada di Kamboja.
Para peneliti memperkirakan, hingga 78 persen nyamuk dalam sampel yang mereka kumpulkan dari Kamboja atau Vietnam resisten terhadap piretroid. Nyamuk dengan mutasi piretroid ditemukan memiliki peningkatan resistensi rata-rata 50 hingga 100 kali lipat.
Mereka juga mencari kombinasi mutasi yang menyebabkan resistensi dan menemukan bahwa nyamuk yang memiliki kombinasi L982W dan mutasi lainnya dapat bertahan dari tingkat paparan piretroid 500 hingga 1.000 kali lebih banyak daripada jumlah yang biasanya membunuh nyamuk.
Para peneliti menyimpulkan bahwa negara-negara lain harus mulai menguji resistensi untuk menentukan besaran masalah yang sebenarnya.
Seperti diketahui, nyamuk membawa sejumlah penyakit menular, mulai dari demam dengue, demam kuning, virus Zika, dan malaria. Temuan ini bisa menjadi tantangan bagi upaya mengeliminasi penyakit yang dibawa nyamuk.
"Tingginya frekuensi A. aegypti, yang memiliki mutasi bersamaan ini (yang membuatnya kebal insektisida) di wilayah Kamboja, menunjukkan fakta bahwa ancaman pengendalian demam dengue dan penyakit menular arboviral lainnya akan membesar. Kami menekankan pentingnya memperkuat pemantauan alel mutan ini, terutama di Asia Tenggara, untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat sebelum menyebar secara global," tulis Shinji Kasai dan tim.
Mutasi nyamuk
Temuan ini menguatkan sejumlah penelitian sebelumnya yang menemukan resistensi nyamuk terhadap insektisida atau pestisida. Sebuah studi oleh Karla Saavedra-Rodriguez dari Colorado State University dan rekannya, yang diterbitkan di jurnal PLOS Genetics pada 17 Juni 2021 juga mengidentifikasi mutasi yang terkait dengan berbagai strategi resistensi permetrin.
Ketika nyamuk yang diberi permethrin di alam liar, mereka akan melakukan salah satu dari hal berikut: segera mati, tersingkir tetapi sembuh, atau tidak terpengaruh sama sekali. Saavedra-Rodriguez dan rekan-rekannya memutuskan untuk menyelidiki variasi genetik yang menyebabkan ketiga respons terhadap pestisida ini.
Mereka menemukan bahwa hanya 20 persen nyamuk yang dikumpulkan dari Vietnam mati. Sedangkan tingkat kematian nyamuk di sampel lain seperti yang diharapkan.
Tim tersebut mengumpulkan nyamuk dari koloni yang kebal terhadap permetrin di Tapachula, Meksiko, memaparkannya ke pestisida di laboratorium dan kemudian mengurutkan genomnya.
Ketika mereka membandingkan genom dari tiga jenis nyamuk, mereka menemukan bahwa nyamuk yang tidak terpengaruh terutama memiliki mutasi pada VGSC, gen saluran natrium seluler yang diketahui terlibat dalam resistensi pestisida. Pada tingkat lebih rendah, nyamuk ini juga membawa mutasi pada gen detoksifikasi dan gen protein kutikula.
Kutikula membentuk cangkang luar serangga yang keras dan dapat memperlambat pestisida saat masuk ke dalam tubuh. Serangga yang pulih dari paparan mengalami mutasi pada gen protein kutikula dan pada kelompok gen detoksifikasi yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perubahan genetik yang berbeda di balik kedua jenis resistensi permetrin ini.