Mereka yang Rindu Kasih Ibu
Harapan untuk bisa berjumpa atau berkumpul dengan keluarga dan mencecap kasih ibu masih terpatri. Tiap Natal doa mereka terus terucap.
Hiruk-pikuk dan canda tawa mewarnai suasana makan malam bersama di Panti Asuhan Bunda Serayu, Banyumas, Jawa Tengah. Denting sendok dan garpu yang saling beradu terdengar timbul tenggelam dalam teriakan juga gelak tawa. Dengan menu ikan sarden dalam dua baskom serta sepanci sayur bersantan, mereka tampak lahap menikmati menu malam itu. Ungkapan syukur pun dipanjatkan dalam doa bersama setelah makan.
Titin (12) salah satu anak panti ini bertugas memimpin doa bersama setelah makan pada Kamis (15/12/2022) malam. Ucapan terima kasih dan syukur dilambungkan kepada Tuhan Sang Pencipta Kehidupan.
Dalam doanya, terselip pula permohonan dan perlindungan bagi para suster dan bude pengasuh, para donatur, pastor, juga semua orang yang telah menopang kehidupan di panti ini. Tak lupa, doa bagi orangtua pun dipanjatkan. “Semoga kedua orangtua kami selalu dilindungi dan diberkati di manapun mereka berada,” tutur Titin yang kini bersekolah di kelas 6 SD.
Meski hingga saat ini, Titin tidak pernah tahu siapa dan di mana kedua orangtuanya, Sebab, sejak kecil dia diasuh oleh suster di panti ini. Oleh karena itu, Titin pun mengaku merindu dan ingin ketemu papa mamanya. Ini pula yang selalu menjadi harapannya ketika jelang Natal.
Kendati urung terwujud, Titin tetap memperlihatkan keceriaannya. Bermain bersama teman-temannya di hari Natal pun menjadi agenda yang tak terlewatkannya. Titin adalah salah satu dari sekitar 30 anak yang tinggal di panti yang berada di tepi Sungai Serayu ini. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia, ada yang dari Sumatera bahkan juga dari Papua.
Baca juga: Akhir Pekan di Panti Asuhan Bunda Serayu
Tidak hanya anak dan remaja, ada pula balita yang diasuh di tempat ini. Sejumlah alasan membuat mereka terpaksa dititipkan di tempat ini. Mulai dari faktor ekonomi keluarga, kedua orangtua meninggal dunia, atau juga ada yang dititipkan karena kedua orangtua mereka belum siap menerima kelahiran mereka lantaran kehamilan di luar nikah.
Kembali pada Titin dan anak-anak lainnya, mereka menyebutkan harapan Natal kali ini. Sejumlah anak ingin kembali memakai handphone setiap waktu seperti selama dua tahun belakangan. Pasca pandemi Covid-19 mereda, penggunaan gawai kini dibatasi.
Penggunaan gawai kini kembali ke fungsi awalnya, yaitu untuk berkomunikasi dengan keluarga atau orangtua dari mereka yang masih memiliki orangtua. “Iya kalau Natal biasanya telpon Mama. Ucapkan selamat Natal dan tanya apa kabarnya,” kata Kapin (16) yang berasal dari Sentani, Papua.
Baca juga: Cerita Rindu dari Sudut Panti
Hal serupa juga disampaikan Gebi (13) dan Novi (14). “Kadang mama yang telepon. Kadang juga kakak. Aku inginnya mama datang berkunjung, tapi belum sempat terus,” tutur Novi.
Suster Nicola (77) SJMJ atau Suster Jesus Maria Joseph salah satu pengelola panti menyebutkan, anak-anak yang diasuh di panti ini merindukan kasih sayang orangtuanya. Suster berharap orangtua bisa memberi perhatian kepada anak-anaknya dengan menelpon atau berkunjung secara berkala.
“Anak-anak sangat rindu akan kasih sayang orang tua maupun keluarga. Yang sangat memprihatinkan dan merasa sedih sekali, apabila melihat anak-anak kecil tidur sendirian, tidak pernah ditengok orang tua maupun keluarga,” tutur Nicola.
Jika Natal oleh kebanyakan anak dirasakan sebagai sukacita bersama keluarga atau khususnya orangtua kandung mereka, bagi anak-remaja di panti ini, sukacita Natal dialami bersama teman-teman senasib sepenanggungan di panti.
Kado berarti
Sementara itu, anak-anak di Rumah Hati Suci, Tanah Abang, Jakarta kian meresapi ungkapan "bahagia itu kita yang ciptakan". Dengan keceriaan yang tak lekang, mereka mendekorasi aula panti menjelang perayaan Natal 2022 dan juga Tahun Baru 2023. Melihat tingkah lucu mereka, menghangatkan suasana bulan Desember di Jakarta yang mulai sering hujan.
Ditambah lagi, suasana di Rumah Hati Suci memang meneduhkan. Di tengah himpitan gedung-gedung tinggi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, gedung bergaya Belanda dengan banyak pohon rindang ini masih tegak berdiri.
Memasuki masa libur akhir tahun, anak-anak memang mengisi liburan natal dan tahun baru nya dengan kegiatan seperti ini, sebelum nanti beberapa dari mereka akan berlibur masing-masing di luar panti. Tidak hanya mendekorasi aula, mereka juga membuat kue kering untuk dinikmati bersama di perayaan natal nantinya.
Siang itu, Angel dan Kanaya, dua anak perempuan yang duduk di kelas 1 SD sigap menghias replika kandang domba dengan berbagai hiasan khas natal, seperti patung mini, kain ungu, dan juga lampu natal di atas panggung yang tidak begitu luas. Keduanya dibantu dengan belasan anak lainnya.
Sebelumnya, anak-anak di panti ini juga sempat membuat hiasan lampu natal dari botol plastik bekas. Selain itu, mereka juga mengisi waktu dengan bernyanyi tembang natal atau Christmas Carol di beberapa tempat di Jakarta. Suara merdu mereka juga sempat mengantarkan anak-anak ini untuk bernyanyi bagi para delegasi dunia di perhelatan G20 di Bali, November lalu.
Bagi mereka, menghias panggung sudah menjadi sumber kebahagiaan kecil yang perlu dirayakan dengan tawa dan keceriaan. Selain bahagia karena bisa bergembira bersama teman-teman, mereka juga menginginkan hal-hal sederhana di akhir tahun ini. Keinginan-keinginan sederhana yang mungkin bisa melengkapi kebahagiaan mereka.
Baca juga: Dari Panti Asuhan Meraih Kesuksesan
Angel contohnya, ia berharap bisa mendapatkan boneka Hello Kitty pada natal ini. “Lucu aja,” tuturnya polos saat ditanya mengapa dia ingin memiliki boneka ini. Sementara anak lain, Kanaya, menginginkan dress berwarna merah.
“Memang pengen,” jawabnya singkat. Lia, anak asuh yang duduk di kelas 4 SD, menginginkan jepit rambut untuk kado natal kali ini.
Untuk beberapa anak yang sudah mulai beranjak remaja dan dewasa, perayaan natal dan tahun baru menjadi momen untuk kembali memantapkan cita-cita untuk masa depan mereka nanti.
Hanny, yang kini masih berada di kelas 5 SD, dengan lugu menyebut dirinya berharap bisa menjadi seorang dokter dan menjadi kaya suatu saat nanti. Ia ingin menjadi dokter agar bisa membantu banyak orang lain nantinya.
“Mau jadi dokter terus jadi orang kaya, supaya bisa bantu orang-orang lain di luar sana,” tambahnya. Selain menjadi dokter, ia juga bercita-cita menjadi seorang pilot, karena menilai profesi ini masih belum banyak diminati kaum hawa.
Felicia yang sebentar lagi menginjak kelas 3 SMA juga menetapkan cita-cita bisa menjadi seorang psikolog suatu hari nanti. Untuk sampai ke sana, ia pun membidik jurusan psikologi di salah satu kampus swasta di Jakarta Barat. Tujuan utama Feli menjadi psikolog adalah agar bisa membantu orang lain dan juga teman-teman sesama anak asuh di Rumah Hati Suci, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan mental.
“Anak-anak disini kan berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda dan akhirnya permasalahan yang dihadapi jadi berbeda-beda, saya kepengen membantu mereka untuk itu, mau tahu ’kenapa ya dia ini bersikap seperti ini’,” tambahnya.
Bila Felicia dan Hanny ingin membantu sesama manusia, lain hal dengan Mylie. Perempuan yang kini duduk di kelas 2 SMA ini bercita-cita untuk menjadi seorang dokter hewan. Kecintaanya akan hewan menjadi alasan utama. Meski tahu prosesnya tidak mudah, ia tetap yakin bisa menggapai cita-cita ini.
Rumah aman
Yayasan Hati Suci yang sudah berusia lebih dari satu abad didirikan oleh seorang ibu muda bernama Lie Tjian Tjoen. Tujuan utama Yayasan ini adalah untuk menolong anak perempuan, yatim piatu, dan anak terlantar untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Hati Suci juga menjadi tempat persiapan bagi anak-anak ini agar memiliki masa depan yang lebih baik.
Pengasuh di Rumah Hati Suci, Martha Veronica menyebutkan, saling mengasihi dan membantu merupakan nilai penting yang harus dipegang oleh anak-anak di sini. Nilai-nilai ini seakan terinternalisasi dalam jiwa anak-anak asuh di sini dan membuat cita-cita yang mereka ingin gapai, selalu bertujuan untuk membantu orang lain nantinya.
Lewat perayaan natal, Martha juga berharap agar anak-anak asuhnya semakin mengerti dengan makna kasih, dengan memaknai kelahiran Yesus ke dunia, yang jadi tanda cinta dan kasih-Nya kepada umat manusia.
“Kasih. Itu yang anak-anak ini harus pegang, tidak hanya mengasihi dan membantu teman-teman di dalam panti tapi juga mereka di luar panti yang mungkin tidak seberuntung mereka karena bisa mendapatkan tempat yang aman di Rumah Hati Suci. Kalau ada orang lain di luar sana yang sedang ada masalah, kita harus bantu,” ucapnya.
Baca juga: Panti Berjuang untuk Bertahan
Arti Keluarga
Nilai kekeluargaan juga diterapkan di tempat ini. Bahkan, pada perayaan satu abad Rumah Hati Suci tahun 2014, tempat ini menggunakan lagi kata “Rumah Hati Suci” sebagai nama tempatnya, setelah sebelumnya memakai nama “Yayasan Hati Suci”.
Penggunaan kata “Rumah” dimaksudkan untuk mempertegas bahwa meskipun mereka datang dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda, di sini, mereka diperlakukan layaknya seorang anak di sebuah rumah tangga yang baik.
Arti keluarga ini juga dirasakan di Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati, Jakarta Barat. Sebanyak 30 anak tinggal di panti asuhan ini. Usia anak-anak itu mulai dari balita hingga dewasa. Beberapa remaja bersekolah dan tinggal di luar panti. Adapun satu anak asuh yang sedang berkuliah dan dua orang dewasa yang sudah bekerja. Ketika masa Natal dan Tahun Baru, mereka semua bersatu di rumah panti tersebut dan melakukan beberapa kegiatan bersama jelang akhir tahun.
Baju merah disertai topi santa dikenakan anak-anak ini saat nonton bersama film natal di ruang tamu rumah panti itu. Sesekali mereka tertawa melihat kelucuan dari film yang mereka saksikan. Momen berkumpul seperti ini yang dinantikan Leo (7) pada hari-hari menjelang Natal. Ia senang ketika bertemu dengan kakak-kakaknya pulang untuk berlibur di rumah panti itu.
Baca juga: Pohon Natal Bermasker Kelak Memaskeri Anak Panti Asuhan
Leo juga tidak sabar menunggu hari Tahun Baru nanti. Pasalnya, mereka akan membuka kado-kado dan bingkisan yang sudah terkumpul. Kado-kado ini diberikan para donatur dari berbagai organisasi, perusahaan, dan individu. Karena ada banyak kado, setiap anak mendapatkan lebih dari dua kado dan bingkisan. Leo berharap mendapatkan sepatu dan baju baru ketika nanti membuka kadonya.
Sama dengan Leo, Nana juga ingin mendapatkan sepatu baru saat membuka kado nanti. Namun, bagi Nana, hal yang diharapkan sudah terpenuhi di Natal kali ini. Ia mengatakan, berkumpul bersama kakak dan adik-adiknya adalah harapan natalnya di setiap tahun. Bisa bercengkrama dan melakukan berbagai kegiatan panti menjelang Natal sangat dinantikan Nana. “Senang kalau bisa makan dan nonton bareng pas Natal, soalnya ada kakak-kakak yang pulang,” ujarnya.
Suster Elisabeth, pengasuh dan pengurus panti asuhan itu, mengatakan, momen perayaan Natal di panti itu dimaknai sebagai kebersamaan dan kekeluargaan. Meskipun tidak terikat dalam hubungan darah, namun keluarga dalam hubungan kasih sayang terjalin dalam panti itu. Anak-anak yang sudah saling mengenal dan tinggal bersama pun menganggap satu sama lain adalah kakak dan adik. Begitu pula dengan pengasuh yang sudah melihat anak-anak panti itu sebagai anak sendiri.
“Anak-anak disini sudah merasakan rasa kekeluargaan. Meski masih ada yang masih merindukan keluarga dan orangtua, mereka tidak kekurangan kasih dari adik kakak dan pengasuh disini,” ujar Suster Elisabeth.