Operasi Bedah Jantung Terbuka Perdana di NTB Berjalan Sukses
Operasi bedah jantung terbuka perdana berhasil dilakukan di NTB. Operasi itu dilakukan oleh jejaring pengampu layanan kardiovaskular RSUD Provinsi NTB-Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Jejaring Pengampu Layanan Kardiovaskular Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat-Pusat Jantung Nasional Harapan Kita berhasil melakukan operasi bedah jantung terbuka perdana di NTB. Hadirnya layanan bedah jantung terbuka tersebut diharapkan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung di NTB. Kementerian Kesehatan menargetkan layanan itu bisa hadir di seluruh provinsi di Indonesia pada 2024 mendatang.
”Kami telah melakuan operasi bedah jantung terbuka pertama di Nusa Tenggara Barat. Pasien sudah selesai (dioperasi) dan sekarang di ICU (intensive care unit) ,” kata Ketua Tim Pengampuan Jejaring Rujukan Kardiovaskular dr Hananto Andriantoro dalam konferensi pers secara daring dan luring di Mataram, Jumat (16/12/2022). Dalam konferensi pers tersebut turut hadir secara daring Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.
Hananto mengapresiasi RSUD Provinsi NTB yang bisa menyiapkan operasi untuk pasien laki-laki berusia 50 tahun tersebut kurang dari satu tahun. Ini mencakup sumber daya manusia yang terlebih dahulu mendapat pelatihan, kamar operasi, ruang ICU, hingga alur pasien.
”Seluruhnya disiapkan dengan baik. Satu minggu lalu kami sudah lakukan asesmen ulang dan kami nyatakan baik. Lalu, disiapkan oleh tim bedah. Pasien juga sudah kami pilih. Insya Allah, besok kami akan operasi satu pasien lagi,” kata Hananto.
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr Iwan Dakota menambahkan, NTB adalah provinsi ke-19 yang mampu melakukan operasi bedah jantung terbuka di Indonesia. Menurut dia, tahun ini ada empat tindakan operasi bedah jantung terbuka baru. Selain dua pasien di NTB, juga ada pasien di Lampung dan Kalimantan Barat.
”Legasi dari Bapak Menteri Kesehatan yang harus kami siapkan segera adalah semua provinsi harus bisa melakukan operasi bedah jantung terbuka. Kami masih tetap optimistis. Sepanjang ini tetap didukung dari Kementerian Kesehatan dan kementerian lain, seperti Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan, serta pemerintah daerah setempat,” kata Iwan.
Direktur RSUD Provinsi NTB dr Lalu Herman Mahaputra mengatakan, hari ini adalah hari bersejarah bagi NTB karena mampu melaksanakan tindak operasi bedah jantung terbuka. ”Dengan bantuan RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, RSUD NTB bisa mandiri dan selanjutnya akan memberikan pengampuan ke rumah sakit di seluruh NTB,” katanya.
Menurut Hananto, mereka akan memberdayakan delapan kabupaten untuk menjadi rumah sakit strata madya. RSUD Provinsi NTB yang sudah strata utama akan diminta menjadi pengampu regional untuk membina rumah sakit di kabupaten-kabupaten tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Lalu Hamzi Fikri menambahkan, keberadaan pusat pelayanan jantung terpadu untuk melayani pasien penyakit jantung secara komprehensif, termasuk pelayan bedah jantung, sangat penting bagi suatu provinsi.
Menurut Fikri, penduduk NTB mencapai 5,2 juta jiwa dengan sekitar 150.000 warga berpotensi terkena penyakit jantung. Dari jumlah itu, sebanyak 50.000 berpotensi penyakit jantung akut yang bisa menyebabkan kematian mendadak.
Fikri menambahkan, pada penelitian yang dilakukan RSUD Provinsi NTB, pasien jantung paling banyak didapatkan pada laki-laki dengan rentan usia 55-65 tahun sebesar 52,5 persen. Faktor risiko terbanyak berupa hipertensi dan merokok.
Dalam setahun terdapat 200 pasien yang harus dirujuk ke luar daerah untuk operasi jantung.
Berdasarkan data RSUD Provinsi NTB, kata Fikri, data kunjungaan poli jantung mencapai 10.000-15.000 pasien per tahun. Dari jumlah itu, pasien yang harus dirawat karena masalah jantung sebanyak 900-1.300 orang per tahun.
Adapun pasien yang perlu mendapat tindakan intervensi pemasangan ring jantung akibat serangan jantung akut mencapai 500 kasus per tahun. Selain itu, dalam setahun, terdapat 200 pasien yang harus dirujuk ke luar daerah untuk operasi jantung.
Menurut Fikri, angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi inilah yang membuat RSUD Provinsi NTB semakin berkomitmen meningkatkan pelayanan. ”Kita buktikan hari ini karena sudah berhasil melakukan operasi bedah jantung terbuka perdana,” katanya.
Fikri berharap, dibukanya layanan jantung paripurna tersebut dan pelayanan bedah jantung terbuka dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat masalah penyakit jantung di NTB. Masyarakat NTB pun dapat dilayani di daerah sendiri tanpa harus dirujuk keluar daerah.
Sementara itu, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ia dan Dante memang sangat berkeinginan agar di akhir masa jabatan, 34 provinsi di Indonesia sudah bisa melakukan bedah jantung terbuka. Juga setengah dari 514 kabupaten/kota bisa intervensi kateterisasi sehingga masyarakat yang terserang penyakit jantung bisa tertangani.
”Saya berterima kasih kepada tim Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita yang tidak pernah lelah mendorong terbangunnya jaringan rujukan layanan jantung. Saya bangga sekali. NTB salah satu provinsi di luar Jawa yang maju. Semoga tidak hanya jantung, tetapi juga layanan stroke, kanker, dan juga yang terkait ginjal (bisa ada),” kata Budi.
Melanjutkan penjelasan Budi, menurut Dante, angka kelainanan jantung menjadi salah satu pembiayaan terbesar di BPJS Kesehatan. Setiap tahun, pembiayaan untuk jantung, stroke, ginjal, dan kanker sebesar Rp 16,7 triliun.
Menurut Dante, penyakit jantung menempati peringkat kedua penyebab kematian setelah stroke. ”Selama sepuluh tahun terakhir, kematian tertinggi di Indonesia tersebut disebabkan akses pelayanan yang belum merata. Kondisi itu terjadi karena kita belum memiliki fasilitas yang tersebar di seluruh indonesia secara baik,” ucapnya.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan telah menetapkan bahwa akan ada strata rumah sakit, yaitu madya untuk rumah sakit yang mampu melakuan katerisasi jantung dan pemasangan ring jantung. Kemudian, rumah sakit strata utama yang mampu melakukan bedah jantung terbuka, juga rumah sakit strata paripurna yang mampu melakukan layanan terpadu dan mutakhir.
”Strata madya ada di 514 kota kabupaten sampai 2024. Kami targetkan 50 persen akan bisa melakukan pemasangan ring atau kateterisasi jantung. Sampai tahun 2024, kami menargetkan juga seluruh provinsi mampu melaksanakan operasi bedah jantung terbuka,” kata Dante.
Terkait hal itu, Dante menyebutkan, berbagai hal harus dipersiapkan. Hal ini mulai dari sarana prasarana dan tenaga ahli bedah jantung torak kardiovaskular. Kementerian Kesehatan menyediakan beasiswa bagi pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk mengirim dokter bedah dan dokter umum untuk belajar di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Syaratnya, mereka harus mau kembali ke daerah asal untuk memberi pelayanan medis di sana.