Generasi Muda Disiapkan Pelatihan Kecakapan Berwirausaha
Generasi muda tidak hanya disiapkan unutk cakap bekerja di dunia usaha/industri. Namun, anak-anak muda juga didorong untuk mengembangkan kecakapan berwirausaha agar mandiri dan membuka peluang usaha.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda yang mandiri berwirausaha terus didorong untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Upaya ini bisa dilakukan dengan memfasilitasi anak-anak muda dengan pelatihan kecakapan wirausaha di berbagai usaha yang diminati.
Dukungan bagi anak-anak muda untuk cepat mandiri lewat wirausaha disediakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi lewat program pendidikan kecakapan wirausaha (PKW). Pendidikan dijalankan di lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang memberikan pelatihan vokasi secara non-formal atau di luar sekolah.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati, Jumat (16/12/2022), mengatakan, pemerintah Indonesia saat ini terus berupaya untuk meningkatkan rasio kewirausahaan yang masih berada di angka 3,18 persen. Angka tersebut jauh di bawah negara-negara maju yang umumnya berada di kisaran 12 persen. Bahkan, rasio kewirausahaan Indonesia ini masih berada di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah mencapai 4,74 persen dan Thailand di 4,26 persen.
”Tidak hanya untuk meningkatkan rasio kewirausahaan saja, tetapi pelatihan vokasi, seperti PKW ini, ditujukan agar anak-anak muda kita menjadi lebih cepat mandiri dengan berwirausaha sehingga mereka bisa berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan menjadi tulang punggung perekonomian bangsa Indonesia,” kata Kiki.
Dalam webinar bertajuk ”Ngobrol di Kedai: Menangkap Tren Usaha Kopi Kekinian melalui Program PKW”, Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbudristek Wartanto mengatakan, bisnis kopi merupakan salah satu usaha yang diminati. Karena itu, sejak tahun 2020 PKW menawarkan jenis keterampilan barista.
Peminat PKW barista terus meningkat. Di tahun 2022, ada sebanyak 455 peserta didik barista, lalu naik menjadi 1.075 orang pada 2021 dan 1.130 orang pada 2022. ”Kenaikannya sekitar 240 persen hanya dalam tiga tahun. Kami harap program pelatihannya agar terus diperkuat dan terus berupaya menyesuaikan perkembangan zaman. Jangan lupa untuk terus berinovasi karena trennya juga terus berkembang,” ucap Wartanto.
Tren kursus lainnya yang diminati ialah tata rias pengantin. Pelatihan menjadi juru rias tidak hanya memampukan peserta mandiri secara ekonomi, tetapi juga turut melestarikan dan mengembangkan seni rias pengantin dari sejumlah daerah.
Diminati anak muda
Pekan lalu, Asosiasi Ahli Rias Pengantin Modifikasi dan Modern Indonesia (Katalia) dan Himpunan Pimpinan Pendidik Pelatihan dan Kewirausahaan Indonesia (HP3KI) menggelar kegiatan bertajuk ”Wonderful Wedding”-Temu Mantu Massal 2022 di Gedung Smesco, Jakarta. Salah satu agenda utamanya ialah lomba rias pengantin daerah yang diikuti oleh perias pengantin dari sejumlah daerah.
Sementara itu, pemilik LKP tata rias pengantin di Bojonegoro, Joko Parikesit, yang menjadi salah satu peserta mengatakan, keahlian merias memang bisa didapatkan dari mana saja, termasuk dari media sosial. Namun, untuk menjadi perias pengantin jelas diperlukan ilmu khusus yang bisa didapat melalui jalur pendidikan formal ataupun non-formal seperti LKP. Profesi perias cukup digemari anak-anak muda.
”Untuk menjadi perias pengantin itu ada ilmunya. Tidak hanya sekadar bisa make up saja. Akan tetapi, mereka harus tahu aturannya, misalnya, kain jariknya harus menggunakan motif apa, hitungan paes-nya bagaimana,” kata Joko.
Secara terpisah, instruktur barista sekaligus pemilik LKP Filbert, Rendro Wijoyo, mengatakan, tren usaha kopi kekinian membuka peluang besar bagi lulusan PKW di bidang barista. Kesempatan ini tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi kini sudah merambah ke daerah-daerah dengan memanfaatkan potensi-potensi kopi lokal yang juga kian bermunculan.
”Ini menjadi tren yang membuka peluang besar. Apalagi, selama ini memang banyak sekali kedai-kedai kopi mereka tidak memiliki barista. Jadi, kebutuhan tenaga barista-barista ini sangat besar, baik sebagai pekerjanya maupun owner atau pemilik kedai kopinya,” katanya.
Rasio kewirausahaan Indonesia ini masih berada di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah mencapai 4,74 persen dan Thailand di 4,26 persen.
Rendro menekankan, LKP yang menyediakan keterampilan barista mesti menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar industri serta kerja sama dengan dunia usaha/industri. Tujuannya, agar lulusan yang dihasilkan benar-benar kompeten dan siap untuk berwirausaha.
Di LKP, Filbert tidak hanya membuka keahlian barista. Ada juga kompetensi lainnya, seperti bidang roasting coffee dan kursus owner coffee shop, yang memang ditujukan untuk para peserta kursus yang ingin membuka kedai kopi.
Sugeng Pujiono, selaku pemilik Critoe Coffee di Bandung, mengatakan, bisnis usaha kopi kekinian memang cukup menjanjikan. Selain menjadi tren dan gaya hidup masyarakat, keuntungan dari bisnis ini juga cukup menjanjikan.
Ia mencontohkan, dengan modal sekitar Rp 3.200 untuk satu cangkir es kopi susu gula aren, keuntungan yang didapat bisa mencapai Rp 7.000 per cangkirnya. Itu pun dengan asumsi penjualan es kopi susu yang terbilang cukup murah, yakni Rp 10.000 per cangkir.