Pendidikan vokasi mendidik sumber daya manusia yang siap kerja. Tak hanya di sekolah/kampus, bekal kecakapan kerja dan wirausaha juga bisa didapat dari lembaga kursus dan pelatihan secara nonformal.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Putus sekolah atau kuliah masih dialami banyak anak muda di negeri ini dengan berbagai alasan, terutama karena ekonomi. Padahal, bekal pendidikan formal hingga sarjana diyakini memberikan masa depan lebih menjanjikan. Nyatanya, meski tidak mengantongi gelar sarjana, kemandirian hidup dengan bekerja atau membuka usaha pun bisa dicapai berkat bekal pendidikan vokasi.
Ternyata, meningkatkan keahlian atau keterampilan yang sesuai bakat, minat, aktau potensi diri, tak mesti melalui jalur formal. Pendidikan vokasi yang ditawarkan lembaga kursus dan pelatihan (LKP) di luar persekolahan juga mampu mengantarkan anak-anak muda untuk cakap bekerja, bahkan menjadi pembuka lapangan kerja.
Widiayaningsih Trikusumastuti (18), asal Surakarta, Jawa Tengah, sempat merasa masa depannya suram ketika hanya bisa tamat sekolah menengah pertama (SMP). Dia pun mencari pekerjaan untuk membantu keluarga demi bisa menyekolahkan adik-adiknya. Tentu saja tak mudah untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi dengan bermodalkan ijazah SMP.
”Saya pernah putus asa dengan keadaan saya. Pernah kehilangan pekerjaan, lalu hampir ikut pergaulan yang tidak baik. Lalu, saya dikenalkan dengan program kursus tata kecantikan,” kata Widyaningsih.
Berwirausaha
Perkenalan dengan kursus kecantikan membangkitkan rasa percaya diri Widia. Seusai kursus, dia merintis usaha salon panggilan. Dia bisa mendapatkan pelanggan 10-15 orang per hari. Meskipun sempat terhadang pandemi Covid-19, Widia tidak putus asa. Berkat teknik pemasaran digital yang juga didapatnya dari kursus, perlahan-lahan para pelanggan kembali berdatangan.
Keberaniannya membuka usaha sendiri seusai mengikuti kursus membuahkan hasil. Widia sudah bisa membeli sepeda motor operasional. Bahkan, dia bermimpi untuk dapat membantu banyak perempuan agar bisa mandiri. ”Saya ingin bisa melatih dan mempekerjakan banyak perempuan sambil menyadarkan pentingnya perempuan meraih pendidikan yang tinggi untuk mendukung kesejahteraan ekonomi keluarga,” kata Widia.
Jumlah anak putus sekolah Infografik
Bekal keterampilan yang didapat dari kursus juga menyelamatkan Gusnur Rohmat asal Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang putus kuliah. Dia sempat mencari kerja pada orang hingga akhirnya berkenalan dengan lembaga kursus. Setelah mengikuti kursus potong rambut, ia memberanikan diri membuka barbershop diberi nama Gosbol Barbershop.
Dari usahanya itu, Gusnur berhasil mempekerjakan anak-anak muda di daerah sekitarnya. Perkembangan teknologi digital dan media sosial dimanfaatkan Gusnur untuk terus memutakhirkan layanan salon pria agar sesuai dengan selera pasar sehingga menarik minat para konsumen.
”Awalnya hanya pangkas rambut, layanan di salon kini berkembang ke pewarnaan rambut. Bahkan, salon saya menjadi tempat nongkrong banyak anak muda. Saya jadi ingin berbagi peluang usaha untuk anak-anak muda lain yang juga berminat wirausaha,” kata Gusnur yang kini juga menjadi asisten instruktur di tempat kursus.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati, di Jakarta, Senin (31/10/2022), mengutarakan, pendidikan vokasi mendukung penyiapan tenaga kerja terampil sesuai kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Selain di jenjang formal, seperti sekolah menengah kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi vokasi, pendidikan keterampilan kerja juga dilakukan LKP sebagai pendidikan nonformal.
”Kami juga terus mendorong LKP untuk meningkatkan kualitas dan relevansinya. Bahkan, hasil belajar dari LKP diakui untuk melanjutkan pendidikan dengan adanya rekognisi pembelajaran lampau atau RPL. Lulusan vokasi dari LKP pun bisa melanjutkan kuliah dengan ada pengakuan hasil belajarnya dalam sejumlah satuan kredit semester atau SKS,” kata Kiki.
Adanya kebijakan Merdeka Belajar mendorong Direktorat Kursus dan Pelatihan di bawah Ditjen Pendidikan Vokasi untuk menguatkan LKP dari hulu ke hilir. Sejak tahun 2006 dibentuk Direktorat Kursus dan Pelatihan, dukungan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul diberikan lewat program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan siap berwirausaha melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW).
Hasil penelusuran atau tracer study tahun 2022 pada aplikasi program PKW menunjukkan peserta didik yang berwirausaha mencapai 87 persen dan pada tahun 2021 mencapai 88 persen. Sementara total peserta didik program PKK yang magang dan bekerja di industri di tahun 2020 mencapai 79 persen dan di tahun 2021 mencapai 88 persen.
Memperkuat lembaga kursus
Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbudristek Wartanto mengatakan, penguatan dan pengembangan program LKP tak hanya fokus pada keahlian dan keterampilan peserta didik, tapi juga mempersiapkan LKP sebagai instrumen pendidikan non-formal yang mampu melatih peserta didik sesuai kebutuhan industri. Setiap bermitra dengan industri, LKP mesti melengkapi fasilitas atau infrastruktur sesuai perkembangan industri dengan manajemen melek digital dan pemasaran program.
”Kerja sama LKP dengan industri dilakukan agar memiliki kurikulum dan instruktur sesuai perkembangan industri serta kesempatan magang bagi peserta didik. Inilah yang disebut penguatan program dari hulu,” kata Wartanto.
Sementara di hilir, lanjut Wartanto, peserta program PKK akan mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Kegiatan uji kompetensi ini dilakukan lembaga sertifikasi kompetensi sebagai lembaga resmi yang diakui pemerintah dan berdiri secara independen.
Kerja sama LKP dengan industri dilakukan agar memiliki kurikulum dan instruktur sesuai perkembangan industri serta kesempatan magang bagi peserta didik. Inilah yang disebut penguatan program dari hulu.
Sepanjang tahun 2017 – 2022, 224.072 peserta didik PKK telah mengikuti program bantuan uji kompetensi. Uji kompetensi juga diikuti peserta kursus reguler dan kursus mandiri. Secara keseluruhan, sudah ada 663.311 peserta program uji kompetensi sejak tahun 2009. Sebagai pemegang sertifikat kompetensi, para lulusan ini akan memiliki kesempatan lebih besar untuk bekerja di industri bidang keterampilan yang diambilnya.
Berbagai program inovasi bagi LKP juga dihasilkan, antara lain, penerapan pendekatan pembelajaran project based learning untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan kecakapan/kompetensi kerja di industri dan teaching factory yang mendorong peserta didik memiliki pengalaman praktik langsung sesuai kondisi dan persyaratan dunia kerja.
Selanjutnya, penambahan fungsi/layanan pengembangan karier yang memudahkan calon peserta didik memilih dan menentukan jenis keterampilan sesuai minat dan prospektif penyerapannya di industri, melengkapi kemampuan tambahan memasuki dunia kerja, ataupun alumni dalam memenuhi kompetensi lanjutannya yang dibutuhkan untuk promosi jabatan.
Ada juga program RPL yang bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi vokasi. Tujuannya agar peserta didik ataupun alumni LKP memiliki kesetaraan dalam mengenyam pendidikan tinggi.