Bahan Bakar Nabati Selain Sawit Juga Perlu Dikembangkan
Dominasi pemanfaatan sawit saat ini dikhawatirkan memicu dibukanya lahan baru yang dapat mengorbankan hutan lainnya di daerah. Untuk mencegah hal itu, pemanfaatan bahan nabati lainnya diperlukan.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saat ini penggunaan bahan bakar nabati masih didominasi penggunaan biodiesel yang berasal dari kelapa sawit. Potensi bahan baku nabati lain untuk energi masih belum banyak dimanfaatkan guna mendukung proses transisi energi.
Program Assistant Biofuel Yayasan Madani Berkelanjutan Kukuh Sembhodo mengatakan, potensi bahan baku untuk bahan bakar nabati atau BBN di Indonesia sangat melimpah. Namun, saat ini pemerintah masih fokus pada pengembangan biodiesel dengan memanfaatkan kelapa sawit.
”Terlihat saat ini di stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU Pertamina didominasi biosolar. Dalam kandungan biosolar juga hanya 30 persen kandungan fame dari sawit sisanya 70 persen masih kandungan solar,” kata Kukuh dalam diskusi bertajuk ”Inisiasi Skema Insentif Bahan Baku untuk Bahan Bakar Nabati di Indonesia”, Jumat (9/12/2022), di Jakarta.
Dia menambahkan, pemanfaatan sawit saat ini dikhawatirkan memicu dibukanya lahan baru yang dapat mengorbankan hutan lainnya di daerah. Untuk mencegah hal itu, dia menyarankan agar pemanfaatan bahan lainnya dapat dilakukan untuk mendukung bahan bakar nabati.
”Selain kelapa sawit, kita juga memiliki kelapa, jarak pagar, kacang suuk, kapuk atau randu, kelor, nimbas, randu alas, dan kesambi yang bisa jadi alternatif tanpa membuka lahan baru. Selain itu, bisa memanfaatkan etanol dari tanaman mengandung gula dan bioavtur yang bisa diolah dari minyak jelantah,” jelas Kukuh.
Mengenai pertambahan lahan perkebunan kelapa sawit, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tren luas areal perkebunan di Indonesia selama 2015-2019 cukup fluktuatif. Pada 2015-2016 luasnya sempat menurun, tetapi pada 2016-2019 luasnya terus melonjak. Tercatat, pada 2019 luasnya mencapai 14,60 juta hektar (ha).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sudah merilis bahan baku yang cocok dijadikan bahan bakar nabati, tetapi yang dikembangkan berfokus ke sawit.
Areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Provinsi Riau memiliki areal perkebunan kelapa sawit terluas dengan 2,82 juta ha pada 2019 atau 19,31 dari total luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Menurut pengamat energi terbarukan Wiko Saputra, luasnya perkebunan sawit di Indonesia menyebabkan penggunaan minyak kelapa sawit menjadi dominan bahkan pasokan berlebih (over supply).
”Hal itu membuat masyarakat dipaksa menggunakan sawit, karena over supply atau terlalu banyak. Namun, terlihat minat masyarakat belum ke situ (BBN),” tambah Wiko.
Standar nasional Indonesia
Selain itu, Wiko menambahkan selama ini baru bahan bakar berbahan kelapa sawit yang terdaftar pada standar nasional Indonesia atau SNI. Bahan bakar lainnya masih sulit untuk mendapatkan status SNI.
”Padahal, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sudah merilis bahan baku yang cocok dijadikan bahan bakar nabati, tetapi yang dikembangkan berfokus ke sawit. Ini yang harus digugat bersama,” tambah Wiko.
Laporan Kinerja tahun 2019 Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi dan Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia (HEESI) 2021 menunjukkan kenaikan produksi biodiesel nasional.
Pada 2011-2021, produksi biodiesel meningkat sekitar 840.000 kiloliter setahun sehingga pada 2021 output-nya 10,24 juta kiloliter. Nominal ini hampir enam kali lipatnya tahun 2011 yang kala itu produksi biodiesel nasional baru berkisar 1,8 juta kiloliter (Kompas.id, 30/9/2022).