Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Perkuat Ekosistem Riset dan Inovasi
Riset dan inovasi di perguruan tinggi belum ditopang ekosistem yang kuat. Ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dapat memperkuat ekosistem itu.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Selama 35 tahun Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional diselenggarakan, telah banyak lahir ilmu pengetahuan dan teknologi bernilai tinggi. Persoalannya, selama ini berbagai riset dan inovasi di perguruan tinggi belum ditopang ekosistem yang kuat untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim saat memberikan sambutan secara daring pada pembukaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) Ke-35 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Malang, Jawa Timur, Rabu (30/11/2022) malam.
Kondisi seperti ini, menurut Nadiem, merupakan kerugian besar bagi bangsa. Pasalnya, dalam riset dan inovasi di perguruan tinggi (PT), tersimpan berbagai solusi nyata yang dibutuhkan negara.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menghadirkan terobosan berupa Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka (Kedaireka). Ini sebagai jembatan ide dan gagasan di PT dengan berbagai kebutuhan lapangan industri.
Melalui skema matching fund, sivitas PT bisa mengajukan proposal riset yang kemudian dibiayai oleh pemerintah dan mitra swasta. Setelah berjalan dua tahun, Kedaireka menerima lebih dari 6.000 proposal dengan total dana Rp 13 triliun. ”Berbagai bentuk kolaborasi PT dengan mitra swasta yang difasilitasi platform Kedaireka menghasilkan produk-produk inovatif yang bisa dinikmati masyarakat luas,” katanya.
Untuk itu, lanjut Nadiem, kehadiran Pimnas secara berkelanjutan akan semakin memperkuat ekosistem riset dan inovasi, yakni menjadi sarana yang akan terus memastikan bahwa kampus tidak pernah kekurangan gagasan dan ide. ”Tak pernah kekurangan talenta cemerlang yang siap membuat lompatan ke depan,” katanya.
Selain mengolah kreativitas dan daya pikir, Pimnas juga menjadi langkah awal untuk menempa mental dan karakter mahasiswa menjadi pribadi yang lebih berani. Menurut Nadiem, inovasi dan terobosan hanya mampu dilakukan oleh orang yang berani mengambil risiko dan berani gagal.
Pimnas kali ini mengambil tema ”Pengembangan Kreativitas dan Inovasi Mahasiswa Berbasis Transformasi Digital Menuju Indonesia Emas 2045”. Sebanyak 374 tim dengan 1.693 mahasiswa tersebar di 17 kelas mengikuti ajang ini.
Ada sembilan bidang kegiatan, antara lain Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta, Riset Sosial Humaniora, dan Kewirausahaan. Selain itu, Pengabdian Masyarakat, Penerapan Teknologi, Cipta Karsa, dan Karya Inovasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek Nizam, yang juga hadir secara virtual, mengatakan, Pimnas menjadi puncak perjalanan kreasi dan inovasi mahasiswa seluruh Indonesia. Ajang ini dinantikan tidak hanya oleh mahasiswa, tetapi juga dosen pembimbing dan pimpinan PT.
Para mahasiswa peserta Pimnas telah melalui perjalanan panjang, membutuhkan ketekunan dan kerja keras. Kini, saatnya mereka beradu karya dengan tidak boleh lupa untuk membangun persahabatan Nusantara. Peserta Pimnas pun bisa dibebaskan dari kewajiban tugas akhir mahasiswa. Keseriusan dan kerja keras mereka akan menjadi bagian dari capaian kesarjanaan nantinya.
”Apa yang mahasiswa kerjakan jangan berhenti dalam ajang lomba, tetapi dilanjutkan sehingga menjadi karya yang benar-benar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat maupun dikembangkan sebagai start up (usaha rintisan),” katanya.
Asisten Khusus Rektor UMM Joko Widodo mengatakan, Pimnas menjadi ajang kompetisi yang kualitasnya mesti terus dijaga dan ditingkatkan. Oleh karena itu, semua harus bertanggung jawab meningkatkan kualitas tersebut meski kendala menghadang, termasuk pandemi. Pimnas di UMM ini merupakan ulangan ajang yang sama 16 tahun lalu.