Kolaborasi Riset Perguruan Tinggi dan Industri Meningkat
Kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri melalui platform Kedaireka semakin meningkat. Ekosistem Kedaireka diharapkan mampu menyemangati perguruan tinggi dan mitra industri untuk berinovasi.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri melalui platform Kedaireka semakin meningkat. Ekosistem Kedaireka diharapkan mampu menginspirasi dan menyemangati perguruan tinggi dan mitra industri untuk terus berinovasi demi kemajuan bangsa Indonesia.
Ketua Tim PMO Kedaireka Mahir Bayasut menuturkan, tahun ini, ada sekitar 4.500 usulan riset kolaborasi yang diajukan oleh berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia. Dari jumlah itu, ada 1.000 proposal riset yang lolos seleksi. Pada 2022, anggaran yang disiapkan pemerintah untuk pendanaan riset kolaborasi tersebut sebesar Rp 1 triliun.
”Tahun ini, antusiasme kolaborasi antara perguruan tinggi dengam industri naik empat kali lipat dibandingkan dari tahun sebelumnya,” kata Mahir seusai acara Reka Talk bertajuk "Urgensi Kolaborasi Inovasi Antar-Perguruan Tinggi dan Industri dalam Bidang Agrikultur" di Universitas Lampung, Kamis (24/11/2022).
Pada 2021, jumlah usulan riset yang diusulkan sebanyak 1.400 proposal. Dari jumlah itu, jumlah riset yang didanai sebanyak 427 proposal dengan dana padanan (mathing fund) Rp 250 miliar.
Mahir menyebutkan, industri juga memberikan dukungan dana untuk riset kolaborasi yang sama besar dengan pemerintah. Hal ini menunjukkan komitmen industri untuk mendorong kemajuan riset dan teknologi di Indonesia juga semakin kuat.
Hingga saat ini, jumlah perguruan tinggi yang terlibat dalam riset kolaborasi ini sebanyak 600 PT. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen perguruan tinggi yang mengajukan usulan riset kolaborasi adalah perguruan tinggi swasta. Sementara jumlah industri yang telah masuk dalam ekosistem Kedaireka mencapai 6.000 perusahaan.
Kedaireka adalah platform yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi sebagai wujud Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program ini mempertemukan PT dan industri untuk meningkatkan komersialisasi inovasi dalam negeri. Mulai 2021, Ditjen Dikti menyediakan dana padanan yang sama besar dengan industri untuk menarik minat industri berinvestasi dalam litbang di dalam negeri.
Pada 2022 ini, Kedaireka meluncurkan inisiasi Ekosistem Kedaireka yang berisikan program-program yang diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan membuka peluang kolaborasi lainnya bagi insan PT dan mitra industri. Perwakilan insan PT, mitra industri, serta masyarakat umum diharapkan dapat memahami urgensi menciptakan ekosistem kolaborasi dan pentingnya memprioritaskan inovasi di berbagai macam industri.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan, ekosistem Kedaireka diharapkan mampu menginspirasi dan menyemangati insan PT dan mitra industri di seluruh Indonesia untuk berinovasi dan berkolaborasi demi kemajuan bangsa Indonesia. Peogram ini juga diharapkan memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa yang terlibat langsung dalam penelitian sesuai dengan konsep merdeka belajar.
Tahun ini, Kedaireka kembali meluncurkan program Matching Fund dengan fokus riset yang menitikberatkan pada lima sektor, yaitu ekonomi hijau, ekonomi biru, ekonomi digital, kepariwisataan, dan infrastruktur kesehatan. Perguruan Tinggi diharapkan dapat memberikan solusi sesuai kebutuhan industri dan memberi terobosan bagi pengembangan usaha yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pelaksana Tugas Rektor Universitas Lampung M Sofwan Effendi mengatakan, Unila mempunyai sedikitnya 120 paten dan 344 hak cipta dari berbagai riset yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Ia berharap, riset-riset tersebut dapat ditangkap oleh industri dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Untuk mendorong riset berbagai komoditas unggulan di Lampung, Unila bekerja sama dengan industri mulai membangun pusat riset singkong. Ke depan, pusat riset itu juga diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan penelitian kopi, lada, kakao, dan berbagai komoditas unggulan lainnya di Lampung.
Director of Coporate Affair Great Giant Pineapple Welly Soegiono menuturkan, ada banyak peluang kolaborasi yang bisa dilakukan industri dengan perguruan tinggi. Dalam bidang agroindustri misalnya, banyak potensi buah lokal Lampung yang bisa diekspor, antara lain salak, manggis, hingga durian. Namun, industri menghadapi persoalan bagaimana memastikan buah-buah lokal itu tetap segar saat sampai di negara tujuan. Tantangan inilah yang harus dijawab melalui riset kolaborasi.
Selain hasil riset, kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri ini juga diharapkan dapat menciptakan naskah kebijakan yang dapat mendukung rekomendasi kebijakan pemerintah dalam kerja sama internasional. Dengan begitu, kedaulatan Indonesia di bidang perdagangan, teknologi, dan inovasi semakin kuat.