Pemberian penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional dan Adiwiyata Mandiri bertujuan memupuk semangat generasi muda agar terus berpartisipasi aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Masalah lingkungan hidup yang muncul di sekitar sekolah membuat para siswa tergerak untuk berinovasi mencari solusi. Para siswa menciptakan alat dan teknologi untuk mengatasi sampah sungai, limbah sawit, serta lahan tandus di sekolah.
”Ide ini berawal dari keprihatinan siswa (ketika) setiap hari melewati kawasan Kali Code saat berangkat sekolah. Pinggiran sungai berada dekat dengan kawasan penduduk yang menimbulkan permasalahan seperti menumpuknya sampah,” ucap Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta Siti Hajarwati saat diskusi bertema “Success Story Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan Hidup di Sekolah Adiwiyata” di Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Hajarwati menyampaikan, inovasi teknologi itu disebut Thundershot, yaitu sebuah alat penyaring sampah sungai. Alat yang masih dalam bentuk prototipe itu memiliki dua turbin yang berfungsi membuat arus untuk menarik dan mengumpulkan sampah ke saluran bagian tengah.
Terdapat wadah yang terpasang berupaya jaring untuk mengangkat sampah yang sudah terkumpul dan akan masuk ke bak penampung sampah. Harapannya, dengan alat tersebut masyarakat sekitar bisa terinspirasi sehingga lebih mudah dalam mengumpulkan sampah.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Sekolah SDN 1 Triharjo Kabupaten Lampung Provinsi Lampung Subariyah. Menurut ia, pemahaman pendidikan lingkungan bukan sekadar berupa pelajaran ilmu pengetahuan alam saja, melainkan juga perlu diterapkan oleh sekolah itu sendiri.
Inovasi yang dilakukan oleh kelompok di sekolah, menurut Subariyah dilakukan siswa kelas 4, 5, dan 6 dengan menghasilkan alat pendeteksi kesuburan tanah. Dengan demikian, kawasan lahan sekolah bisa ditanami berbagai macam jenis tanaman.
”Inovasi yang sangat sederhana ini bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Apalagi, ini berdampak agar para siswa juga peduli terhadap lingkungan dan lingkungan sekolah menjadi lebih hijau,” kata Subariyah.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Astra Agro Lestari Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Ahmad Rofik menjelaskan, para siswanya melakukan penelitian untuk mengolah limbah sawit menjadi bio baterai, briket, serta bio polibag. Pemilihan bahan limbah sawit ini dilakukan karena letak sekolah yang berdekatan dengan kawasan kebun sawit.
Menurut Rofik, berdasarkan uji coba terhadap limbah sawit, maka yang bisa digunakan untuk bahan bio baterai yakni cangkang sawit yang dapat menghasilkan energi. Setelah cangkang sawit itu selesai digunakan menjadi alat pembangkit listrik, maka limbah bio baterai itu bisa dimanfaatkan menjadi briket yang dicampur dengan kulit sawit tersebut.
Penggerak sekolah adiwiyata
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan, sebanyak 305 sekolah mendapat penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional dan 94 sekolah mendapat penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ratusan sekolah tersebut dinilai memiliki kepedulian dan berbudaya lingkungan.
Penghargaan itu diharapkan dapat mewujudkan generasi mendatang yang peduli lingkungan serta bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. “Lewat tata kelola sekolah yang baik, hal ini dapat mendukung pembangunan berkelanjutan sekaligus mewujudkan calon-calon pemimpin yang peduli lingkungan,” ujarnya.