Populasi Ikan Pari Manta Bisa Pulih di Kawasan Konservasi
Di Selat Dampier, populasi ikan pari manta karang meningkat menjadi 317 ekor atau naik sekitar 3,9 persen tiap tahun. Di Misool Selatan, populasi diperkirakan mencapai 511 ekor dengan 10,7 persen peningkatan per tahun.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·4 menit baca
Di tengah berbagai tekanan yang dialami beragam ekosistem terlindungi di perairan, ada kabar baik contoh keberhasilan konservasi perairan laut di Indonesia. Itu ditunjukkan dari hasil riset terbaru yang dipimpin University of Auckland di Selandia Baru tentang peningkatan populasi ikan pari manta karang di Raja Ampat, Papua Barat.
“Di saat penurunan populasi global akan hiu dan manta oseanik akibat penangkapan ikan berlebih selama 50 tahun, ikan pari manta di Raja Ampat telah kembali pulih dan berkembang,” kata Edy Setyawan, peneliti di Institut Ilmu Kelautan pada University of Auckland, dalam situs kampus ini, Rabu (16/11/2022).
Hasil konservasi perairan ini diharapkan bisa semakin mendorong Indonesia untuk meningkatkan dan mencapai target 30 juta kawasan konservasi perairan, lengkap dengan lembaga pengelola dan regulasi yang ketat.
Peneliti mendorong agar kawasan konservasi perairan di seluruh dunia dapat dijalankan dengan baik untuk melindungi habitat kritis tersebut.
Edy dan kawan-kawan meneliti ikan pari manta karang (Mobula alfredi) di dua kawasan konservasi perairan di Raja Ampat, yakni Selat Dampier dan Misool Selatan. Mereka menggunakan pengamatan langsung pada pari manta dan mengidentifikasi tiap individu melalui foto. Data-data ini dimanfaatkan untuk mempelajari dinamika populasi pada 2009-2019.
Di Selat Dampier, populasi ikan pari manta karang meningkat menjadi 317 ekor atau naik sekitar 3,9 persen tiap tahun. Di Misool Selatan, populasi diperkirakan mencapai 511 ekor dengan 10,7 persen peningkatan per tahun.
Peningkatan populasi ini disebabkan oleh tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (hingga 93 persen individu di setiap kelompok bertahan setiap tahun) dan tingkat rekrutmen yang tinggi (biasanya kelompok mendapat dorongan tahunan 20 persen dari anggota baru).
Spesies yang tumbuh lambat ini mulai matang pada usia sembilan hingga 13 tahun (jantan) dan usia 13 hingga 17 tahun (betina). Seekor betina dewasa hanya menghasilkan satu anak setiap dua hingga enam tahun, setelah 12-13 bulan masa kehamilan. Pematangan yang terlambat dan fekunditas yang rendah membuat spesies ini sangat rentan terhadap penurunan populasi.
Iklim
Selain didukung tekanan dari penangkapan ikan yang berkurang, alasan lain terjadi peningkatan populasi ialah terdapat fenomena El Nino. Penghangatan pada lautan ini menyebabkan peningkatan jumlah plankton yang menjadi makanan manta. Hal itu menyebabkan agregasi pari manta yang lebih besar dan lebih sering untuk mencari makan. Lalu, pada gilirannya memberikan lebih banyak kesempatan bagi manta untuk kawin.
Dalam daftar merah Badan Konservasi Dunia (IUCN), pari manta karang masuk pada kategori spesies "rentan" dengan populasi yang menurun di seluruh wilayah sebaran mereka di Indo-Pasifik. Hal ini berdasarkan penilaian pada tahun 2018.
Saat ini diperkirakan 16.000-18.000 individu pari manta masih bertahan dengan Maldives sebagai habitat terbesar yaitu sekitar 5.000 individu. Indonesia menjadi habitat terbesar kedua dengan sekitar 3.500 individu.
“Sayangnya, ikan pari manta secara umum jumlahnya menurun, seperti di Mozambik yang secara terus-menerus menjadi target perikanan atau hanya bertahan seperti di Australia dan Maldives,” kata Edy.
Peneliti mendorong agar kawasan konservasi perairan di seluruh dunia dapat dijalankan dengan baik untuk melindungi habitat kritis tersebut. Ini pun perlu diiringi komitmen kuat pemerintah dalam menerapkan perlindungan seperti pembatasan alat tangkap, termasuk melarang pemakaian jaring insang dan rawai.
Pari manta dikenal karena kecerdasannya, renangnya yang anggun, dan sifat-sifatnya seperti makan jungkir balik, teknik untuk terus bergerak sambil tetap berada di tempat yang sama untuk memakan plankton dan udang kecil. Pari manta harus terus bergerak agar tetap hidup. Liukan pari manta yang dapat memiliki lebar hingga lima meter ini menjadi daya tarik bagi wisatawan, khususnya wisata selam.
Penelitian Edy yang dipublikasikan di jurnal Marine Policy volume 137/2022 ini dilakukan dengan bantuan para peneliti dari badan pengelola kawasan konservasi perairan Raja Ampat, Konservasi Indonesia, Conservation International Aotearoa, dan Waipapa Taumata Rau, University of Auckland.
Hasil studi mereka menjadi kabar baik di tengah tekanan yang dialami kawasan konservasi perairan dan sekitarnya di seluruh dunia. Seperti di antaranya ditunjukkan peneliti Tel Aviv University yang menunjukkan penurunan tajam 60 persen populasi ikan di pinggiran kawasan konservasi perairan (sekitar 1-1,5 kilometer). Penurunan ini disebabkan penangkapan ikan berlebih di perbatasan kawasan tersebut.
Hasil riset itu diterbitkan dalam Nature Ecology & Evolution Journal. “Fenomena ini terjadi ketika ada gangguan dan tekanan manusia di sekitar KKL, seperti perburuan/penangkapan ikan, kebisingan atau cahaya polusi yang mengurangi ukuran populasi alami di dalam kawasan konservasi perairan di dekat perbatasan mereka,” tutur Sarah Ohayon, mahasiswa doctoral di School of Zoology, Fakultas Ilmu Hayati, Tel Aviv University, 5 Juli 2021.