Pengelolaan Taman Nasional Komodo Memegang Peran Kunci Konservasi Pari Manta
Perairan di Taman Nasional Komodo dinilai memegang peran kunci dalam konservasi spesies pari manta karang. Namun, keberadaan mereka bisa terdampak peningkatan aktivitas wisata yang berlebihan.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perairan di Taman Nasional Komodo dinilai memegang peran kunci dalam konservasi spesies pari manta karang (Mobula alfredi). Manta karang yang bisa tumbuh hingga 5 meter serta cenderung tinggal dan mencari makan di habitat pesisir yang dangkal di perairan ini rentan terdampak kegiatan pariwisata yang berlebihan.
Keberadaan pari manta, pola pergerakan, perilaku, dan demografi pari manta karang di Taman Nasional Komodo itu dilaporkan para ilmuwan dari Marine Megafauna Foundation dan Universitas Murdoch di jurnal Aquatic Biology edisi Senin (16/5/2022). Elitza S Germanov, ahli biologi konservasi dari Marine Megafauna Foundation menjadi penulis pertama paper ini.
Para ilmuwan bekerja sama dengan komunitas operator selam yang melayani Taman Nasional Komodo untuk mendapatkan foto-foto pari manta di perairan ini dan mengirimkannya ke basis data daring crowdsourced untuk manta dan pari lainnya. Sebagian besar foto berasal dari empat lokasi dari lebih dari 20 lokasi yang biasa dikunjungi oleh kapal wisata, yaitu Cauldron, Karang Makassar, Mawan, dan Manta Alley.
”Saya kagum dengan betapa terbukanya komunitas penyelam lokal dalam membantu mengumpulkan data hewan-hewan yang terancam ini yang sangat dibutuhkan,” kata Elitza Germanov dalam keterangan tertulis.
Individu pari manta diidentifikasi dari pola perut mereka yang unik. Oleh karena itu, para peneliti berupaya melibatkan masyarakat dalam pengumpulan data hewan laut yang terancam dan kurang dipelajari ini. Mereka kemudian menggandeng perusahaan perangkat lunak WildMe untuk mengembangkan platform basis data satwa liar daring MantaMatcher.org untuk mencocokkan dan membuat katalog pari manta di berbagai populasi di seluruh dunia.
”Orang-orang menyukai pari manta, mereka adalah salah satu hewan paling ikonik di lautan kita. Meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam penyelaman SCUBA, snorkeling, dan munculnya kamera bawah air yang terjangkau membuat foto dan video diambil oleh publik selama liburan mereka dapat digunakan untuk pengumpulan data skala cepat dan terjangkau,” kata Andrea Marshall, anggota tim penulis yang juga salah satu pendiri Marine Megafauna Foundation.
Foto-foto dan informasi berupa waktu dan lokasi yang menyertainya kemudian digunakan untuk menyusun sejarah penampakan individu pari manta. Hal ini kemudian dianalisis dengan model pergerakan statistik yang dapat memprediksi kemungkinan pergerakan pari manta di antara situs-situs tertentu.
Lebih dari 1.000
Berdasarkan foto-foto yang dikumpulkan secara crowdsourcing selama tahun 2013 hingga 2018, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi 1.085 individu pari manta di Taman Nasional Komodo. Selain itu, mereka juga berhasil mengetahui adanya pola pergerakan satwa laut ini.
Hasil studi menunjukkan bahwa beberapa pari manta bergerak di sekitar Taman Nasional Komodo dan yang lainnya hingga Nusa Penida, Bali, atau sekitar 450 km ke barat. Akan tetapi, secara keseluruhan, pari manta menunjukkan preferensi individu di situs tertentu di dalam Taman Nasional Komodo.
Secara umum, individu pari manta menunjukkan afinitas yang lebih tinggi terhadap situs tertentu daripada yang lain. Probabilitas penampakan kembali tertinggi berasal dari situs selatan yang terpencil, Manta Alley.
Saya merasa sangat tertarik bagaimana beberapa pari manta tampaknya lebih suka menghabiskan waktu mereka di beberapa situs daripada yang lain.
Manta karang yang tumbuh hingga 5 meter ini cenderung tinggal dan mencari makan di habitat pesisir yang dangkal. Pari manta di perairan ini juga tercatat lebih banyak bepergian dari selatan ke daerah tengah daripada sebaliknya. Pari manta betina diketahui lebih aktif bergerak daripada jantan.
”Saya merasa sangat tertarik bagaimana beberapa pari manta tampaknya lebih suka menghabiskan waktu mereka di beberapa situs daripada yang lain, bahkan ketika situs tersebut berjarak 5 km, yang merupakan jarak pendek untuk pari manta,” kata Elitza Germanov.
”Ini berarti pari manta yang lebih memilih lokasi di mana kegiatan penangkapan ikan terus terjadi atau yang lebih populer dengan pariwisata akan menanggung dampak yang lebih besar,” tambahnya.
Kegiatan penangkapan ikan telah dilarang di banyak wilayah pesisir di dalam TN Komodo sejak tahun 1984, termasuk di habitat pari manta. Kebijakan ini menawarkan beberapa perlindungan bagi pari manta yang mendahului perlindungan nasional tahun 2014. Namun, karena aktivitas penangkapan ikan ilegal dan pergerakan pari manta ke perairan yang banyak ditangkap, pari manta terus menghadapi sejumlah ancaman dari perikanan.
Dari pengamatan, ditemukan cedera terkait alat tangkap pada 56 individu (sekitar 5 persen), dan cedera karena predator dialami 32 individu (3 persen).
Dampak wisata
Di sisi lain, peningkatan aktivitas berperahu dan aktivitas penyelam dan snorkeling yang berlebihan juga dinilai dapat berdampak negatif terhadap pari manta dan habitatnya. Seperti diketahui, pariwisata tumbuh selama penelitian, menghasilkan peningkatan 34 persen kapal pariwisata yang mengunjungi situs pari manta. Pada tahun 2019, Otoritas Taman Nasional Komodo memberlakukan batasan jumlah perahu dan orang yang mengunjungi salah satu situs manta paling terkenal.
”Studi ini menunjukkan bahwa tempat-tempat yang biasa dikunjungi wisatawan untuk mengamati pari manta sangat penting bagi hewan untuk mencari makan, membersihkan, dan kawin. Artinya, Taman Nasional Komodo harus membuat langkah-langkah untuk membatasi gangguan di tempat-tempat tersebut,” kata Ande Kefi, pegawai Taman Nasional Komodo yang terlibat dalam penelitian ini.
“Saya berharap studi ini akan mendorong operator pariwisata untuk memahami perlunya peraturan yang sudah diberlakukan dan meningkatkan kepatuhan.”
Penulis penelitian ini membuat rekomendasi tambahan untuk meningkatkan konservasi pari manta di Taman Nasional Komodo yang juga dapat menjadi pedoman untuk habitat pari manta di tempat lain di dunia. Membatasi jumlah perahu wisata yang diperbolehkan pada satu waktu di semua lokasi agregasi pari manta dan membuat kode etik untuk menyelam dan snorkeling dengan pari manta wajib diusulkan sebagai cara untuk meminimalkan dampak pariwisata.