Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang termasuk ke dalam daftar 10 negara dengan angka diabetes tertinggi di dunia. Langkah strategis perlu dilakukan untuk mengendalikan masalah kesehatan itu.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Diabetes juga disebut sebagai ibu dari berbagai penyakit lantaran bisa memicu munculnya komplikasi mikrovaskuler lainnya seperti neuropati perifer jika tidak ditangani dengan baik. Karena itu, komplikasi penyakit berupa kerusakan saraf tepi ini perlu dikenali gejalanya sejak dini untuk mencegah perburukan kondisi penderita.
Hal ini diungkapkan dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Rizaldy Taslim Pinzon, dalam jumpa pers peringatan Hari Diabetes Sedunia 2022 di Jakarta, Rabu (9/11/2022). Ia mengatakan, umumnya pasien diabetes juga mengalami neuropati perifer.
”Satu dari dua pasien diabetes menderita neuropati perifer. Nyeri neuropati diabetik kerap menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, tetapi juga memengaruhi suasana hati dan kualitas hidup penderita diabetes,” kata Rizaldy yang juga penulis buku Awas Stroke. Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan, dan Pencegahan.
Dari Studi Klinis 2018 oleh NENOIN, salah satu upaya mengurangi gejala ialah mengonsumsi vitamin B neurotropik, atau satu tablet vitamin B1 (100 mg), B6 (100 mg) dan B12 (5.000 mg). Hal ini menurunkan gejala neuropati diabetik 66 persen serta aman dipakai dalam jangka panjang oleh penyandang diabetes. Nenoin Study Neurobion Non Interventional ialah studi klinis kesehatan saraf tepi pertama kali diadakan di Indonesia dan dipublikasikan di Asian Journal of Medical Sciences pada 2018.
Satu dari dua pasien diabetes menderita neuropati perifer. Nyeri neuropati diabetik kerap menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, namun juga memengaruhi suasana hati dan kualitas hidup penderita diabetes.
NENOIN Study meriset gejala neuropati selama 12 minggu di Indonesia pada awal tahun 2018. Berdasarkan hasil studi klinis di Indonesia, konsumsi vitamin neurotropik secara rutin bisa mengurangi gejala neuropati seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar, dan rasa sakit secara signifikan.
Saat ini Indonesia berada pada peringkat kelima negara dengan jumlah orang dengan diabetes terbanyak di dunia. Untuk itu, masyarakat diharapkan tidak malu memeriksakan diri jika terdapat gejala. Dengan demikian, penanganan dapat dilakukan secara maksimal.
Data ini dipaparkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti secara daring. Menurut Federasi Diabetes Internasional tahun 2021, saat ini 537 juta orang berusia 20-79 tahun di dunia mengalami diabetes atau 10,5 persen dari jumlah total penduduk pada usia sama. Angka ini diperkirakan meningkat hingga mencapai 643 juta (11,3 persen) di tahun 2030 dan 783 juta (12,2 persen) pada 2045.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penyandang diabetes tertinggi kelima di dunia, yaitu 19,5 juta orang (10,6 persen) dan angka ini diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta orang pada tahun 2045. ”Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk daftar 10 negara dengan angka penyandang diabetes tertinggi di dunia. Langkah strategis perlu dilakukan untuk menekan angka itu,” kata Eva.
Tantangan besar dalam pengendalian diabetes selama ini ialah kurangnya deteksi dini sindrom metabolik tersebut di masyarakat. Sebanyak tiga dari empat orang dengan diabetes tidak menyadari dirinya mengalami diabetes atau tidak terdiagnosis sehingga banyak penduduk mengalami diabetes pada tahap lanjut disertai dengan komplikasi.
Untuk itu, pemerintah berupaya mengendalikan diabetes sekaligus penyakit penyertanya seperti neuropati diabetik. Pada neuropati diabetik, pemerintah bekerja sama dengan organisasi profesi telah menyusun tata laksana dalam mengurangi nyeri karena neuropati diabetik. Tata laksana itu berupa perencanaan makanan, aktivitas fisik, obat-obatan, pemantauan mandiri, dan edukasi.
Sementara Sekretaris Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Wismandari menekankan perlunya deteksi dini dengan memahami gejala-gejala diabetes agar penanganan lebih efektif dan tidak lebih parah. ”Masyarakat diharapkan tak malu untuk periksa jika terjadi gejala apa pun. Diabetes juga disebut sebagai mother of diseases karena menyebabkan munculnya komplikasi mikrovaskuler lainnya seperti neuropati dan gagal jantung,” ujar Wismandari.
Dalam rangka peringatan Hari Diabetes Sedunia, P&G Health melakukan beragam inisiatif dengan meluncurkan kampanye Hidup Bebas Tanpa Kebas dan Kesemutan untuk meningkatkan kesadaran publik dan praktisi kesehatan terhadap diabetes dan pentingnya menjaga kesehatan saraf.
Salah satu bentuk inisiatif itu dengan meluncurkan aplikasi bernama Neurometer, berisi beberapa pertanyaan untuk menilai risiko dan mendeteksi dini seseorang terhadap neuropati.
Aplikasi berbasis web ini bukan merupakan alat diagnosis mandiri dan tidak menggantikan diagnosis medis. Namun, hasil dari penilaian risiko ini dapat membantu untuk dapat berkonsultasi lebih lanjut ke dokter. Aplikasi ini dapat diakses melalui akun Instagram Neurobion, yakni @Neurobionid.
Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia Anie Rachmayani menuturkan, selain peluncuran aplikasi, kegiatan dalam menyambut Hari Diabetes Sedunia ini akan diisi dengan berbagai kegiatan. ”Ada seminar, pelaksanaan neuropati Check Point, yaitu pemeriksaan dini neuropati di delapan titik di Jakarta,” ungkapnya.