Kolaborasi untuk Perangi Diabetes
Perang melawan diabetes membutuhkan upaya yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak, dari pemerintah, organisasi profesi seperti Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, perusahaan farmasi, hingga pegiat kesehatan.
Penggemar sepak bola Eropa tentu mengenal Borja Mayoral, penyerang muda asal Spanyol, yang kini dipinjam klub AS Roma dari klub asal, Real Madrid.
Namun, tak banyak orang tahu bahwa kegesitan Mayoral di lapangan hijau menyembunyikan fakta bahwa dia adalah orang dengan diabetes melitus tipe 1 (DMT1). Implikasinya sangat serius.
Divonis diabetes sejak usia lima tahun, sepanjang hidup dia harus disiplin memeriksa kadar gula darahnya beberapa kali sehari dan menyuntikkan insulin empat kali sehari. Ia tak pernah lalai melakukan itu, bahkan di tengah latihan dan persiapan pertandingan sekalipun, karena kelalaian akan berakibat fatal.
Sebelum diketemukannya insulin 100 tahun lalu, orang dengan diabetes hanya tinggal menunggu saat maut menjemput. Ini karena kelenjar pankreas dalam tubuhnya tak dapat memproduksi insulin yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar gula darahnya. Akibatnya, orang dengan DMT1 sudah dipastikan akan mengalami berbagai komplikasi berat yang berujung pada kematian.
Sebelum diketemukannya insulin 100 tahun lalu, orang dengan diabetes hanya tinggal menunggu saat maut menjemput.
Dibandingkan orang dengan DMT1, sebagian orang dengan diabetes melitus tipe 2 (DMT2) masih dapat menggunakan berbagai terapi obat untuk merangsang kelenjar pankreasnya guna memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup.
Namun, pada fase tertentu, ketika kelenjar pankreas sudah tak mampu lagi dipacu untuk menghasilkan kecukupan insulin (endogen), orang dengan DMT2 harus mengandalkan suntikan insulin dari luar (ekogen). Itulah sebabnya tak berlebihan bila dikatakan insulin menjadi penyambung nyawa bagi orang dengan diabetes.
Seabad penemuan insulin
Hari ini dunia memperingati Hari Diabetes Sedunia. Tahun ini juga diperingati sebagai 100 tahun penemuan insulin yang merupakan terobosan besar untuk mengendalikan diabetes. Mayoral dan jutaan orang dengan diabetes patut berterima kasih kepada Frederick Banting, dokter dan ilmuwan Kanada, yang bersama rekannya, Charles Best, berhasil memelopori penggunaan suntikan insulin sebagai obat diabetes pada 1921.
Baca juga: Mari Perbanyak Berdiri agar Insulin Tetap Sensitif
Suntikan ekstrak insulin yang ditemukan Banting dan Best itu mampu menyeimbangkan kadar gula darah dari penerimanya. Sejak saat itulah, dunia menganggap diabetes bukan lagi sebagai vonis mati.
Seratus tahun setelah temuan spektakuler itu, proses produksi, pemurnian, dan penyimpanan insulin sudah sedemikian maju. Sekarang, insulin tidak lagi berasal dari ekstrak insulin hewan, tetapi diproduksi langsung melalui rekayasa genetik dari bakteri sehingga susunan asam aminonya persis sama dengan insulin manusia.
Kini perusahaan farmasi mengemas insulin dalam bentuk siap suntik, dalam kemasan berbentuk pulpen yang mudah dibawa ke mana-mana. Inovasi inilah yang membuat orang dengan diabetes bisa tetap produktif dan bahkan berprestasi.
Mayoral dan sejumlah atlet dan tokoh dunia dengan diabetes lainnya membuktikan diabetes bisa dikendalikan. Selain itu, orang dengan diabetes pun kini memiliki peluang untuk produktif dan berprestasi di bidang apa pun seperti halnya orang tanpa diabetes.
Hingga sekarang tak semua orang dengan diabetes memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan terapi insulin. Di berbagai pelosok dunia, termasuk Indonesia, faktor geografis dan ekonomi menjadi tantangan besar untuk mendapatkan akses insulin. Peningkatan penyediaan akses terhadap insulin inilah yang juga tercakup dalam tema Hari Diabetes Sedunia tahun ini: ”Access to Diabetes Care” atau ”Akses ke Perawatan Diabetes”.
Momentum kolaborasi
Di Indonesia, tema tersebut hendaknya menjadi momentum untuk sejumlah perbaikan dalam pemberian akses perawatan kepada orang dengan diabetes. Apalagi, menurut data dari International Diabetes Federation di 2019, jumlah orang dengan diabetes di Indonesia sudah mencapai 10,7 juta jiwa. Indonesia bahkan menduduki peringkat tujuh dari 10 negara yang memiliki jumlah orang dengan diabetes tertinggi.
Peningkatan jumlah orang dengan diabetes dari tahun ke tahun tentu membutuhkan peningkatan akses perawatan. Lalu apa saja pemberian akses perawatan diabetes yang perlu ditingkatkan di Indonesia? Dan siapa saja yang harus terlibat aktif dalam upaya ini?
Sebenarnya Indonesia sudah mencatat kemajuan besar dalam pemberian akses perawatan kepada orang dengan diabetes. Sejak diberlakukannya layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, jutaan orang dengan diabetes telah dapat menikmati perawatan, mulai di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat 1, yakni puskesmas dan klinik, hingga di faskes rujukan tingkat 2 dan 3 seperti rumah sakit umum daerah (RSUD) dan rumah sakit umum pusat (RSUP) atau faskes lain yang sederajat.
Sebenarnya Indonesia sudah mencatat kemajuan besar dalam pemberian akses perawatan kepada orang dengan diabetes.
Namun, untuk memberikan akses perawatan diabetes yang lebih luas ke masyarakat, terutama di tempat-tempat yang jauh dari pusat kota/kabupaten, kita masih membutuhkan peningkatan kapasitas faskes tingkat 1, khususnya dalam pemberian perawatan dini. Perawatan dini ini penting karena sifat diabetes yang progresif. Artinya, diabetes akan cenderung menjadi parah, terutama bila tidak ada perawatan yang memadai sedini mungkin.
Selain peningkatan kapasitas perawatan, faskes tingkat 1 yang langsung bersentuhan dengan masyarakat di tingkat akar rumput diharapkan meningkatkan pula edukasi tentang diabetes. Sebagai upaya preventif, edukasi bisa menyadarkan tentang perlunya mengelola pola hidup sehat, yang meliputi pola makan dan kegiatan fisik, agar terhindar dari diabetes.
Upaya preventif melalui edukasi ini hendaknya juga disertai inovasi terus-menerus dalam pengembangan obat-obatan penurun gula darah, termasuk insulin, oleh perusahaan farmasi.
Seperti kita ketahui, saat ini terapi insulin hanya bisa dilakukan melalui suntikan. Ke depan diharapkan akan ada inovasi terapi insulin dalam bentuk yang semakin memudahkan orang dengan diabetes untuk mengelola dan mengendalikan kadar gula darah mereka, dan tentunya dengan harga yang semakin terjangkau.
Perang melawan diabetes membutuhkan upaya yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak, dari pemerintah, organisasi profesi terkait, seperti Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), perusahaan farmasi, hingga pegiat kesehatan di tingkat akar rumput.
Peringatan Hari Diabetes Sedunia 2021 hendaknya memperteguh tekat semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan kolaborasi sehingga menghasilkan strategi yang komprehensif dalam menghambat peningkatan jumlah orang dengan diabetes di negara kita.
Ketut Suastika, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; Ketua Umum PB Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni)