Penyelenggaraan COP27 tak lepas dari berbagai kritik. Penggunaan jet pribadi para pemimpin negara dan sponsor yang mendukung penyelenggaraan acara jadi sasaran.
Oleh
NINA SUSILO dari Sharm el Sheikh
·3 menit baca
Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim atau COP27 telah dibuka secara resmi, Senin (7/11/2022). Lebih dari seratus pemimpin negara hadir dan lebih banyak lagi kelompok yang hadir dan saling memberi ide mengatasi perubahan iklim.
Namun, memang saat ini diperlukan komitmen untuk mengambil langkah nyata. Apalagi setelah COP26 di Glasgow, Inggris, tahun lalu berakhir mengecewakan. Praktis tak ada penguatan target selain yang sudah disepakati di pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Karena itu, COP27 di Sharm el Sheikh, Mesir, didorong untuk menjadi COP implementasi. Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dalam sambutannya di pembukaan COP27 mengingatkan para pemimpin negara mengenai Bumi yang sudah menjadi tempat miliaran manusia menderita akibat bencana demi bencana yang bermunculan.
Ini semestinya menjadi tanggung jawab bersama dan semua pihak harus membangun saling percaya untuk bekerja bersama mengatasi perubahan iklim. Dia juga menegaskan, hal terpenting dalam COP27 adalah implementasi, implementasi, dan implementasi.
Kendati demikian, kritik tetap bermunculan selama penyelenggaraan COP27. Penggunaan jet pribadi para pemimpin negara dan sponsor penyelenggaraan COP27 menjadi sasaran kritik pedas.
Di Sharm el Sheikh International Airport, Minggu (6/11/2022) malam memang tampak berjajar jet-jet pribadi dengan berbagai lambang bendera negara-negara peserta COP27. Penggunaan jet pribadi yang tak ramah lingkungan dinilai berkebalikan dengan tujuan COP27.
Gerakan demokrasi Eropa pada Senin (7/11/2022) melalui akun Twitter @DIEM_25, misalnya, pedas mencuit ”Para elite tiba di #COP27 dengan ratusan jet privat untuk mengajarimu perubahan iklim. Disponsori Coca cola.”
Para aktivis lingkungan, seperti Koordinator Break Free from Plastic Emma Priestland dan Direktur Kampanye Laut Greenpeace Amerika Serikat John Hocevar, dalam portal berita The Guardian (4/10/2022) menyebut hal ini sebagai ”greenwash”. Menurut Hocevar, Coca Cola menghasilkan limbah botol plastik sejumlah 120 miliar buah dalam setahun. Plastik yang berasal dari bahan fosil jelas merusak alam.
Namun, Coca Cola sendiri berusaha meyakinkan bahwa perusahaan ini bertujuan menghilangkan sampah dari laut dan menghargai usaha-usaha untuk membangun kesadaran. Perusahaan ini pun meyakinkan sudah mempersiapkan diri dan menetapkan tujuan yang cukup ambisius untuk mengumpulkan dan mendaur ulang botol-botol dan kaleng dari setiap konsumennya paling lambat tahun 2030.
Tak hanya itu, Coca Cola juga mengatakan sudah menandatangani pernyataan bersama yang mendorong negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengadopsi kesepakatan yang menanggulangi isu sampah plastik melalui pendekatan ekonomi sirkular yang holistik. Karena itu, seperti dikutip The Guardian, Coca Cola menyebut dukungan kepada COP27 sejalan dengan target berbasis sains mereka untuk mengurangi emisi karbon mutlak 25 persen pada tahun 2030 dan ambisi mencapai net emisi nol karbon pada tahun 2050.
Semestinya para pemimpin negara mampu menjawab kritik tersebut dan menunjukkan COP27 mampu menghasilkan aksi nyata. Seperti disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam pidatonya, Senin malam, semua negara harus menjadi bagian dari solusi sesuai kapasitas masing-masing dan berkolaborasi. Hanya bukti yang bisa menjawab kritik.