Anak-anak muda menjadi harapan munculnya kepemimpinan yang membawa perubahan di masa depan. Para pemimpin muda di sektor publik, swasta, dan masyarakat didukung untuk terus memperluas dampak kepemimpinan yang baik.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kepemimpinan pemuda untuk menjadi agen perubahan di negara masing-masing ataupun di kawasan dan global terus dikuatkan. Para pemuda dengan berbagai latar belakang dari sektor publik, swasta, dan masyarakat diajak berkolaborasi dan berjejaring. Tujuannya untuk menghadirkan solusi yang baik dan tepat terhadap berbagai tantangan dan peluang saat ini dan masa mendatang.
Sebanyak 45 delegasi yang merupakan pemimpin dan pemengaruh muda dari 10 negara anggota ASEAN mendapat dukungan untuk pengembangan kepemimpinan, persahabatan, dan kolaborasi lewat program ASEAN Youth Fellowship (AYF) yang digelar Singapore International Foundation (SIF) dengan kemitraan bersama National Youth Council (NYC) pada 29 Oktober–5 November 2022. Untuk pertama kalinya, pada penyelenggaraan AYF 2022 di Singapura digelar kunjungan ke salah satu negara ASEAN, dan untuk tahun ini ke Indonesia.
Di Indonesia, para delegasi berkesempatan untuk berdialog secara langsung dengan salah satu pemimpin muda yang berpengalaman di sektor swasta dan pemerintahan, yakni Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, di Jakarta, Rabu (2/10/2022). Nadiem berbagi inspirasi dan pengalaman menjadi pemimpin muda yang membawa transformasi di bidang teknologi dan pendidikan.
Nadiem mengatakan, keluar dari zona nyaman menjadi salah satu cara untuk terus berkembang. Dia mengatakan, sebagai pengusaha dirinya sudah merasa nyaman bergerak di sektor swasta, khususnya di bidang teknologi. Namun, tanpa pernah terpikirkan, dirinya ditawari menjadi salah satu menteri di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
”Ketika rumor berkembang untuk saya jadi menteri, saya merasa akan mengatakan tidak karena tidak pernah terpikir untuk bergabung di pemerintahan. Tapi, pas diberi posisi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbudristek), saya coba mulai bertanya tentang posisi tersebut. Dan, saya mengimajinasikan masa depan anak-anak saya dengan membantu pendidikan di negara keempat terbanyak penduduk di dunia ini bertransformasi,” kata Nadiem.
Menurut Nadiem, dirinya senang mendorong pengembangan potensi manusia, salah satunya dengan memanfaatkan kekuatan teknologi untuk meningkatkan kapasitas manusia. Hal ini diterapkannya dalam transformasi pendidikan di Indonesia dengan mengoptimalkan teknologi digital dalam pendidikan.
”Ketika saya masuk dalam kerja ini, sangat sulit karena tidak ada latar belakang di politik dan pendidikan, termasuk juga orang yang termuda. Namun, di sisi lain, justru saya jadi bebas untuk melakukan apa yang baik bagi sistem pendidikan dengan cara yang berbeda dan fleksibel mengunakan teknologi,” tuturnya.
Nadiem mengatakan, dirinya dikelilingi tim dan birokrasi yang sama ide dan orientasinya. Meskipun selalu ada pro dan kontra, berbagai kebijakan transformasi pendidikan lewat Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dinilainya mulai membuahkan hasil.
Untuk mengubah struktur fundamental pendidikan dalam tiga tahun terakhir, dia melakukan kolaborasi efektif dengan banyak pihak, dari pemerintah, dunia usaha, dan dunia industri, serta masyarakat. Dia meyakini, dengan niat politik yang baik, transformasi pendidikan akan bisa dicapai. Apalagi, untuk Indonesia sebagai negara yang besar, penggunaan teknologi digital menjadi kebutuhan untuk menghadirkan kesetaraan akses dan kualitas pendidikan.
Membuat perbedaan
Sementara itu, Direktur Eksekutif SIF Jean Tan menjelaskan, AYF 202 berupaya mengajak pemimpin muda di ASEAN mulai berdiskusi dan bereksplorasi guna menciptakan solusi seputar masalah-masalah yang mendesak dan dihadapi saat ini. Hal itu di antaranya dalam hal kesehatan mental dan ketahanan sosial hingga ketahanan pangan, pengolahan limbah, serta isu keberagaman dan inklusif.
”Sebagai pemimpin yang luar biasa di bidang pekerjaan masing-masing di sektor publik, swasta, dan masyarakat, para fellow atau penerima beasiswa memiliki kemampuan yang mumpuni dan sumber daya untuk menyelidiki tantangan ini dan bekerja sama untuk membuat perbedaan,” kata Jean.
CEO NYC David Chua mengatakan, ketika dunia terus bangkit dari pandemi Covid-19, banyak tantangan masih terbentang di depan. ”Karena itu, lebih penting dari sebelumnya bagi ASEAN untuk berdiri dalam persatuan dan menjaga masa depan kita, memastikan tidak ada yang tertinggal, dan bagi pemuda untuk terus melangkah maju dan menunjukkan bahwa mereka adalah generasi pemimpin berikutnya,” katanya.
Peserta AYF ini diseleksi secara ketat dari para pemimpin dan pemengaruh muda ASEAN di berbagai sektor. Banyak dari mereka yang secara aktif terlibat dalam komunitas, di luar tanggung jawab profesional mereka. Hingga saat ini ada 110 penerima beasiswa dalam jaringan.
Robinson Sinurat, fellow AYF 2022 dari Indonesia menyambut baik program ini. Para pemuda ASEAN dikumpulkan di Singapura membahas peran aktif pemuda untuk memecahkan berbagai isu di negara ASEAN. Ada beragam isu, seperti orang dengan disabilitas, keberagaman, dialog lintas budaya dan iman, lingkungan, kesehatan mental, start up, pemberdayaan ekonomi, kewirausahaan, hingga tantangan pangan tahun 2050.
”Forum ini membuka kesempatan untuk berkolaborasi antaranegara sehingga berkontribusi untuk membuat perubahan yang berdampak kuat di negara masing-masing, kawasan, dan secara global,” kata Robinson, pendiri Yayasan Mimpi Besar Indonesia yang bergerak di bidang kepemudaan, keberagaman, dan pendidikan.
Selama program, peserta memiliki kesempatan untuk berdialog dengan para pembuat kebijakan dan pemimpin terkemuka, dan berpartisipasi dalam kunjungan institusional yang mendalam dan perjalanan pembelajaran eksklusif ke beberapa fasilitas dan organisasi utama di Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lain. Mereka juga memiliki kesempatan untuk bersosialisasi melalui kegiatan tim dan acara sosial.
Di Singapura, peserta melakukan dialog tingkat menteri tentang ketahanan sosial dengan Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung dan Menteri Kebudayaan, Komunitas, dan Pemuda Alvin Tan. Lalu, di Jabodetabek digelar pula dialog tingkat menteri tentang kepemimpinan pemuda dengan Nadiem Anwar Makarim, Sekretariat ASEAN dan start up teknologi seperti Bukalapak.
Setelah kegiatan ini, para penerima beasiswa berkomitmen untuk menjalin ikatan yang lebih kuat, bekerja sama yang lebih erat di antara fellowship, memperluas dan memperkuat konektivitas di kalangan pemuda ASEAN, meningkatkan kapasitas pemuda, dan berusaha untuk menciptakan dampak sosial yang lebih besar.