Tidur Kurang dari Lima Jam Tingkatkan Risiko Penyakit Kronis
Waktu tidur yang disarankan yaitu 7-8 jam dalam sehari. Tidur kurang dari itu dapat meningkatkan risiko terhadap sejumlah penyakit, mulai dari penyakit jantung, diabetes, hingga depresi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari lima jam per hari berisiko mengalami sejumlah penyakit kronis. Publik disarankan untuk tidur berkualitas setidaknya tujuh jam per hari untuk menjaga kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan para peneliti di University College London (UCL) ini dipublikasi di jurnal PLOS Medicine pada 18 Oktober 2022. Penelitian terhadap lebih dari 7.000 perempuan dan laki-laki berusia 50 tahun, 60 tahun, dan 70 tahun.
Para peneliti mengkaji hubungan antara durasi tidur, mortalitas, dan apa subyek memiliki dua atau lebih penyakit selama 25 tahun terakhir. Penyakit yang dimaksud antara lain kanker, diabetes, dan penyakit jantung.
Hasilnya, orang yang tidur selama lima jam atau kurang cenderung mengalami banyak penyakit atau multimorbiditas. Kurang tidur di usia 50 tahun, 60 tahun, dan 70 tahun meningkatkan risiko terhadap multimorbiditas sebanyak 30-40 persen dibandingkan orang yang tidur hingga tujuh jam per hari.
Penelitian juga menunjukkan, orang berusia 50 tahun yang tidur selama lima jam atau kurang dalam sehari 20 persen lebih berisiko menderita satu penyakit kronis selama 25 tahun dibanding mereka yang tidur cukup. Adapun risiko mengalami multimorbiditas 40 persen lebih tinggi dibandingkan orang yang tidur setidaknya tujuh jam sehari.
Kurang tidur juga meningkatkan risiko kematian. Peneliti menemukan bahwa orang berusia 50 tahun yang tidur selama lima jam atau kurang 25 persen lebih berisiko terhadap kematian selama 25 tahun.
”Ketika orang bertambah tua, kebiasaan dan struktur tidurnya akan berubah. Namun, tidur selama 7-8 jam per malam direkomendasikan karena durasi tidur kurang atau lebih dari ini berkaitan dengan penyakit kronis,” kata penulis utama penelitian ini dari UCL Institute of Epidemiology and Health, Severine Sabia, seperti dikutip dari laman UCL, Senin (24/10/2022).
Ia menambahkan, kurang tidur tidak hanya berdampak ke multimorbiditas, tetapi juga akan memengaruhi kesehatan masyarakat. Multimorbiditas pada akhirnya akan memengaruhi tingginya penggunaan layanan kesehatan, rawat inap, hingga berisiko menyebabkan disabilitas.
Perawat jantung senior di British Heart Foundation, Jo Whitmore, menambahkan, tidur nyenyak dan cukup penting untuk mengistirahatkan tubuh. Tidur tidak berkualitas, katanya, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, serta meningkatkan tekanan darah.
Publik disarankan untuk menumbuhkan kebiasaan tidur secara sehat. Salah satu caranya adalah tidur di jam yang sama setiap malam secara konsisten, bahkan di hari libur atau akhir pekan.
Adapun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko antara lain terhadap diabetes dan depresi. Kurang tidur juga dapat menyebabkan perubahan metabolisme tubuh yang berdampak ke obesitas.
Publik disarankan untuk menumbuhkan kebiasaan tidur secara sehat. Salah satu caranya adalah tidur di jam yang sama setiap malam secara konsisten, bahkan di hari libur atau akhir pekan.
Individu juga disarankan untuk menghindari konsumsi kafein, alkohol, dan makanan berat sebelum tidur. Disarankan pula untuk mematikan perangkat elektronik, seperti televisi dan komputer, di kamar. Pastikan kamar dalam kondisi senyap, gelap, dan memiliki temperatur yang nyaman untuk tidur. Individu juga didorong berolahraga agar saat malam bisa tidur dengan mudah.