Alami Gejala Khas, Masyarakat NTB Diimbau Segera Bawa Anak ke Fasilitas Kesehatan
Hingga saat ini belum ada kejadian ginjal akut progresif atipikal pada anak di Nusa Tenggara Barat. Masyarakat di daerah itu diminta tetap tenang dan waspada.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Hingga saat ini belum muncul kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau atypical progressive acute kidey injury pada anak di Nusa Tenggara Barat. Meski demikian, masyarakat daerah tersebut diminta untuk itu tetap tenang dan waspada. Juga agar segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala khas gangguan ginjal akut tipikal tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Lalu Hamzi Fikri di Mataram, Kamis (20/10/2022), mengatakan, penyebab gagal ginjal akut misterius ini masih dalam proses penelitian dan penelusuran oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan RI.
”Apakah penyebabnya berasal dari cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol atau dapat juga karena faktor risiko lainnya,” kata Fikri.
Menurut Fikri, mempertimbangkan keputusan Kementerian Kesehatan RI dan keterangan BPOM RI, maka Dinas Kesehatan Provinsi NTB mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada.
“Tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, apotek, ataupun toko obat sementara diimbau untuk tidak memberikan obat-obatan dalam bentuk sirop atau drop sampai terdapat hasil investigasi yang dikeluarkan oleh BPOM dan Kemenkes RI,” kata Fikri.
Fikri juga mengimbau, apabila anak sakit, terutama anak usia di bawah enam tahun, agar segera dibawa ke dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Hal itu untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut apabila mengalami gejala khas.
Gejala khas yang dimaksud, seperti penurunan jumlah dan frekuensi buang air kecil atau tidak ada urine selama 12 jam, dengan atau tanpa demam, batuk, pilek, diare, mual, dan muntah.
Kadang kalau demam atau batuk, saya biarkan. Tidak berikan obat, apalagi sirop. Tujuannya, biar dia juga tidak ketergantungan sama obat.
Fikri menambahkan, sesuai dengan pelaporan kasus melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Event Based Surveillance (SKDREBS) atau Surveilans Berbasis Kejadian (SBK), belum ada kejadian yang dilaporkan di NT SKDREBS sendiri dilaporkan fasilitas kesehatan dalam waktu kurang 24 jam apabila ada kasus.
Selain tetap tenang, waspada, dan segera membawa anak ke fasilitas kesehatan, Fikri juga mengimbau masyarakat NTB untuk tidak mengonsumsi obat-obatan sirop secara bebas.
Tanpa obat
Perawatan anak sakit, kata Fikri, juga lebih mengedepankan tata laksana nonfarmakologis atau tanpa obat, misalnya dengan menggunakan kompres air hangat untuk menurunkan demam. Selain itu, selama masa perawatan memastikan kebutuhan cairan anak terus terpenuhi.
”Apabila sangat dibutuhkan, dapat menggunakan obat selain sediaan sirop, seperti tablet, kapsul, dan lainnya. Tetapi, terlebih dulu berkonsultasi kepada dokter, apoteker, atau tenaga kesehatan lain,” kata Fikri.
Fikri juga mengimbau masyarakat menggunakan obat yang terdaftar resmi dengan memperhatikan izin edarnya dan diperoleh dari sumber yang resmi berizin.
”Kami juga mengimbau masyarakat untuk memperhatikan aturan pakai dan membaca secara saksama peringatan dalam kemasan obat saat penggunaan obat. Juga membuang sisa obat cairan yang sudah terbuka atau disimpan dalam jangka waktu lama,” katanya.
Menyikapi munculnya kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak, masyarakat mengaku tetap waspada. Melinda (24), salah satu warga Lombok Tengah, menyatakan terus mengikuti informasi tentang kasus tersebut.
Menurut dia, jika anak laki-lakinya yang baru berusia dua tahun sakit, ia membawanya ke puskesmas. ”Kadang kalau demam atau batuk, saya biarkan. Tidak berikan obat, apalagi sirop. Tujuannya, biar dia juga tidak ketergantungan sama obat. Alhamdulillah tetap sembuh,” kata Melinda.