Setelah 15 tahun, makna museum diperbarui menjadi institusi nirlaba yang inklusif dan terbuka buat umum. Definisi baru itu disepakati oleh Dewan Museum Internasional.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Suasana Ruang ImersifA di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (15/5/2022). Ruang ImersifA adalah wahana pameran yang menggunakan teknologi video mapping atau pemetaan video. Teknologi tersebut digunakan untuk menampilkan berbagai narasi Indonesia, misalnya kondisi alam Indonesia dari masa ke mana, manusia purba, kekayaan budaya, sejarah, dan koleksi museum.
Museum mempunyai definisi baru mulai tahun 2022. Kini museum diartikan sebagai institusi yang terbuka untuk umum, mudah diakses dan inklusif, serta mendorong keberagaman dan keberlanjutan.
Definisi baru ini disetujui oleh Dewan Museum Internasional (ICOM) pada Sidang Umum Luar biasa ICOM di Praha, Ceko, pada Agustus 2022. Keputusan tersebut merupakan hasil diskusi ratusan praktisi museum dari sejumlah negara selama 18 bulan. Sebanyak 92 persen peserta sidang menyepakati definisi baru museum.
Secara lengkap, museum didefinisikan sebagai institusi nirlaba yang bertugas meneliti, mengoleksi, mengonservasi, menginterpretasi, serta memamerkan warisan benda dan tak benda.
Museum juga mesti terbuka untuk publik, mudah diakses dan inklusif, serta mendorong keberagaman dan keberlanjutan. Museum beroperasi dan berkomunikasi secara etis, profesional, dan dengan partisipasi masyarakat menawarkan beragam pengalaman edukasi, kesenangan, refleksi, serta berbagi pengetahuan.
Sebelumnya, museum diartikan sebagai ”institusi nirlaba dan permanen yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, mengonservasi, meneliti, mengomunikasikan, serta memamerkan warisan benda dan tak benda manusia dan lingkungannya untuk tujuan edukasi, studi, dan kesenangan”.
Penetapan definisi baru museum dinilai sebagai langkah maju. Sebab, definisi museum diperbarui terakhir kali pada 2007. Sebelum tahun 2007, mengutip The Washington Post, definisi museum tidak berubah selama 30 tahun.
Pamong Budaya Ahli Utama Permuseuman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Siswanto, menuturkan, museum dapat dikembangkan menjadi ruang publik. Area-area museum dapat dipinjamkan ke masyarakat yang hendak menggelar kegiatan, misalnya lomba menggambar, pameran, atau diskusi. Area digunakan bisa jadi taman museum, ruang serbaguna, atau area lain yang tersedia.
Hal itu bertujuan untuk mendekatkan masyarakat dengan museum. Masyarakat diharapkan melihat museum bukan lagi sebagai tempat yang kaku, melainkan tempat berkumpul yang menyenangkan dan terbuka bagi siapa saja.
”Mungkin ada seniman, budayawan, atau komunitas yang mau berkegiatan, tetapi terbentur masalah ruangan atau biaya sewa ruangan. Silakan manfaatkan museum. Kita ramaikan museum dengan komunitas, kelompok masyarakat, dan institusi. Kegiatan mereka bisa sekaligus mempromosikan museum,” kata Siswanto saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Ia bahkan mendorong masyarakat untuk nongkrong di museum, baik di taman maupun kafe yang tersedia. Tidak masalah jika pengunjung tidak masuk ke ruang pameran. Tidak masalah pula jika pengunjung datang hanya untuk berfoto atau membuat konten media sosial.
Silakan manfaatkan museum. Kita ramaikan museum dengan komunitas, kelompok masyarakat, dan institusi. Kegiatan mereka bisa sekaligus mempromosikan museum.
”Yang penting tertarik dulu ke museum. Lama-lama juga nyaman (ke museum), lalu jadi tahu ada apa saja di museum. Intinya, museum agar menjadi ruang yang terbuka dan inklusif buat semua, tidak eksklusif,” ujar Siswanto yang juga Kepala Museum Nasional periode tahun 2017-2020.
Di sisi lain, publik perlu diberi edukasi tentang etika permuseuman, misalnya saat berfoto bersama arca dilarang untuk menyentuh atau menginjak arca. Lalu, pengunjung tidak boleh berisik agar tidak mengganggu orang lain.
Melihat tren
Untuk menjadi ruang yang menarik publik, museum perlu membaca tren yang berkembang di masyarakat. Tren itu dapat dikembangkan menjadi kegiatan buat pengunjung atau konten publikasi.
Sebagai contoh, anak muda saat ini kerap mengunggah konten bertema inspirasi kencan (baik dengan pasangan maupun teman dekat) di media sosial. Mereka umumnya mencari kegiatan kreatif yang menyenangkan dan tidak biasa, seperti belajar membuat gerabah dari tanah liat. Lokakarya membuat gerabah tersedia di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta setiap hari, kecuali Senin.
”Museum mesti peka terhadap tren, apa yang disukai anak muda, lalu bikin kegiatan berdasarkan itu. Sahabat Museum di media sosial dapat berperan untuk memfilter (tren dan percakapan publik). Hasilnya bisa jadi masukan bagi pengelola museum,” kata Siswanto.
Menurut Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Yiyok T Herlambang, museum wajib berbenah agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Selain berinovasi, museum mesti beradaptasi dan berkolaborasi dengan pihak lain, seperti institusi pendidikan, pemerintah, swasta, dan komunitas. Kolaborasi itu memunculkan ide-ide baru untuk pengembangan museum.
Di sisi lain, pengelola museum seperti edukator, kurator, staf, hingga kepala museum juga mesti disiapkan agar pengembangan museum optimal. ”Tantangan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi ada di pimpinan. Dia yang menjadi nakhoda di museum,” kata Yiyok.
Sementara itu, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMK DKI Jakarta Nurrahmah Mazria mengutarakan, modernisasi museum diperlukan. Hal itu bertujuan agar museum tidak terkesan membosankan.
Teknologi dapat digunakan, misalnya, untuk membuat wahana video mapping atau gim. Hal ini diterapkan di Museum Batik Indonesia, Jakarta. Pada salah satu dinding museum ada peta persebaran batik di Indonesia. Jika pengunjung menyentuh salah satu titik di peta, dinding akan memantulkan motif batik dan informasi terkait batik di daerah atau titik tersebut.
”Harapannya museum tidak sekadar menampilkan benda yang diletakkan dengan tulisan kecil. Sekarang ada teknologi, misalnya untuk membuat gambar tiga dimensi atau audio,” katanya. ”Anak sekarang lebih suka jika (informasi) divisualisasikan,” tambahnya.