49 Tim Beradu dalam Kompetisi Kendaraan Hemat Energi
Sebanyak 49 tim dari 9 negara beradu dalam kompetisi kendaraan hemat energi Shell Eco-marathon di Pertamina Mandalika International Street Circuit. Indonesia menjadi negara dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 33 tim.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
LOMBOK TENGAH, KOMPAS — Shell Eco-marathon yang merupakan kompetisi kendaraan hemat energi tingkat pelajar dan mahasiswa untuk pertama kalinya digelar di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 49 tim dari sembilan negara, termasuk Indonesia, beradu dalam kompetisi ini untuk menghasilkan kendaraan dengan efisiensi energi tertinggi.
Kompetisi Shell Eco-marathon Indonesia 2022 secara resmi dibuka langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Gubernur NTB Zulkieflimansyah di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Kamis (13/10/2022).
Basuki menyampaikan, kompetisi Shell Eco-marathon berperan penting dalam memajukan inovasi teknologi sebagai solusi kebutuhan kendaraan hemat energi, wadah konektivitas antara generasi muda, akademisi, industri, dan pemerintah. Di sisi lain, kompetisi ini juga menantang mahasiswa untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rancang bangun teknologi otomotif.
Keterlibatan mahasiswa dalam kompetisi ini akan mempercepat pengembangan kendaraan masa depan yang hemat energi.
”Jangan pernah berhenti belajar dan melakukan eksplorasi teknologi agar tetap terkini karena teknologi sangat cepat berubah. Kolaborasi dengan Shell sangat bermanfaat bagi generasi muda kita mengeksplorasi solusi hemat energi di sektor otomotif,” ujarnya.
Sebanyak 49 tim pelajar dan mahasiswa dari sembilan negara di Asia berpartisipasi dalam kompetisi ini, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Korea Selatan, India, Kazakhstan, dan Nepal. Indonesia menjadi negara dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 33 tim, dibandingkan dengan negara lain yang rata-rata hanya mengirimkan 1-3 tim.
Sejumlah perguruan tinggi Indonesia yang berpartisipasi dalam Shell Eco-marathon, antara lain, adalah BINUS ASO School of Engineering, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Sumatera Utara.
Tim-tim tersebut akan bertanding dalam dua kategori kelas kendaraan, yakni prototype dan urban concept. Kategori prototype berfokus pada jenis kendaraan yang potensial untuk mendorong batas dalam efisiensi energi. Sementara kategori urban concept berfokus pada perancangan desain mobil hemat energi untuk mobilisasi perkotaan.
Setiap tim dapat merancang mobil prototype dan urban concept dalam tiga kelas energi, yakni mesin pembakaran dalam (internal combustion engine), baterai listrik, dan sel bahan bakar hidrogen. Setiap tim harus lolos dari 12 inspeksi atau pemeriksaan teknis untuk dapat bertanding dalam tahap kompetisi.
Rancangan kendaraan setiap tim juga harus menyelesaikan sejumlah putaran di lintasan sirkuit dalam waktu tertentu. Setelah itu, juri akan mengurutkan berdasarkan kategori kendaraan dan kelas energi untuk mengetahui tim yang berhasil mencapai efisiensi bahan bakar terbaik.
Vice President Asia Pacific Corporate Relations Shell Sean Winnett mengatakan, Shell Eco-marathon mengumpulkan talenta masa depan Asia dengan sejumlah pihak untuk mengeksplorasi dan bertukar ide tentang masa depan solusi transportasi. Melalui kompetisi ini, diharapkan dapat memicu ide dan solusi yang dapat membantu membangun sistem energi rendah karbon di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
”Shell Eco-marathon adalah demonstrasi strategi powering progress kami untuk menjadi bisnis energi bersih atau nol emisi pada 2050. Shell berkomitmen menjadi mitra aktif untuk mencari solusi dalam perjalanan transisi energi menuju emisi nol di seluruh Asia Pasifik, termasuk Indonesia,” katanya.
Tidak sekadar kompetisi
Global General Manager Shell Eco-marathon Norman Koch mengatakan, Shell Eco-marathon tidak hanya mengedepankan kompetisi untuk mencari pemenang di setiap kategori. Akan tetapi, Shell Eco-marathon merupakan sebuah bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan.
Selain itu, Shell Eco-marathon juga dapat menjadi ajang bagi para peserta untuk mengembangkan berbagai teknologi dan komponen kendaraan listrik lainnya, termasuk baterai. Nantinya para mahasiswa ini juga dapat berkarier menjadi seorang ilmuwan yang bisa mengembangkan kembali teknologi mereka saat menjadi peserta Shell Eco-marathon.
”Mungkin di negara-negara seperti Amerika, mereka punya banyak peluang untuk mengembangkan teknologi ini. Oleh karena itu, kami memberikan platform kepada mahasiswa agar tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga langsung mempraktikkannya dan menyediakan kebutuhan mereka,” ujarnya.
Pengajar di Departemen Teknik Mesin Universitas Teknologi Sumbawa, Ahmad Jaya, menambahkan, dengan keterlibatan mahasiswa dalam kompetisi ini akan mempercepat pengembangan kendaraan masa depan yang hemat energi. Namun, ia menyayangkan publikasi ini kurang terdengar di beberapa perguruan tinggi di tingkat daerah di Indonesia.
Ahmad berharap, ke depan pihak-pihak lainnya juga dapat mengadakan acara serupa dan publikasi kompetisi ini bisa lebih diperluas. Langkah ini akan membuat para inovator muda di daerah bisa turut berpartisipasi serta mengembangkan inovasi kendaraan hemat energi.