Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan tiga museum bertepatan dengan Hari Museum Indonesia. Museum-museum itu menampilkan informasi soal batik dan manusia purba.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan tiga museum, yakni Museum Batik Indonesia di Jakarta; Museum Semedo di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah; serta Museum Song Terus di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Museum itu diharapkan jadi sumber pengetahuan soal sejarah dan budaya Indonesia.
”Museum sejatinya adalah sumber ilmu pengetahuan. Dengan adanya museum-museum di Jakarta, Tegal, dan Pacitan, kami harap anak-anak di wilayah tersebut dan yang berdekatan dengan wilayah itu bisa menjadikan museum sebagai sumber belajar,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid di Jakarta, Rabu (12/10/2022). Peluncuran museum ini bertepatan dengan Hari Museum Indonesia.
Museum Batik Indonesia, Semedo, dan Song Terus akan dikelola Badan Layanan Umum (BLU) Museum dan Cagar Budaya.
Museum Batik Indonesia, Semedo, dan Song Terus merupakan 3 dari 11 museum yang dibangun pada periode 2010-2022 oleh Kemendikbudristek. Pembangunan ini bagian dari program revitalisasi museum. Selain pembangunan, dilakukan pula penataan ulang museum-museum yang sudah ada.
Sejumlah museum yang dibangun antara lain Museum Natuna, Museum Maritim, dan Museum Samudera Pasai. Pengelolaan sebagian besar museum tersebut diserahkan ke pemerintah daerah. Adapun Museum Batik Indonesia, Semedo, dan Song Terus akan dikelola Badan Layanan Umum (BLU) Museum dan Cagar Budaya di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek.
Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti mengatakan, Museum Batik Indonesia dibangun untuk melestarikan batik. Museum juga merespons pencatatan batik sebagai warisan dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Adapun batik tercatat di Daftar Representatif sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Tak Benda pada 2 Oktober 2009.
”Museum ini dibangun sejak 2014 di atas lahan seluas 4.980 meter persegi di Taman Mini Indonesia Indah atau TMII,” kata Irini.
Museum Batik Indonesia menyajikan informasi, antara lain, tentang sejarah, proses membatik, jenis batik, hingga arca dengan unsur batik. Ada pula gim dan wahana pameran dengan fitur layar sentuh. Museum ini juga mengoleksi lebih dari 700 kain batik pemberian dari Yayasan Batik Indonesia.
Manusia purba
Sementara itu, Museum Semedo dan Song Terus berisi pengetahuan soal manusia purba. Museum Song Terus di Kabupaten Pacitan menampilkan fosil manusia prasejarah, flora dan fauna, serta sejumlah alat batu. Sebagian besar temuan arkeologi itu berasal dari dalam goa-goa hunian prasejarah, Gunung Sewu.
Temuan tersebut diperkirakan berusia 350.000 hingga 5.000 tahun lalu atau dari masa Pleistosen Tengah hingga Holosen. Temuan itu pun menjadi peninggalan budaya prasejarah yang penting.
Adapun Museum Semedo menampilkan penemuan sisa manusia purba Homo erectus, fosil flora dan fauna, serta berbagai artefak batu dan tulang. Temuan dari Kawasan Cagar Budaya Semedo ini merupakan jejak kehidupan di masa Pleistosen.
”Museum Semedo jadi representasi kehidupan manusia purba di sini. Ini bermula dari temuan alat batu seperti kapak pada 2007. Pada 2011, ini (kehidupan manusia purba) dibuktikan dengan temuan fosil kepingan tengkorak Homo erectus yang usianya diperkirakan 700.000 tahun,” kata Bupati Tegal Umi Azizah secara daring.
Museum ini diharapkan menjadi wadah penelitian, publikasi penelitian, serta menjadi bagian pelestarian peninggalan budaya prasejarah. Umi juga berharap agar Museum Semedo menjadi destinasi wisata edukasi unggulan di daerahnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih mengatakan, museum agar menjadi tempat untuk pendidikan dan wisata. Untuk itu, ada tiga hal yang perlu dipenuhi pihak museum, yaitu amenitas, aksesibilitas, dan atraksi.
”Untuk amenitas, masyarakat perlu disiapkan agar paham apa itu Museum Semedo dan mengapa ini penting,” katanya dari Museum Semedo secara daring. ”Untuk aksesibilitas, misalnya, jalan menuju sini dari bandara agar diperhatikan. Ini perlu kerja sama lintas pihak atau kementerian. Sementara untuk atraksi, sering-seringlah membuat acara untuk menarik minat publik, misalnya ekspresi budaya masyarakat,” ujarnya.