Transplantasi Organ Hewan pada Manusia Masih Menimbulkan Polemik
Transplantasi organ hewan pada manusia akan menyelamatkan banyak nyawa. Meskipun begitu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam implementasinya di Indonesia.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transplantasi organ binatang pada manusia atau xenotransplantasi memiliki berbagai manfaat mulai dari menyelamatkan nyawa hingga mengurangi perdagangan organ. Namun, transplantasi ini masih sulit dilakukan di Indonesia karena belum ada regulasi yang jelas dan masih ada polemik terkait etika pemakaiannya.
Guru Besar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Herkutanto pada Sabtu (8/10/2022), di Jakarta, menjelaskan, ada beberapa argumen pendukung implementasi xenotransplantasi di Indonesia. Salah satunya adalah menyelamatkan hidup jutaan manusia karena keterbatasan persediaan organ. Di sisi lain xenotransplantasi mengurangi jual beli organ antarmanusia dan berpotensi membuka berbagai macam riset yang lebih baik.
Diskusi publik bertema ”Dilema Etik Transplantasi Organ pada Manusia” yang diselenggarakan secara daring oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FKUI ini juga dihadiri oleh Ketua Komite Transplantasi Nasional Budi Sampurna. Menurut Budi, xenotransplantasi ini memungkinkan dilakukan saat keadaan darurat, artinya jika tidak dilakukan orang bisa mati.
”Xenotransplantasi dilakukan dengan pencangkokan sel, jaringan, atau organ binatang kepada manusia dengan serangkaian tindakan medis. Sebelum melakukan xenotransplantasi, perlu diperhatikan kemungkinan penolakan imun penerima, infeksi, dampak dari perubahan gen, dan potensi penularan penyakit dari hewan ke manusia (zoonosis),” tutur Budi.
Ketua Tim Transplantasi Jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Dudy Arman Hanafy memaparkan, binatang yang dapat ditransplantasi pada manusia, antara lain, babon, simpanse, dan babi. Babi banyak dipilih karena perkembangbiakannya untuk xenotransplantasi pada manusia lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu lama seperti babon dan simpanse.
Infografik Transplantasi Jantung Babi ke Manusia Hans/AFP
”Risiko infeksi akibat xenotransplantasi babi bisa dikarantina, bahkan sejak kecil bisa kita karantina secara khusus,” kata Dudy.
Secara regulasi, transplantasi organ hewan pada manusia diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 66. Pasal ini berbunyi bahwa transplantasi sel dari hewan dan manusia hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanannya.
Budi menambahkan, setidaknya terdapat tiga etika yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi xenotransplantasi. Etika kedokteran yang terkait meliputi perhatian terhadap hak binatang, konsensus, pengalokasian sumber daya, dan distribusi keadilan yang merata.
Dari segi agama, Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 13 Tahun 2019 menyebutkan bahwa transplantasi organ babi ke manusia hukumnya haram kecuali dalam keadaan darurat atau setingkatnya. Selain itu, pandangan etik terhadap perubahan gen hanya boleh digunakan ketika mengetahui dampak dari perubahannya.
Xenotransplantasi dilakukan dengan pencangkokan sel, jaringan, atau organ binatang kepada manusia dengan serangkaian tindakan medis. Sebelum melakukan xenotransplantasi perlu diperhatikan kemungkinan penolakan imun penerima, infeksi, dampak dari perubahan gen, dan potensi penularan penyakit dari hewan ke manusia (zoonosis).
”Penerimaan dan penolakan ini dipengaruhi oleh perkembangan sainsnya. Kalau kita belum paham betul, sulit bagi kita menerima. Ketika kita mengatakan organ yang berasal dari hewan tidak etis untuk manusia, itu karena kita tidak tahu dampaknya. Maka dari itu, kita harus mendorong penelitian-penelitian yang lebih berani,” tutur Budi.
Saat ini, Dudy menilai, xenotransplantasi sudah dilakukan pada operasi katup jantung yang didapat dari mengimpor katup jantung babi. Inovasi ini merupakan gabungan dari sejumlah negara dan sangat mungkin dilakukan di Indonesia. ”Bisa dilakukan dahulu melalui transplantasi-transplantasi yang lebih sering dilakukan, seperti pada ginjal,” sebutnya.
Terkait masalah finansial, Dudy menambahkan hal ini perlu dipertimbangkan sebelum mengimplementasikan transplantasi di Indonesia. Mengingat harga awal xenotransplantasi bisa mencapai miliaran rupiah untuk satu paket organ dan infrastruktur medisnya. Karena itu, perlu diperkirakan dari mana sumber pendanaannya untuk proses medis yang cukup mahal ini.
Xenotransplantasi ginjal pernah dilakukan tim dokter dari University of Alabama at Birmingham (UAB), Amerika Serikat. Selain itu, xenotransplantasi jantung babi juga pernah dilakukan di University of Mayland Medical Center Amerika Serikat pada Oktober 2021 (Kompas, 22/1/2022) meskipun pada akhirnya pasien cangkok jantung ini meninggal karena virus.