Xenotransplantasi Berhasil Lagi, Manusia Terima Donor Ginjal Babi
Transplantasi organ hewan ke manusia kembali berhasil dilakukan. Kali ini, manusia menerima donor ginjal babi yang telah dimodifikasi secara genetik.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Setelah beberapa waktu lalu tim dokter dari University of Maryland School of Medicine untuk pertama kali berhasil mentransplantasikan jantung babi ke manusia, kini tim dari University of Alabama at Birmingham kembali sukses melakukan xenotransplantasi. Mereka melakukan transplantasi ginjal babi yang telah dimodifikasi secara genetik ke manusia.
Awal tahun 2022 telah menjadi sebuah momen bersejarah bagi dunia medis bidang xenotransplantasi atau transplantasi organ hewan ke manusia. Pada bulan Januari ini, terdapat dua penelitian xenotransplantasi yang tercatat sukses dan dipublikasikan.
Terbaru, tim dokter dari University of Alabama at Birmingham (UAB), Amerika Serikat, memublikasikan penelitian yang menguraikan keberhasilan transplantasi ginjal babi ke Jim Parsons (57), pasien yang tengah mengalami gagal ginjal. Studi ini telah diterbitkan di American Journal of Transplantation,20 Januari 2022.
Keberhasilan transplantasi ginjal babi ini juga menjadi solusi terbaik untuk mengatasi kekurangan organ.
”Kami telah melakukan investasi yang signifikan dalam xenotransplantasi selama hampir satu dekade bersama mitra. Hasil penelitian ini merupakan pencapaian luar biasa bagi kemanusiaan. Dengan penelitian ini, tim peneliti kami juga telah menunjukkan terdapat potensi yang signifikan untuk mendorong bidang xenotransplantasi ke depan,” kata Dekan Fakultas Kedokteran UAB Selwyn Vickers, dikutip dari situs resmi UAB, Sabtu (22/1/2022).
Keberhasilan xenotransplantasi ini membuat pasien memiliki dua ginjal babi di dalam perutnya setelah ginjal asli dikeluarkan. Organ diperoleh dari babi yang dimodifikasi secara genetik di fasilitas bebas patogen dengan 10 suntingan gen kunci. Modifikasi ini memungkinkan ginjal babi tersebut cocok ditransplantasikan ke manusia.
Tujuan dari modifikasi genetik ini adalah agar ginjal babi yang ditransplantasikan dapat menyaring darah, menghasilkan urine, dan yang penting ialah tidak langsung ditolak oleh sistem kekebalan tubuh manusia tersebut. Selain itu, modifikasi juga memungkinkan ginjal tetap hidup sampai proses operasi berakhir atau 77 jam setelah transplantasi.
Ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik telah diuji secara ekstensif pada primata nonmanusia. Evaluasi ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik dalam penelitian model praklinis manusia dapat memberikan informasi penting tentang potensi keamanan dan kemanjuran saat uji klinis ataupun ketika proses transplantasi dilakukan.
Sebelum operasi, penerima donor menjalani uji kompatibilitas silang untuk menentukan kecocokan jaringan yang baik dengan ginjal babi yang telah dimodifikasi secara genetik tersebut. Uji kecocokan silang (crossmatch) dilakukan untuk setiap transplantasi ginjal dari manusia ke manusia. Namun, uji kecocokan jaringan babi ke manusia baru dikembangkan oleh UAB dan telah divalidasi antara kedua spesies.
Ginjal babi kemudian ditempatkan di lokasi anatomi yang tepat sesuai dengan posisi dan sistem ginjal manusia. Ginjal babi tersebut dilekatkan di arteri, vena, dan ureter yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
Membantu ribuan orang
Modifikasi gen pada babi untuk mengurangi penolakan kekebalan telah memungkinkan transplantasi organ dari babi ke manusia. Pada akhirnya hal ini dapat membantu ribuan orang yang menghadapi kegagalan organ, penyakit, atau cedera. Umur alami babi juga relatif panjang, yakni 30 tahun, dan mudah dikembangbiakkan serta memiliki kesamaan fisiologis organ dengan manusia.
Direktur Institut Transplantasi Komprehensif di Departemen Bedah UAB Jayme Locke sekaligus ahli bedah utama dalam penelitian ini mengatakan, keberhasilan xenotransplantasi ini merupakan sejarah dalam dunia kedokteran. Keberhasilan transplantasi ginjal babi ini juga menjadi solusi terbaik untuk mengatasi kekurangan organ.
”Kami telah menjembatani kesenjangan pengetahuan dan memperoleh data keamanan serta kelayakan yang diperlukan untuk memulai uji klinis pada manusia hidup dengan penyakit gagal ginjal stadium akhir. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan xenotransplantasi pada manusia,” ucapnya.
Menurut Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal AS, jumlah kematian akibat penyakit ginjal di AS setiap tahun lebih banyak dibandingkan kanker payudara atau prostat. Namun, kekurangan donor organ membuat transplantasi ginjal hanya bisa dilakukan kurang dari 25.000 orang setiap tahun.
Selain itu, tercatat setiap tahun hampir 5.000 orang meninggal karena menunggu transplantasi ginjal. Banyaknya kematian ini dapat dicegah jika terdapat banyak pasokan ginjal untuk transplantasi. Oleh karena itu, xenotransplantasi menjadi jalan untuk menyelamatkan ribuan nyawa tersebut.
Transplantasi jantung
Dua minggu sebelum UAB memublikasikan hasil riset ini, tim dokter dari University of Maryland School of Medicine untuk pertama kali berhasil mentransplantasikan jantung babi ke manusia. Mereka melakukan transplantasi jantung babi untuk menyelamatkan nyawa David Bennet (57), pasien penyakit jantung yang sekarat. Tindakan ini dilakukan karena kondisi Bennet tidak memenuhi syarat untuk melakukan transplantasi jantung konvensional.
Sebelum menerima transplantasi, Bennett telah diberi tahu tentang risiko operasi tersebut yang masih eksperimental. Artinya, operasi bisa berhasil dan membawa kesembuhan bagi Bennet atau justru menyebabkan kematian. Bennet menyetujui segala risiko operasi ini karena saat itu kondisinya kritis.
Tim dokter pun akhirnya berhasil melakukan transplantasi jantung babi ke manusia pertama di dunia setelah melewati operasi selama beberapa jam. Tubuh David Bennet dapat menerima organ asing dengan baik setelah tiga hari pascaoperasi. Sampai kini, tim dokter terus memantau perkembangan medis tersebut (Kompas, 11/1/2022).