Telemedik kian diminati oleh masyarakat Indonesia. Meskipun begitu, potensi layanan ini perlu dikembangkan.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan pengobatan jarak jauh atau telemedik masif digunakan masyarakat Indonesia saat pandemi Covid-19. Pada tahun 2022 layanan ini lebih banyak diakses oleh pasien non-Covid-19 ketimbang konsultasi khusus untuk penderita Covid-19. Meskipun begitu, diperlukan sejumlah upaya untuk mengembangkan potensi ini agar dapat optimal dalam memenuhi kebutuhan layanan kesehatan masyarakat Indonesia.
Staf Ahli Menteri Kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan Setiaji pada Selasa (4/10/2022) menyebutkan, Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk mengembangkan layanan telemedik. Berdasarkan data Asosiasi Telemedicine Indonesia (ATENSI) per semester I-2022, konsultasi telemedik non-Covid-19 di Indonesia mencapai 10.052.955 kali. Data ini jauh lebih besar daripada penggunaan layanan telemedik untuk kasus Covid-19, yaitu 453.540 kali pada kurun waktu yang sama.
Namun, angka penggunaan ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan jumlah pengakses langsung layanan fasilitas kesehatan (faskes). ”Penggunaan ini hanya 7 persen jika dibandingkan dengan data semua kunjungan ke faskes tingkat pertama pada tahun 2021 lalu, yaitu 144,1 juta kali,” ujarnya.
Ketua ATENSI Purnawan Junadi menjelaskan, telemedik merupakan layanan yang terbilang baru di Indonesia. Dengan adanya pandemi, penetrasi telemedik semakin masif mengingat adanya kebutuhan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan dari jarak jauh yang aman. Pengembangan telemedik diharapkan mampu menjembatani masyarakat terhadap akses layanan kesehatan yang cepat dan mudah.
”Pemerintah berupaya melakukan pengembangan telemedik di Indonesia dengan standardisasi data, keamanan teknologi, hingga perlindungan data pribadi,” kata Setiaji.
Percepatan layanan telemedik di Indonesia turut disokong dengan munculnya perusahaan rintisan (start up) di bidang teknologi kesehatan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2021 terdapat lebih dari 170 perusahaan rintisan di bidang teknologi kesehatan yang tergabung dalam Asosiasi HealthTech Indonesia.
Penyedia layanan telemedik Halodoc mencatat, per Maret 2021 terdapat 18 juta pengguna aktif yang terdaftar di Halodoc (Kompas, 7/3/2021). Vice President Government Relations and Corporate Affairs Halodoc Adeline Hindarto mengemukakan, tingginya tren ini tidak dapat dilepaskan dari meningkatnya interaksi virtual saat pandemi, dibarengi dukungan dan fokus pemerintah dalam percepatan transformasi digital di Indonesia.
Tidak hanya perusahaan rintisan, rumah sakit juga mengembangkan layanan telemedik selama pandemi. Pelaksana Tugas Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta Barat Isman Firdaus menjelaskan, perbandingan pengguna telemedik di RS Harapan Kita ialah 250:10.000 pasien layanan langsung. Meskipun angka ini tergolong kecil, ia melihat ada kans untuk pengembangan telemedik di Indonesia.
”Masyarakat mulai mengerti mengenai layanan telemedik, tinggal bagaimana kita mengemas dan berinovasi agar layanan ini dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pasien,” ujarnya.
Pengguna Halodoc, Chelsea Andriani (22), mengakui, ia telah menggunakan layanan ini sejak sebelum pandemi. Saat pandemi, ia semakin sering menggunakannya karena dirasa mudah dan aman dalam mengaksesnya daripada datang langsung ke faskes.
”Sejauh ini, aku konsultasi di telemedik mengenai penyakit ringan dengan gejala umum,” ucapnya.
Melansir Kementerian Kesehatan RI (2022), pengobatan jarak jauh dapat digunakan untuk beberapa penyakit umum dan perawatan primer. Hal ini, antara lain, alergi, asma, bronkitis, infeksi saluran pernapasan, peradangan kulit, sakit tenggorokan, dan selulitis.
Siti Hasanah (39), pengantar pasien kardiomiopati RS Harapan Kita, mengaku tidak pernah menggunakan layanan telemedik. Hal ini karena penyakit yang diderita suaminya ini membutuhkan penanganan langsung dan rutin setiap bulan. Selain itu, ia tidak mengetahui mengenai adanya layanan telemedik untuk konsultasi secara daring.