Masa Depan Layanan Kesehatan Digital Sangat Cerah
Perkembangan bisnis telemedik di Asia, termasuk Indonesia, menunjukkan kenaikan, terutama karena pandemi Covid-19 yang tengah terjadi.
Saat pandemi Covid-19 merebak, kebutuhan dokter dan tenaga medis lainnya melonjak. Apalagi sekarang ini ketika setiap hari kasus positif Covid-19 sangat tinggi, kebutuhan dokter juga sangat tinggi. Orang ingin mendapatkan penanganan dokter sesegera mungkin.
Untuk menangani masalah ini, maka pemerintah menggandeng pemilik platform kesehatan. Mereka diharapkan dapat membantu masyarakat terkait masalah kesehatan.
Selasa (6/7/2021), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menguji coba layanan medis jarak jauh atau layanan telemedik gratis untuk pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri. Layanan ini menyediakan konsultasi dan juga pengiriman obat. Mereka yang disarankan menggunakan layanan ini adalah pasien dengan gejala ringan dan tanpa gejala. Ada beberapa ciri yang disarankan untuk menggunakan layanan jarak jauh ini.
Layanan kesehatan jarak jauh berkembang ketika teknologi digital (telehealth) makin masif. Layanan-layanan kesehatan bisa dilakukan tanpa perlu bertemu dengan dokter.
Bahkan, pemikiran ekstrem yang berkembang, pada saatnya mungkin suatu saat tidak lagi dibutuhkan dokter karena teknologi digital bisa langsung mengidentifikasi penyakit dan memberikan saran ketika pasien memberikan informasi keluhan dan indikasi lainnya. Kelak tindakan juga bisa dilakukan oleh robot.
Perkembangan layanan kesehatan jarak jauh ini memang sangat menjanjikan secara bisnis. Tahun lalu, nilai bisnisnya sekitar 26,4 miliar dollar AS dan diprediksi pada 2026 menjadi 70,19 miliar dollar AS. Kuncinya adalah dukungan teknologi komunikasi yang membaik untuk menjangkau pasien sehingga setidaknya untuk berkonsultasi dengan tenaga medis tidak terganggu. Infrastruktur yang makin memadai akan membuat layanan ini cepat berkembang.
Perkembangan bisnis telemedik di Asia juga menunjukkan kenaikan, terutama karena pandemi yang tengah terjadi. Di Filipina, layanan kesehatan jarak jauh yang dilakukan oleh salah satu penyedia platform, Medgate, naik sebesar 117 persen dengan tingkat keberhasilan sebesar 80 persen. Pengguna DoctorAnyWhere di Singapura naik sebesar 156 persen.
Di Indonesia, Halodoc dikabarkan mengalami kenaikan layanan sepuluh kali lipat dan Good Doctor menyebutkan naik tujuh kali lipat. Konsultasi kesehatan jiwa juga mengalami kenaikan.
Baca juga: Konsultasi Daring dan Pengiriman Obat Gratis bagi Pasien Isolasi Mandiri
Untuk mengetahui layanan ini, publik perlu memahami istilah-istilah yang penting. Ada beberapa istilah di dalam penggunaan teknologi digital bagi kepentingan kesehatan tetapi dua yang menonjol di Indonesia adalah telekonsultasi dan telemedik.
Telekonsultasi sudah berkembang pesat, tetapi telemedik mungkin belum terlalu pesat. Teknologi 5G yang sudah mulai diluncurkan sangat mungkin akan mempercepat kehadiran telemedik yang makin kompleks.
Telekonsultasi adalah layanan kesehatan yang memungkinkan pasien berkonsultasi dengan dokter dan kemudian dokter memberikan saran dan obat kepada pasien. Telemedik lebih dari telekonsultasi. Di dalam telemedik terdapat pelayanan medis secara jarak jauh oleh kalangan profesional di dunia kesehatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pelayanan telemedik ini mencakup pertukaran informasi diagnosis, penelitian, evaluasi, pencegahan penyakit, pengobatan, serta pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan demi meningkatkan kesehatan masyarakat. Di dalam telemedik ini, di Indonesia secara aturan dimungkinkan untuk layanan radiologi, elektrokardiografi, dan ultrasonografi. Layanan lain terbuka terkait dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, seperti layanan dermatologi dan psikiatris.
Untuk membayangkan kelak layanan telemedik, mungkin kita bisa melihat video yang beredar di beberapa kanal tentang pembuatan tato di Belanda beberapa waktu lalu dengan menggunakan robot. Karena pandemi, orang yang akan ditato dan seniman tato tidak bisa bertemu.
Sebuah komputer dioperasikan oleh si seniman kemudian sebuah robot beroperasi di dekat orang yang akan ditato. Teknologi pengiriman data dan informasi sudah menggunakan 5G. Meski demikian, agar orang yang akan ditato merasa nyaman, akhirnya mereka menggunakan panggilan video sehingga mereka bisa berbincang.
Dari berbagai laporan, bisnis layanan kesehatan jarak jauh ini akan berkembang sekalipun pandemi selesai. Berdasarkan kajian dari sebuah lembaga, prospek bisnis layanan ini karena pengalaman konsumen yang merasa dimudahkan saat menggunakan platform dan juga harga yang terjangkau.
Baca juga: Covid-19 dan Momentum Pengembangan Layanan Telemedik
Rata-rata biaya bisa dipotong 40 persen. Pengalaman para pemakai umumnya positif karena mereka merasa tidak perlu mengantre di klinik dokter atau rumah sakit yang kadang memusingkan mereka.
Perkembangan ini membangkitkan optimisme di kalangan pemilik platform dan juga investor. Kenaikan pengguna yang sangat signifikan diperkirakan akan meningkatkan bisnis dan layanan kesehatan jarak jauh. Oleh karena itu, sangat mungkin tidak lama lagi di Indonesia akan muncul usaha rintisan layanan kesehatan digital itu dengan nilai aset lebih dari 1 miliar dollar AS atau biasa disebut unicorn.
Namun, perkembangan ini juga mengharuskan para pengelola platform lebih berhati-hati. Keinginan untuk sekadar cepat membesar bisa memunculkan kerakusan dalam berbisnis. Bila sifat tamak ini muncul, bisa menimbulkan masalah besar karena etika kemudian dilewati begitu saja.
Dengan teknologi digital ataupun tidak, layanan kesehatan selalu menjunjung etika yang sangat tinggi. Komunikasi kesehatan harus menghargai dan menjaga privasi dan kerahasiaan medis. Persoalan etika perlu mendapat perhatian lebih dalam layanan kesehatan digital.
Lepas dari berbagai kemudahan di dalam layanan kesehatan jarak jauh ini, kepercayaan akan menjadi kunci keberhasilan bisnis para pengelola platform. Informasi personal dan ditambah dengan informasi medis harus bisa dijaga. Ancaman siber yang makin meningkat benar-benar harus diantisipasi oleh mereka.
Sekali kecolongan dan data tersebar ke mana-mana, maka akan memunculkan ketidakyakinan masyarakat terhadap layanan kesehatan jarak jauh. Mereka tidak bisa menyepelekan ancaman ini.