Perkembangan Kota Berdampak Buruk pada Keanekaragaman Burung
Studi terbaru menunjukkan, perkembangan kota berdampak negatif terhadap keanekaragaman burung di satu wilayah. Tercatat ada lebih sedikit spesies burung di hutan kota dibandingkan dengan di hutan di pedesaan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
LUND, SENIN — Perkembangan kota memiliki dampak negatifterhadap keanekaragaman burung di suatu wilayah. Tercatat ada lebih sedikit spesies burung di hutan kota dibandingkan dengan di hutan di wilayah pedesaan.
Hal tersebut terungkap dalam hasil studi terbaru yang dipimpin peneliti dari Lund University, Swedia, dengan judul ”Urbanization Causes Biotic Homogenization of Woodland Bird Communities at Multiple Spatial Scales”. Laporan lengkap studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal Global Change Biology, 3 Agustus 2022.
Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis 459 hutan alam yang berada di dekat 32 kota di Swedia bagian selatan. Mereka menghitung keberadaan spesies burung yang berbeda.
Hasil analisis menunjukkan, spesies burung di hutan alam yang terletak di pusat kota rata-rata berjumlah seperempat lebih sedikit dibandingkan dengan di hutan di luar wilayahperkotaan. Di sisi lain, jumlah spesies burung yang terancam punah tercatat lebih banyak berada di hutan kota dibandingkan di hutan pedesaan.
William Sidemo Holm, salah satu penulis utama studi tersebut, menyatakan, hasil studi ini memperdalam pengetahuan masyarakat tentang dampak perkembangan kota terhadap keanekaragaman hayati. Selama ini, urbanisasi juga telah diketahui sebagai salah satu penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati di seluruh dunia.
”Hal yang belum banyak diketahui orang ialah terkait dengan bagaimana perkembangan kota memengaruhi kawasan alam di sekitarnya. Studi kami menunjukkan, terdapat efek negatif perkembangan kota terhadap alam yang mengelilinginya,” ujarnya dikutip dari situs resmi Lund University, Senin (3/10/2022).
Studi ini merupakan salah satu kajian pertama yang membandingkan keragaman habitat di sepanjang gradien perkotaan. Oleh karena itu, studi ini mengambil fokus lokasi penelitian yang hampir serupa, yakni pada taman atau hutan kota dengan hutan wilayah pedesaan.
Menurut William, membandingkan keragaman ini akan membuat hasil studi tersebut tidak didorong oleh perubahan habitat sebenarnya. Sebaliknya, hasil studi akan diketahui bahwa keanekaragaman burung disebabkan oleh kondisi lingkungan sekitar yang berbeda.
Para peneliti meyakini bahwa lingkungan perkotaan berdampak buruk bagi keanekaragaman burung berkaitan dengan akses makanan. Sebab, banyak jenis burung yang sangat bergantung pada sumber makanan yang berada di sekitar habitat mereka. Sementara pakan burung, seperti serangga, sudah semakin sulit ditemui di perkotaan.
Selain itu, lingkungan perkotaan juga lebih banyak menimbulkan suara dan cahaya dari lampu-lampu jalanan atau permukiman. Padahal, beberapa spesies burung sangat sensitif terhadap gangguan kebisingan dan cahaya.
”Hasil studi kami menyoroti pentingnya mempertimbangkan kelestarian alam sekitar dalam perencanaan kota. Hal terpenting lainnya ialah menghindari perluasan kota yang berdekatan dengan kawasan dilindungi. Sebab, bisa jadi dalam kawasan lindung tersebut terdapatspesies terancam punah yang sensitif terhadap berbagai gangguan,” kata William.
Urbanisasi juga telah diketahui sebagai salah satu penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati di seluruh dunia.
Khusus untuk wilayah perkotaan saat ini, William juga menekankan agar dapat mengembangkan lebih banyak hutan kota guna menjaga berbagai spesies burung. Ke depan, perlu juga dikaji dampak infrastruktur hijau ini sebagai penyedia sumber makanan sehingga dapat meningkatkan peluang bertahan hidup spesies burung di wilayah perkotaan.
Burung berwarna
Sementara itu, dalam studi lainnya yang terbit di jurnal Nature Ecology and Evolution dan dilakukan peneliti University of Sheffiled, Inggris, ditemukan bahwa burung di wilayah khatulistiwa memiliki corak bulu yang lebih berwarna. Corak warna yang terang dan beragam ini juga ditemukan pada burung-burung hutan.
Bulu dengan corak warna yang beragam juga lebih banyak ditemukan pada burung yang sering makan buah-buahan dan nektar. Hal ini menunjukkan bahwa memakan buah atau biji-bijian dapat berkontribusi membuat bulu burung menjadi indah dan berwarna-warni.
”Dalam studi ini, kami menggambarkan komponen lain dari keanekaragaman hayati burung global, khususnya terkait dengan warna. Mendokumentasikan pola ini sangat penting untuk mengetahuidistribusi jenis burungsekaligus membantu memahami proses pembentukannya,” kata salah satu penulis studi tersebut Chris Cooney.