Pascagempa Tapanuli, Masyarakat Diminta Waspadai Gempa Susulan
Gempa bumi berkekuatan M 5,8 mengguncang Tapanuli Utara pada Sabtu (1/10/2022) pukul 02.28 WIB yang bersumber Sesar Besar Sumatera. Gempa susulan diprediksi masih berpeluang terjadi hingga dua hari mendatang.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan M 5,8 mengguncang Tapanuli Utara pada Sabtu (1/10/2022) pukul 02.28 WIB yang bersumber dari Sesar Besar Sumatera, dan hingga Sabtu pagi tercatat satu orang meninggal. Masyarakat di lokasi bencana diharapkan mewaspadai gempa susulan yang berpotensi memicu bencana longsor dan banjir bandang mengingat saat ini sudah memasuki musim hujan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, episentrum gempa bumi M 5,8 ini terletak pada koordinat 2,11 derajat Lintang Utara, 98,83 derajat Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat wilayah Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada kedalaman 10 kilometer.
”Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Besar Sumatra segmen Renun,” kata dia.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser. Pemodelan menunjukkan, gempa ini juga tidak berpotensi tsunami. ”Gempa ini menyebabkan 1 korban jiwa dan 9 luka. Sebanyak 5 bangunan roboh dan 5 bangunan rusak ringan,” kata dia.
Waspada gempa susulan
Data BMKG menunjukkan, hingga pukul 09.00 WIB sudah terjadi 59 gempa susulan dengan magnitudo terbesar M 5,1. Deputi Bidang Geofisika Suko Prayitno mengatakan, karakteristik gempa di kawasan ini memiliki gempa susulan yang lebih banyak.
”Dalam satu hingga dua hari mendatang masyarakat perlu waspada,” kata dia.
Kewaspadaan terutama perlu dilakukan masyarakat yang rumahnya sudah rusak dan yang tinggal di daerah lereng atau perbukitan. ”Saat ini musim hujan sehingga tanah di lereng lebih lunak, kalau terjadi gempa susulan akan mudah longsor. Masyarakat di tebing curam lebih hati-hati," kata dia.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, secara tektonik pusat gempa kali ini berada di kawasan persimpangan. Di wilayah utaranya berupa Segmen Renun yang memiliki panjang 220 km dan magnitudo maksimum M 7,8. Sementara di sebelah selatan ada Segmen Toru yang memiliki panjang 89 km dengan magnitudo maksimum M 7. ”Jadi, potensi gempa maksimumnya bisa lebih tinggi dari gempa kali ini,” kata dia.
Menurut Daryono, catatan sejarah juga menunjukkan, Segmen Toru dan Segmen Renun sangat aktif dan memiliki perulangan gempa yang relatif pendek. Misalnya, pada 1916 terjadi gempa M 6,8, lalu 1921 gempa M 7, pada 1984 gempa M 6,4, dan tahun 1987 terjadi gempa M 6,6.
Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Besar Sumatera segmen Renun.
Pada 14 Juni 2011, wilayah Tarutung juga diguncang gempa yang merusak M 5,5 dengan kedalaman 10 km yang dipicu Sesar Besar Sumatera. Gempa ini merusak 165 rumah warga dan melukai lebih dari 50 orang. Gempa ini dikenal sebagai gempa Sarulla 2011.
”Saat itu kekuatannya hanya M 5,5 dan menyebabkan 165 rumah rusak dan 50 orang luka parah,” kata Daryono.
Daryono menambahkan, dengan riwayat ini, pembangunan di kawasan Tapanuli Utara ini seharusnya mengikuti kode bangunan dan menghindari jalur sesar aktif ini.