Optimalkan Kekayaan Bahasa dan Sastra Nusantara untuk Kesejahteraan Warga
Keragaman bahasa dan sastra di Nusantara menjadi potensi besar dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Pemanfaatannya dalam berbagai cara perlu dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kekayaan bahasa dan sastra Nusantara bukan sekadar romantisisme warisan masa lalu. Kekayaan yang lekat dengan budaya masyarakat lokal itu juga potensi besar untuk bisa dioptimalkan bagi kesejahteraan warga.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Herry Yogaswara mengatakan, meskipun sering dianggap sebagai kepentingan yang tarik-menarik, perlindungan dan pemanfaatan budaya dapat saling mendukung. Bahasa serta sastra yang terus dilestarikan juga menjadi potensi ekonomi kreatif bangsa.
”Obyek pemajuan kebudayaan, termasuk bahasa dan sastra, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak saja bersifat kebudayaan, tetapi juga berkaitan dengan ekonomi kreatif,” ujarnya dalam diskusi daring bertajuk ”Menggali Potensi Ekonomi Kreatif Berbasis Bahasa dan Sastra”, Jumat (30/9/2022).
Menurut Herry, kekayaan budaya masyarakat adat memiliki potensi ekonomi yang besar. Ia mencontohkan, generasi muda sekarang banyak memanfaatkan epigrafi dalam pembuatan desain kaus dan cendera mata (merchandise) memakai aksara lokal.
”Menjadi satu hal sangat penting untuk mulai membangun riset-riset yang punya koneksi dengan ekonomi kreatif,” katanya.
Peneliti Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas BRIN, Yohanes Adhi Satiyoko, menuturkan, warisan budaya perlu dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Caranya beragam, mulai dari pergelaran budaya, pembuatan suvenir, produksi film, musik tradisi, hingga festival kuliner.
Kekayaan budaya masyarakat adat memiliki potensi ekonomi yang besar. Generasi muda sekarang banyak memanfaatkan epigrafi dalam pembuatan desain kaus dan cendera mata (merchandise) memakai aksara lokal.
Menurut Adhi, saat ini terjadi tren pengembangan ekonomi kreatif di dunia. Hal itu tidak terlepas dari terus meningkatnya populasi penduduk sehingga tuntutan kesejahteraan hidup mesti dipenuhi dengan berbagai sektor.
Kebudayaan menjadi salah satu potensi ekonomi kreatif. Di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, misalnya, terdapat wayang beber Remeng Mangunjaya. Wayang ini merupakan warisan budaya dari masa kerajaan Mataram Kartasura.
Adhi mengatakan, wayang beber merupakan wayang tertua di Nusantara. Wayang ini berbentuk gulungan kertas atau kain. Saat pertunjukan, gulungan itu dibentangkan oleh dalang yang disertai dengan narasi.
Berbeda dengan wayang pada umumnya yang terkait cerita Mahabharata dan Ramayana dari India, lakon wayang beber berasal dari Nusantara. Latarnya juga lokal seperti Kerajaan Jenggala di Jawa Timur.
”Dalam pengembangan kebudayaan ini dibutuhkan kolaborasi pemerintah daerah, ahli waris Wayang Beber, akademisi, dan praktisi. Keterlibatan ahli waris sangat penting terkait perizinan untuk dipakai dalam kegiatan pariwisata,” ucapnya.
Pemanfaatan lainnya berupa produk kriya, seperti patung, gantungan kunci, dan ukiran, serta mengolah kuliner sesajen agar bisa dikonsumsi secara umum, termasuk wisatawan.
”Industri kreatif berbasis karya sastra Wayang Beber diharapkan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat. Ini akan membuat kestabilan ekonomi dan sosial serta memperkuat identitas daerah,” katanya.
Peneliti sastra, Sarip Hidayat, menyebutkan, sejumlah tulisan sastra digunakan untuk cendera mata berbasis mode. Ia mencontohkan kutipan puisi karya penyair WS Rendra dan Wiji Thukul yang banyak dicetak di kaus.
”Yang fenomenal itu ketika beberapa produsen besar kaus memunculkan bahasa-bahasa unik sehingga menjadi kekhasan mereka,” ujarnya.
Tren kreativitas anak muda dalam Citayam Fashion Week di Jakarta juga dimanfaatkan untuk mempromosikan mode bernuansa etnik lokal. Mode merupakan salah satu wadah dalam merepresentasikan gagasan melalui penggunaan bahasa dan sastra.
Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.