Yayasan Musik Amadeus Indonesia merayakan usianya yang ke-30 tahun dengan konser musik klasik. Ini konser pertama mereka setelah lebih dari dua tahun terkurung pandemi Covid-19.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Yayasan Musik Amadeus Indonesia menggelar konser musik klasik untuk memperingati 30 tahun berdirinya yayasan tersebut. Sejak 1992 hingga sekarang, yayasan ini telah mendidik ribuan murid dan berkontribusi mengembangkan pendidikan musik klasik di Indonesia.
Konser bertajuk ”Seaside to Countryside” itu digelar di gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (29/9/2022) malam. Konser menampilkan Amadeus Symphony Orchestra yang terdiri dari 52 musisi berbagai usia dengan musisi termuda berusia 11 tahun. Orkestra ini dipimpin konduktor Henrik Hochschild, musisi kelahiran Jerman.
Konser dibuka dengan The Hebrides Overture, Op 26 karya Felix Mendelssohn Bartholdy (1809-1847). Komposisi musik ini terinspirasi dari suara alam, khususnya laut, yang Mendelssohn dengar saat di perjalanan ke Goa Fingal di Pulau Staffa, Skotlandia, pada 1829.
”Musik ini berhubungan dengan air. Menurut kami, air dan pulau sangat akrab untuk orang-orang Indonesia. Itu sebabnya kami pikir musik ini cocok dimainkan di konser,” kata Hochschild saat diwawancarai setelah konser.
The Hebrides Overture, Op 26 mestinya dibawakan Amadeus Symphony Orchestra pada Maret 2020. Namun, konser akhirnya dibatalkan karena pandemi Covid-19. Hochschild menambahkan, ini pertama mereka tampil kembali di panggung setelah konser terakhir digelar pada Agustus 2019. Artinya, mereka menunggu tiga tahun untuk mengadakan konser.
”Tentu kita masih dikelilingi Covid-19. Siapa saja bisa sakit selama kami berlatih seminggu terakhir. Kami sangat bersyukur (konser berhasil digelar),” ucapnya.
Pendiri dan Direktur Artistik Amadeus Symphony Orchestra Grace Soedargo menambahkan, konser ini bermakna karena menandai 30 tahun Yayasan Musik Amadeus Indonesia. Ia mendirikan yayasan ini setelah menyelesaikan studi musik di Austria. Pada 1992, Grace mendirikan Sekolah Musik Amadeus (SMA) yang ada di bawah naungan Yayasan Musik Amadeus Indonesia.
Menurut dia, pendidikan musik sejak dini penting untuk melatih kecerdasan, emosi, hingga perkembangan motorik anak. Musik juga melatih kedisiplinan, penguasaan diri, dan kerja sama.
”Usia 30 tahun ini seperti mimpi yang terwujud karena kami memulai (yayasan ini) dari nol. Saat itu, kualitas sekolah musik Indonesia terlambat. Itu saya rasakan sendiri saat mau sekolah di Eropa,” kata Grace.
Musik klasik
Konser yang berdurasi lebih dari satu jam itu membawakan sejumlah komposisi musik klasik lain, yakni Concertino for Clarinet and Orchestra in E Flat Major, Op 26 karya Carl Maria von Weber (1786-1826). Ada pula Romance for Viola and Orchestra, Op 85 karya Max Bruch (1838-1920). Dalam dua komposisi itu, tampil solois klarinet Nino Ario Wijaya dan solois biola Noah Joseph Wimandjaja.
Konser ditutup dengan IV Symphony No 6 ”Pastorale” karya Ludwig van Beethoven (1770-1827). Hochschild mengatakan, komposisi musik terakhir menggambarkan perasaan saat berkunjung ke perdesaan di Eropa. Sederhananya, musik yang dimainkan selama konser menggambarkan pengalaman saat berkunjung ke laut dan perdesaan. Itu sebabnya, konser diberi judul Seaside to Countryside.
Menurut dia, saat membawakan musik klasik, seorang musisi tidak hanya mesti punya kemampuan musik yang bagus. Musisi juga mesti memiliki fantasi untuk menafsirkan musik.
”Semakin banyak perbedaan yang bisa kamu temukan di skor musik, semakin menarik pula musik yang bisa dimainkan. Fantasi itu seperti alat penemuan untuk musik,” katanya.