Lukisan Tierfabel Walter Spies yang Menggemparkan Balai Lelang
Lukisan-lukisan bertemakan Bali memiliki pesona tersendiri bagi para penikmat seni dunia, salah satunya lukisan karya Walter Spies.
Oleh
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·4 menit baca
Lukisan berjudul ”Tierfabel (Animal Fable)” karya Walter Spies tahun 1928 yang menggambarkan suasana perdesaan dan satwa di Bali terjual dengan harga tertinggi di perhelatan lelang Modern & Contemporary Art yang digelar Sotheby’s di Singapura, Minggu (28/8/2022). Lukisan cat di atas kanvas berukuran 81 x 65 sentimeter itu dilelang dengan harga fantastis sebesar 4 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 42,5 miliar.
Lukisan cat minyak Walter Spies memang tergolong langka. Dalam tiga dekade terakhir, hanya ada sekitar 20 karya lukisannya yang muncul di balai lelang.
Karya seni ini adalah penggambaran yang hidup dari Spies tentang suasana perdesaan di Bali pada 1928. Lukisan itu dibuat Spies setahun setelah pindah dari Yogyakarta ke Ubud, Bali, tahun 1927.
Sebelum menetap di Bali, pelukis Jerman kelahiran Moskwa, 15 September 1895, itu sempat bekerja di Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Di Yogyakarta, Spies direkrut sebagai pianis istana dan membantu kegiatan-kegiatan seni di keraton dari tahun 1923 hingga 1927.
Begitu kontraknya selesai, Spies lalu pindah ke Bali. Di tempat itulah ia menghabiskan seluruh hidupnya untuk berkegiatan seni sebelum meninggal pada 19 Januari 1942 ketika kapal SS Van Imhoff yang ditumpanginya tenggelam akibat dihantam bom Jepang di Samudra Hindia. Saat itu, ia sedang dalam pelayaran setelah dideportasi oleh Pemerintah Belanda ketika pecah Perang Dunia II.
Eksotisme Bali
Kembali ke lukisan Spies, ”Tierfabel (Animal Fable)” yang berhasil mencuri hati para kolektor. Lukisan itu menggambarkan flora dan fauna Bali dengan cahaya dan bayangan yang bersinar di atas kanvas. Spies memiliki karakter kuat dalam menciptakan pemandangan alam yang berbalut siraman cahaya matahari.
Dalam lukisan itu, tampak tiga rusa tengah mencari makan di pinggir sungai. Spies menggambarkan siluet seekor rusa yang berdiri tepat di pinggir kali itu.
Ada pula seekor kera yang tengah bergelayutan di sebuah pohon. Di bawahnya, seekor harimau sedang bergulat dengan lilitan ular.
Penggambaran tentang satwa harimau ini unik karena harimau bali dinyatakan punah tahun 1938. Jika memang Spies pernah melihat harimau di Bali, maka munculnya penggambaran harimau dalam lukisan itu masuk akal karena ia membuat lukisan itu 10 tahun sebelum harimau bali punah.
Menurut pengamat seni rupa sekaligus konsultan Koleksi Benda Seni Istana Presiden Republik Indonesia, Agus Dermawan T, dulu Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno di sela kunjungan-kunjungan kenegaraan ke Bali selalu menyempatkan diri berburu lukisan dan patung serta menemui para perupa, salah satunya Walter Spies. Di Bali ia menyelusup ke Ubud, menemui Rudolf Bonnet, mengagumi lukisan Anak Agung Gde Sobrat, menghayati ulah Ida Bagus Made Poleng, atau menyaksikan pameran di bekas studio Spies. Di Sanur ia mampir di rumah seni Le Mayeur.
Selain karya Spies, pada lelang ini juga dipamerkan lukisan-lukisan bertema Bali karya perupa-perupa legendaris, seperti Adrian Jean Le Mayeur, Rudolf Bonnet, Willem Gerard Hofker, dan Arie Smit. Pelukis-pelukis Barat inilah yang turut serta mengangkat eksotisme Bali ke panggung dunia sekaligus mewarnai sejarah seni rupa di Bali.
Untuk kategori seniman baru, karya pelopor seni modern Singapura, Georgette Chen, dengan lukisannya berjudul Boats and Shophouses berhasil terjual ke seorang kolektor Asia Tenggara dengan nilai 2 juta dollar Singapura atau sekitar 1,5 juta dollar AS. Sedangkan karya Michel Mejerus terjual 1,1 juta dollar Singapura atau sekitar 798.500 dollar AS, tiga kali lipat dari penawaran awal.
Perhelatan lelang Modern & Contemporary Art yang digelar Sotheby’s di Singapura meraup total 24,5 juta dollar Singapura atau sekitar 18 juta dollar AS. Jumlah ini melampaui perkiraan awal sebelum lelang digelar, yaitu sekitar 18 juta dollar Singapura atau sekitar 13 juta dollar AS.
Pameran dan lelang ini diselenggarakan sebagai tanggapan atas permintaan dari para pemerhati dan kolektor seni rupa di kawasan Asia Pasifik. ”Penjualan akhir pekan ini menyoroti pentingnya Singapura sebagai pusat yang dinamis bagi para kolektor dan kami senang telah menerima dukungan yang luar biasa untuk lelang pertama kami dalam 15 tahun terakhir di Singapura,” kata Jasmine Prasetio, Managing Director Sotheby’s Southeast Asia.
Menurut Prasetio, ada energi dan kegembiraan yang nyata di pasar lelang yang diimbangi dengan penawaran sengit dari seluruh dunia. ”Itu hasilnya melampaui harapan kami dan menggarisbawahi potensi Singapura dan kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan,” paparnya.
Sebelum lelang digelar, puluhan karya seni rupa dipamerkan di Hotel Regent, Singapura, pada 25-27 Agustus 2022. Selanjutnya, lelang disiarkan secara langsung ke seluruh dunia pada 28 Agustus 2022.