Pandemi Ajarkan Pentingnya Pendidikan Kewirausahaan Kreatif
Panggung seni tari mulai menggeliat kembali setelah diterpa pandemi Covid-19. Para pegiat seni tari pun berefleksi bahwa kondisi sulit seperti pandemi dapat diantisipasi dengan keterampilan kewirausahaan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menjadi bahan refleksi para pegiat seni tari tentang pentingya pengetahuan kewirausahaan kreatif. Pengetahuan itu tidak hanya membuat mereka mampu bertahan selama pandemi, tetapi juga beradaptasi dengan dinamika seni ke depan.
Hal ini mengemuka pada diskusi publik berjudul ”(Re)reading Skena Tari Jakarta!” oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Selasa (20/9/2022) malam, di Jakarta. Diskusi juga disiarkan secara daring di kanal Youtube DKJ. Para pegiat seni tari berpendapat bahwa panggung pertunjukan sudah kembali menggeliat setelah terhambat pandemi.
Hal ini menunjukkan resiliensi ekosistem seni tari. Namun, resiliensi mesti diikuti kemampuan para pegiat seni tari untuk beradaptasi. Adaptasi itu termasuk membuat karya seni dengan format yang dapat ”dijual” secara fleksibel, khususnya di masa pandemi.
Anggota Komite Tari DKJ, Josh Marcy, mengatakan, ia sebelumnya membuat karya seni yang dikemas dalam tiga seri. Hal ini memungkinkan ia menjual karyanya secara satuan ataupun sekaligus, tergantung kesepakatan dengan penyelenggara acara. Menurut dia, hal ini bisa dijadikan sudut pandang alternatif dalam berkarya.
”Saya menyebut ini (karya) model ketengan. Mulai ada awareness soal keberlanjutan, tentang karya yang kini memungkinkan untuk tur bukan lagi karya yang grande. Kini ada permintaan akan karya yang tour friendly, yakni yang melibatkan tim kecil, namun efisien,” kata Josh.
Perwakilan kolektif seni DRKR (Dari Rumah Ke Rumah) David Rafael Tandayu mengatakan, saat pandemi kelompoknya bekerja sama dengan Gudskul, ekosistem seni rupa dan studi kolektif yang berbasis di Jakarta. Dengan modal semangat berkarya, keduanya membuat film tari berdurasi sekitar dua jam.
Ia mengakui bahwa karya tersebut tidak bisa langsung dijual, misalnya dengan ditayangkan di bioskop. Namun, karya tersebut dapat dijadikan investasi, seperti untuk didaftarkan ke program pendanaan bidang seni dan budaya. Karya itu juga bisa menambah portofolio bagi para seniman yang terlibat.
Menurut Kepala Program Studi Seni Tari Institut Kesenian Jakarta Hanny Herlina, pegiat seni tari, khususnya generasi muda, perlu memiliki pengetahuan kewirausahaan kreatif. Pengetahuan ini dapat dimanfaatkan untuk tetap berkarya dan bertahan di masa sulit.
Hal ini berkaca dari pengalaman para seniman saat pandemi Covid-19. Pandemi, misalnya, membuat sebagian sanggar tari terpaksa tutup. Sejumlah festival dan acara seni lain pun ditunda, bahkan dibatalkan. Akibatnya, sebagian orang kehilangan pekerjaan.
”Di kampus, mahasiswa diajari kewirausahaan, teknik presentasi, hingga manajemen seni. Mahasiswa juga diajarkan bahwa begitu lulus, realitas akan berbeda dengan kehidupan di kampus yang terstruktur,” kata Hanny.
Menurut anggota Komite Tari DKJ, Siko Setyanto, para pegiat seni tari, khususnya generasi muda, kini tidak cukup hanya mempelajari keterampilan atau hard skill menari. Mereka juga perlu keterampilan halus (soft skill), seperti cara berkomunikasi dengan orang lain hingga beradaptasi dengan kultur kerja dan orang yang berbeda-beda.
Anggota Komite Tari DKJ yang juga pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Saras Dewi, mengatakan, kampusnya mengembangkan berbagai pemahaman soal seni kepada mahasiswa. Misalnya, sejarah seni, kritik seni, hingga keterhubungan antara kondisi sosial masyarakat dan seni.
”Tari itu sebetulnya berhubungan dengan aspek politik, ekonomi, dan perkembangan budaya kita,” ujar Saras.
Di sisi lain, pandemi juga mengajarkan pentingnya mengadaptasi teknologi dalam proses berkarya seni. Direktur Indonesian Dance Festival (IDF) Ratri Anindyajati mengatakan, festival tari daring yang mereka gelar saat pandemi membuka beragam potensi baru. Kegiatan daring mereka berhasil menjangkau audiens lebih luas daripada sebelumnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, ini jadi kesempatan memperluas wawasan dan pengalaman mereka untuk menggelar pertunjukan daring.