Letusan Gunung Berapi Penyebab Utama Kepunahan Dinosaurus
Selama ini banyak perdebatan tentang penyebab utama kepunahan massal dinosaurus. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa penyebab utama kepunahan massal ini ialah letusan gunung berapi, bukan tumbukan asteroid raksasa.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Selama ini muncul banyak perdebatan tentang penyebab utama kepunahan dinosaurus 66 juta tahun lalu pada akhir Periode Kapur. Sebagian ilmuwan berpendapat, penyebab kepunahan massal ialah tumbukan komet atau asteroid. Sementara sebagian ilmuwan lainnya menganggap kepunahan massal disebabkan letusan gunung berapi.
Menurut hasil studi terbaru yang dipimpin ilmuwan dari Dartmouth College, Amerika Serikat, aktivitas gunung berapi diperkirakan menjadi penyebab utama kepunahan massal ini. Studi ini telah diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), 12 September 2022.
Temuan dalam studi ini sekaligus memberikan bukti kuantitatif yang paling meyakinkan sejauh ini bahwa hubungan antara letusan gunung berapi purba dan pergantian atau kemunculan spesies baru dalam skala besar tidak terjadi secara tiba-tiba.
Dalam laporannya, para peneliti menyatakan bahwa empat dari lima kepunahan massal terjadi bersamaan dengan jenis curahan gunung berapi yang disebut basal banjir. Letusan ini membanjiri wilayah yang luas bahkan seluruh benua.
Tidak diragukan lagi bahwa faktanya dampak letusan tersebut cukup memperburuk keadaan.
Letusan ini kemudian meninggalkan bukti geologi berupa batuan beku yang terbentuk dari semburan lava yang sangat luas. Para ahli geologi kemudian menyebutnya sebagai large igneous provinces atau wilayah dengan bekuan besar. Untuk masuk dalam kategori ini, wilayah bekuan tersebut harus mengandung setidaknya 100.000 kilometer kubik magma.
Sebagai perbandingan, letusan Gunung Saint Helens di Washington, AS, tahun 1980 mengeluarkan kurang dari satu kilometer kubik magma. Para peneliti menyebut bahwa sebagian besar gunung berapi yang terwakili dalam penelitian ini meletus dengan jumlah lava satu juta kali lebih banyak.
Tim peneliti kemudian menggunakan tiga kumpulan data yang solid pada skala waktu geologi, paleobiologi, dan wilayah-wilayah bekuan besar. Tiga data ini digunakan untuk memeriksa hubungan temporal antara kepunahan massal dan wilayah bekuan besar.
”Area batuan beku besar yang seperti langkah dari letusan gunung berapi purba ini tampaknya sejalan dengan kepunahan massal dan peristiwa iklim serta lingkungan penting lainnya,” ujar penulis utama studi ini, Theodore Green, dikutip dari situs resmi Dartmouth College, Kamis (15/9/2022).
Guna mengukur hubungan antara letusan gunung berapi dan kepunahan massal, tim peneliti menganalisis dan menghitung data yang telah terkumpul dengan komputer berspesifikasi tinggi di Dartmouth Discovery Cluster. Mereka membandingkan perkiraan dari letusan basal banjir dengan skala waktu geologis, tetapi tidak terbatas pada limaperiode kepunahan massal.
Peneliti juga mengulangi analisis ini dengan 100 juta pola guna membuktikan waktu letusan dan kepunahan ini tidak terjadi secara acak. Hasilnya, mereka menemukan bahwa periode kepunahan dari letusan gunung berapi ini memiliki persentase peluang yang sangat besar.
”Hasil analisis kami menunjukkan bahwa kemungkinan besar akan ada kepunahan massal di akhir Periode Kapur. Tidak diragukan lagi bahwa faktanya dampak letusan tersebut cukup memperburuk keadaan,” kata Theodore.
Fakta lain
Fakta lain juga menunjukkan bahwa serangkaian letusan yang sekarang merupakan wilayah Siberia memicu kepunahan massal paling merusak sekitar 252 juta tahun yang lalu. Bahkan, letusan ini melepaskan karbon dioksida dalam jumlah yang sangat besar ke atmosfer dan hampir memusnahkan semua kehidupan. Sisa dari letusan ini dikenal dengan nama Siberian Traps, sebuah wilayah besar batuan vulkanik denganukuran sebesar benua Australia.
Letusan gunung berapi juga mengguncang anak benua India saat dinosaurus besar mulai punah. Letusan ini kemudian menciptakan sebuah dataran tinggi bernama Deccan. Sama seperti tumbukan asteroid, letusan ini juga memiliki efek global yang sangat luas. Selain mengubah iklim dalam waktu yang lama, letusan ini juga menyelimuti atmosfer dengan debu dan asap beracunhingga membuat dinosaurus dan kehidupan lain punah.
Di sisi lain, menurut para peneliti, teoriyang mendukung kepunahan massal oleh dampak asteroid bergantung pada penabrak Chicxulub.Ini sebuah batu ruang angkasa yang jatuh ke Semenanjung Yucatan Meksiko dengan rentang waktu yang sama saat dinosaurus punah.
Asisten Profesor Ilmu Bumi di Dartmouth College, Brenhin Keller, mengatakan, semua teori lain yang mencoba menjelaskan penyebab kepunahan dinosaurus, termasuk vulkanisme, terungkap ketika kawah tumbukan Chicxulub ditemukan. Namun, hanya ada sedikit bukti dampak dari peristiwa serupa yang bertepatan dengan kepunahan massal lainnya.
Dalam studi ini, para peneliti juga menghitung jumlah asteroid yang menumbuk Bumi. Mereka menemukan bahwa dampak tumbuhan asteroid cukup lemah pada setiap pergantian periode zaman purba. Dengan kata lain, selain kejadian Chicxulub, tumbukan asteroid lainnya yang lebih kecil tidak menyebabkan kepunahan yang signifikan.