Ekosistem riset untuk mengembangkan hidrogen perlu terus diperkuat karena penggunaan energi ini diperkirakan meningkat signfikan di masa depan. Pemanfaatan ini mulai dari transportasi hingga industri.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi yang ramah lingkungan diperkirakan akan meningkat signifikan di masa depan. Riset dan inovasi perlu dipersiapkan karena Indonesia memiliki banyak potensi dalam pengembangan hidrogen.
Presiden Indonesian Fuel Cell and Hydrogen Association (IFHE) Eniya Listiani Dewi menyatakan, semua pihak perlu mempersiapkan riset dan inovasi dalam pemanfaatan hidrogen. Sebab, 10 hingga 20 tahun ke depan diperkirakan pemanfaatan hidrogen diperkirakan meningkat sangat signifikan.
”Kita harus mempersiapkan riset dan inovasi serta potensi industri untuk menurunkan emisi dengan memanfaatkan hidrogen. Diperkirakan transportasi ataupun pemakaian hidrogen di industri untuk petrokimia juga akan makin banyak,” ujarnya dalam seminar tentang hidrogen untuk transisi energi di Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Berdasarkan peta jalan emisi nol (net zero emission/NZE) dari Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM), pemanfaatan hidrogen ditargetkan mencapai 328 megawatt (MW) pada 2030. Pemakaian hidrogen juga diperkirakan melonjak hingga 9 gigawatt (GW) atau meningkat 27 kali lipat pada tahun 2041-2050.
Kita harus mempersiapkan riset dan inovasi serta potensi industri untuk menurunkan emisi dengan memanfaatkan hidrogen. Diperkirakan transportasi dan pemakaian hidrogen di industri untuk petrokimia juga makin banyak.
Kementerian ESDM juga berencana memasukkan hidrogen ke sektor industri ataupun transportasi. Pemanfaatan hidrogen ini tidak menggunakan teknologi fuel cell, tetapi memakai teknologi pembakaran internal yang biasa digunakan oleh kendaraan bermotor.
Menurut Eniya, Indonesia memiliki banyak potensi untuk menghasilkan hidrogen. Skema hidrogen ini dapat memanfaatkan sistem elektrolisa dari air menggunakan pembangkit hidro dari Sungai Kayan, Kalimantan Utara, dan Sungai Mamberamo, Papua.
”Sekarang sedang dibahas pemanfaatan skema ini. Jadi, skema ini bukan hanya angan-angan, tetapi sudah mulai penjajakan feasibility study (kajian kelayakan) dan sudah ada persetujuan investasi. Potensi di ibu kota negara baru juga sangat besar,” kata Eniya yang juga sebagai profesor riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Eniya menyatakan, saat ini pengembangan hidrogen menjadi isu yang sangat dinanti dunia internasional sebagai salah satu upaya dalam menurunkan emisi. Sejumlah kegiatan, seperti konferensi internasional tentang hidrogen, juga telah banyak dilakukan dengan tujuan tukar pengetahuan antar-setiap negara.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu mengatakan, semua pihak perlu membangun ekosistem riset, terutama dalam sektor energi. Upaya membangun ekosistem riset ini salah satunya dilakukan dengan kolaborasi dengan semua stakeholder.
Sampai kini BRIN telah melakukan sejumlah riset dan pengembangan di sektor energi, seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Kamojang, Bandung, Jawa Barat, dan PLTP Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara. Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) PLTP Kamojang tercatat 63,12 persen dan PLTP Lahendong 30 persen.
Pemetaan potensi
Executive Vice President of Engineering and Technology PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Zainal Arifin menyatakan, saat ini PLN telah memetakan potensi pemanfaatan hidrogen beserta proses hingga perkiraan emisi yang dikeluarkan. Selain itu, skenario terkait kecocokan pengembangan berbagai potensi hidrogen tersebut dengan skema PLN telah disusun.
”Hidrogen menarik karena pasarnya tidak hanya satu sektor, tetapi juga ada industri, transportasi, pemanasan bangunan, dan energi untuk pemanasan lainnya. Hidrogen juga bisa diinterseksi dengan teknologi lain, khususnya baterai,” ucapnya.
Meski sangat potensial, Zainal mengakui pengembangan hidrogen masih perlu penyelesaian sejumlah permasalahan teknis. Masalah ini terutama pada aspek penyimpanan dan pengemasan karena hidrogen merupakan teknologi rendah karbon.
Zainal juga menyoroti tentang hidrogen dari aspek harga yang perlu bersaing dengan negara lain. Sebab, negara lain juga memiliki kemampuan sama dalam mengembangkan hidrogen. Dari hasil survei PLN, sejumlah negara lain yang potensial untuk mengembangkan hidrogen dengan harga lebih murah antara lain Kanada, Arab Saudi, dan Australia.